22 : Bahagia tipis-tipis

32 4 0
                                    

Berharap hanya semakin mu terjebak didalam lorong ilusi

•••

Senja terlihat begitu indah, dengan langit yang berwarna jingga kemerahan, disertai dengan semilir lembut menerpa kulit. Beberapa lampu taman telah menyala, pengunjung pun di dominasi oleh keluarga kecil yang membawa anak-anak nya bermain, dan beberapa pasangan muda-mudi dimabuk asmara.

Terdengar rengekan serta tangisan anak-anak yang meminta di belikan mainan oleh ayah dan ibu mereka. Nara, ayu, hilmi dan Vigo, asik duduk di bangku taman sambil sesekali bersenda gurau menikmati harum manis.

Ayu dan Hilmi sesekali menyuapi satu sama lain sedangkan Vigo dan Nara sebagai penonton disini.

"Habis dari sini kayaknya gue harus ke dokter gigi deh," kata Nara sambil memegangi pipinya.

Vigo menoleh.

"Kenapa? Lo demam?"

"Yee bukan gitu Go, gigi gue ngilu, lo kenapa jadi bahas demam sih? Kalo dokter gigi ya obatin gigi." Kata Nara kesal, ia terus mengunyah harum manis nya yang tersisa sedikit di stick.

"Lo sih gak tahu! Siapa tahu ada dokter gigi yang malah multitalent," vigo meyakinkan Nara walau itu mustahil.

Hilmi yang tadi mengobrol dengan Ayu menoleh kearah Vigo dan memberi sedikit jentikan pada telinga pemuda itu.

"Adaw! Sakit njir!" Pekik Vigo. Ia mengusap telinganya.

"Itu sebab nya kalo lo berobat ke rumah sakit cuma nyampe pagarnya doang," ucap Hilmi pada Vigo yang memancing Ayu dan Nara untuk tertawa.

"Tau nih si Vigo, ada-ada aja," tawa Ayu tak henti.

Saat tertawa, nara tak sengaja melihat kearah tangan Vigo yang agak memar. Lantas ia langsung menarik tangan Vigo hingga sang empunya terkejut.

"Kenapa sih Ra?" Tanya Vigo pada nya.

Nara menelisik lebam itu,"ini kenapa?"

Vigo melihat kearah lebam yang gadis itu maksud, hilmi menatap Vigo penuh arti sedangkan Ayu cuek saja, itu urusan Vigo dan Nara.

"Kepentok gagang pintu pas ganti baju waktu turnamen," jawab Vigo disertai  cengiran khasnya.

Nara memilih untuk percaya saja. Toh juga dia pernah melakukan hal yang sama dan memang lebam, tapi.., seingat Nara lebam nya tak akan sejelas itu. Ah sudahlah, itu urusan Vigo.

"Lain kali hati-hati, jangan kayak ayam lepas main nyelonong aja tanpa lihat kanan kiri." Kata nya sambil melepas pegangannya pada tangan Vigo.

Ayu mesem-mesem kearah Nara.

"Perhatian banget buu sama baginda raja," ejeknya.

"Nye nye nye bacot lo," balas Nara tak mau kalah. Sedangkan Vigo pura-pura tak mendengar.

"Eh lo ngejek gue, lo gak bisa pulang! Jalan kaki lo." Ancam Ayu hingga membuat Nara memohon ampun.

"Go, ini udah sore banget. Lo kan ada acara kan?" Tanya Hilmi pada Vigo.

Vigo melirik jam tangannya dan mengangguk.

DANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang