15 : Batagor

33 2 0
                                    

Empat bulan lamanya setelah rentetan kejadian di kantin, nara menjadi bahan cibiran warga sekolah, tapi ia tak mau ambil pusing akan hal itu. Toh semuanya tak benar. Dan, pemandangan Dante yang selalu bermesraan dengan Sandra pun harus Nara saksikan setiap hari, nara mulai terbiasa akan hal itu.

Nara bersyukur karena lambungnya sudah stabil dan hampir tak pernah kambuh lagi.

"Ra, hari ini gue sama Hilmi mau jalan-jalan lagi!" Sorak Ayu dengan gembira.

Ya, hubungan Ayu dan Hilmi semakin dekat, ayu sudah bisa melupakan Aldo yang kini sudah memiliki pacar yang seangkatan dengannya.

"Enak banget.., gue tuh kadang iri sama lo kalo masalah cowok dan sering banget kejadian." Ucap Nara sambil menopang dagunya.

"Kenapa?"

"Ya lo selalu dapetin apa yang lo mau sedangkan gue? Setia sama satu orang, dapet kagak, makan hati iya."

Ayu melirik Nara,"siapa suruh bucin, makan hati kan situ."

Nara tersenyum masam.

"Gitu mulu lo sama gue, kenapa deh."

Suara riuh khas pasar di kelas pun mendadak sepi saat bu Pony -- wali kelas mereka -- datang untuk mengajar, beliau guru bahasa Indonesia yang killer nya sebelas dua belas dengan pak Bambang.

"Selamat pagi."

"Pagi bu," sahut mereka serempak.

Sebagian dari mereka ada yang keringat dingin duluan belum apa-apa, contohnya komplotan belakang, edo dan kawan-kawan. Bu Pony menatap seisi kelas sambil menaruh buku paket.

"Akbar, rambutnya kenapa belum dipotong? Minggu kemaren ibu bilang potong kan?"

Seluruh perhatian terfokus pada Akbar, pemuda dengan rambut gondrong iconic milknya.

Akbar meneguk ludahnya kasar,"anu bu- tukang pangkas rambut nya lagi galau bu, jadi gak mau motong rambut dulu katanya."

Nara menahan tawa mendengar jawaban Akbar yang menggelikan.

Bu pony menggeleng kan kepalanya,"besok saya mau liat kamu rapi gak gondrong kayak sarang burung kayak gini."

Akbar hanya mengangguk sambil tersenyum kecut. Hilanglah sudah rambut gondrong nya yang ia banggakan.

"Keluarkan buku catatan kalian semua, kita sambung catatan kita minggu lalu."

Dua jam setengah bu Pony mengajar bagaikan setengah abad di mata Nara, pasalnya Nara sering mengantuk di setiap jam pelajaran tertentu termasuk jam mengajar bu Pony.

"Gue ngantuk nyet." Bisik Nara pada Ayu disebelah nya.

"Sabar-sabarin aja monyet, gue juga sama."

Guru paruh baya itu terus menjelaskan materi yang tertera di buku sampai bunyi lonceng menandakan jam pelajaran usai.

"Jadi sampai sini dulu pelajaran kita tentang Diksi, oh iya ada tugas buat kalian yang harus di kumpul minggu depan, gak pake ngaret, Edo ya?"

"Heeh buu..,"

"Jadi tugasnya kalian bikin sajak yang akan di bacakan di depan kelas, mengerti?"

"Mengerti bu!"

Bu Pony keluar kelas dan Nara merenggangkan tubuhnya, rasanya segar kembali.

"Heran dah, kalau istirahat, nge-jreng mata gue. Pas belajar? Ngantuk banget." Ucap Nara.

"Sama sih Ra, heran sama mata sendiri."

"Kantin yuk? Gue mau bayar utang batagor sama bu Maya."

"Skuy lah, gue mau beli es."

***

"Parah parah gue suka banget sama batagornya bu Maya, endes banget." Ucap Ayu sambil mengecap batagor di plastik Nara.

"Nah apa gue bilang? Enak kan? Lo sih gak percaya."

Kedua sahabat itu duduk menikmati batagor di depan kelas, di kursi koridor sambil bersenda gurau. Berbagi makanan walau sedikit.

"Eh iya, lo bilang nyokap lo lagi masak buat acara sekolah kan?"

"Bener, buat rapat kenaikan kelas."

"Kalo gitu gue boleh dong bantu bungkus kotakan nya?"

Nara mengacungkan jempol,"boleh ntar gue kasih lebihan risoles buat lo, upahnya kek biasa kan?"

"Tuh tahu lo gue kan penyuka risoles."

Ayu dan Nara tertawa bersama. Tak banyak yang berubah dari Nara, ia diam-diam masih menaruh harapan pada Dante yang seolah tak peduli dan sibuk mematahkan harapan nya.

"Ayu, menurut lo, sandra tulus gak sama Dante?"

Ayu mengangkat bahunya,"keliatannya sih gitu Ra."

"Ih tapi kok feeling gue kok gak enak ya."

"Yaiyalah feeling lo gak enak mulu kan lo cemburuan sama Dante."

Nara memberikan cengiran.

"Tapi bener, gue ngerasa kayak ada yang gak bener."

"Perasaan lo doang aja kali nyet."

"Mungkin kali gara-gara gue cemburu hehe."

"Wih! Ada batagor guys!" Edo berteriak heboh bersama Akbar dan Putra.

"Minta dong!"

"Ogah gue ngasih buat astor kedudukan kayak lo!"

"Pelit amat kayak muka beruk aja bangga."

"Heh Put, lo gak tahu? Gue ini primadona komplek!" Protes Ayu.

Mereka malah berdebat, yang satu tak ingin memberikan batagor, yang satu bersikukuh meminta batagor.

"Misi, orang cantik mau lewat." Ucap Sandra yang lewat bersama Dante.

Nara tercekat, ia fokus menatap Dante yang menarik tangan Sandra untuk segera berlalu.

"Yeu dasar sampah daur ulang!" Teriak Akbar kencang, dan hanya mendapatkan tatapan sinis dari Sandra.

"Akbarrr!" Seru Ayu.

"Lo kalo ngomong kok bener sih! I love you bar!" Putra memeluk Akbar.

"Gue masih normal ya bangsat!"

"Ngakak gue anjir!"

"Jauh-jauh lo dari gue, jijik!"

______________________________________

DANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang