O1 : Hay, gue Nara!

123 10 0
                                    

Hehe, hai di cerita pertama. I hope u guys enjoy sama Nara dkk yaa!

Cekidot!

•••

"Woy, nara! Bayar iuran buruan. Lo nunggak tiga bulan gak bayar sama sekali." Tagih sang bendahara, anggi.

Merasa di panggil oleh bendahara, Nara melepas earphone yang ia gunakan, sebenarnya ia tak mendengarkan lagu apapun. Agar terkesan sibuk saja.

"Hah? Apa mel? Lo manggil gue?" Kilah Nara kepada Imelda diujung kelas yang tengah asik bermesraan dengan Bagas.

Imelda menatap nya dengan tatapan geli dan tak lama kemudian Anggi menghampirinya dengan tatapan jengah,"Nara Iridiana, kapan bayar uang kas? Nunggak mulu lo."

"Hah? Kek ada yang ngomong, dimana yak?" Balas Nara sambil berpura-pura tak melihat Anggi.

"Hah hoh hah hoh aja lo, kek tukang keong pasar malam!" Pekik Anggi yang kesal dengan tingkah Nara.

Melihat wajah merah Anggi, nara tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.

"Hahaha! Santai aja kali nggi, gak usah teriak teriak." Tawanya tak henti.

"Talangin dulu ya Anggia Dwifitri, gue bokek nih abis beli jajan di kantin bu Maya." Rayu Nara kepada gadis bertubuh mungil tersebut.

"Tapi masa gue talangin mulu Ra." Kata Anggi sambil membolak-balik buku yang berisi daftar nama siswa kelas.

"Gue janji bakal bayar minggu depan, kan minggu depan nyokap gue dapet pesenan cathering tuh, nah gue bayar pas itu aja ya?" Tawar Nara.

Anggi menghela nafas, ia hafal betul tingkah Nara sejak dulu, karena mereka sudah satu kelas dari sekolah menengah pertama.

"Ya udah, nih, udah gue ceklis tapi awas aja lo gak bayar minggu depan. Gue bikin berbunga tunggakan lo." Ancam Anggi sambil memberi tandang centang pada nama Nara.

Nara hormat,"siap kanjeng Anggi."

"Rese amat lo!"

Nara tertawa lalu kembali memasang earphone, kali ini niatnya benar-benar ingin mendengarkan musik, sembari menunggu seseorang lewat didepan kelasnya. Seseorang yang mampu membuat jantung Nara berdegup kencang.

Puk!
Puk!

Seseorang menepuk pundak Nara dengan gerakan tak santai.

"Apa sih Yu? Gue lagi sibuk." Kata Nara sambil mengganti lagu yang terputar di ponselnya.

Ya, tadi yang menepuknya adalah Ayu, sahabatnya sekaligus teman sebangku nya.

"Sibuk pala lo." Kekeh Ayu sambil menarik salah satu earphone yang Nara kenakan.

"Aelah, kebiasaan main copot aja." Kata Nara.

Ayu melirik seisi kelas yang gaduh lalu beralih kearah Nara.

"Gimana pujaan hati lo? Udah lewat belum?" Tanya Ayu sambil menyenggol sikut gadis berkulit sawo matang itu.

Nara melirik kearah pintu kelasnya,"belum tuh. Paling bentar lagi, lima menit lagi malah." Jawabnya antusias.

"Dante mulu, Dante mulu, dari kita SMP ampe sekarang lo gak bosen sama dia?" Tanya Ayu pada Nara.

"Alah bacot bener lo Ay. Ini tuh namanya cinta sejati, lo gak tau mending diem." Jawab Nara sambil menempelkan jari nya di bibir Ayu.

"Hush! Jauh jauh sana jari lo tuh kotor!"

"Hehe abis ngupil soalnya."

"Nara bego!"

"Iya gue memang perfect Yu."

Disaat Nara tengah mengejek Ayu, mata coklatnya menangkap sosok yang ia tunggu, dante. Pemuda dengan wajah tampan, tubuh jangkung dan rahang tegas, membuat siapapun jatuh hati.

"Heh! Lo mau kemana Ra? Woy! Ah si bego malah bucin." Sungut Ayu pada Nara yang berlari kearah koridor kelasnya.

Dengan penuh keberanian Nara memanggil Dante yang sedang berjalan sendirian.

"Dante!" Serunya dengan nada ceria.

Dante menghentikan langkahnya dan berbalik, tanpa menyahut seruan Nara yang kini tengah berlari kearahnya. Ini pemandangan biasa yang siswa-siswa lihat.

"Cie sendirian aja hehe, apa kabar lo?" Tanya Nara dengan senyum lebarnya.

Pemuda itu menatap Kejora dingin,"mau gue rame-rame kek mau gue sendirian, itu bukan urusan lo. Dan kabar gue? Lo gak perlu tau." Jawabnya sarkas.

"Dante, mau lo dingin kek mau lo  hangat kek mau lumer sekalipun. Gue bakal tetep suka kok!" Ucap Nara yang tak pernah lelah menanti Dante.

Dante melihat kearah Nara yang bertubuh pendek darinya, dengan wajah yang tak ia poles sedikitpun dan berambut sebahu itu.

"Lo amnesia atau emang gak ngotak ya? Gue udah bilang berkali-kali kalo kita gak bakal bisa nyatu, lo bukan tipe gue." Kata Dante tajam.

Hati Nara terasa perih namun dengan senyuman tipisnya, nara menahan rasa sakit dari Dante, karena ini sudah biasa ia dapatkan.

"Makin lo ngatain gue gini, gue makin suka deh. Lo pelet gue ya Te? Uhuy di pelet abang Dante!" Balas Nara.

Ni cewek gak pernah habis bahan buat jawab setiap pernyataan gue. Batin Dante.

"Iya di pelet, biar lo jauh jauh dari gue."

Nara tersenyum geli.

"Sana, gue mau ke kelas, cewek dekil." Ejek Dante dengan senyum remeh.

Gadis itu terdiam melihat punggung Dante yang kian menjauh.

"Gak, gue gak boleh nyerah."

---

DANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang