Bagian 8. KASUS PERAMPOKAN 2

2.6K 96 3
                                    

"Kamu, tolong apa ada sidik jari di gagang pintu ini !" Perintah Restu pada seorang petugas. Setelah itu Restu melihat sekeliling ruang tamu, tengah rumah.

"Restu !" Bahar memanggil Restu. Dan dia mendekat.

"Ada apa mas ?" Tanya Restu.

"Siapa perempuan itu ?" Bahar menatap seorang ibu-ibu yang histeris di luar.

"Oh, ibunya perempuan yang tewas ! Dia anaknya bernama Winda !" Jawab Restu.

"Yah sudah, kamu lanjutkan aku akan mencari keterangan dari ibunya !" Ujar Bahar, dan dia keluar.

"Mas Restu, mau periksa mayat perempuan si korban sebelum di angkut ke ambulan untuk di otopsi ?" Tanya petugas. Restu menggeleng. Petugas mengangguk dan memberi tanda pada petugas lain untuk mengangkat jenazah perempuan yang tewas.

"Eh, tunggu dulu mas ! sepertinya ibunya ingin melihat !" Ujar Restu pada petugas.

"Sepertinya jangan dulu kalau melihat sekarang dia akan histeris dan pingsan !" Jawab petugas.

"Oh ya, aku pengen tanya, siapa yang menemukannya pertama kali ?" Tanya Restu pada petugas.

"Oh ibunya, dan pak RT dan beberapa tetangga korban !" Jawab petugas itu lagi, Restu mengangguk.

Mayat perempuan dimasukan ke dalam kantong mayat yang telah disediakan dan di bawa keluar untuk dibawa ke rumah sakit untuk di otopsi, terdengar teriakan histeris dari perempuan tua itu dan akhirnya pingsan.

Sementara Restu menuju kamar korban dan memeriksa sekelilingnya, mengambil sebuah pigura foto, dari foto waktu SMU, kuliah, wisuda, di acara pernikahan dan foto dengan seseorang lelaki. Kemudian memeriksa laci dan lemari kembali dia menemukan kejanggalan.

Sampai dia menemukan sebuah buku diary, dia memanggil petugas untuk mengambil kantong dan memasukannya kedalamnya. Sebagai barang bukti.

"Sudah selesai ?" Tanya Bahar yang sudah ada di depan pintu. Restu mengangguk.

"Bagaimana ?"

"Banyak kejanggalan mas ! Ini seperti bukan perampokan biasa menurutku sih setelah melihat situasi keadaan disini !" Jawab Restu, Bahar menatap Restu. Sebelum menerima Restu sebagai patner dia diminta bang Togar untuk menemuinya di suatu tempat.

--------------

Bahar kembali mengingat kejadian beberapa hari lalu ketika bertemu bang Togar.

"Terima kasih, kamu mau datang Bahar !" Bang Togar tersenyum sambil merokok di sebuah cafe.

"Tidak apa-apa bang !" Jawab Bahar dan bersalaman kemudian duduk, bisa di sebut bang Togar adalah seniornya. Dulu dia dan bang Togar sempat menjadi patner tapi tidak lama. Dia belajar banyak darinya tentang apapun.

"Kamu pesan saja yang kamu mau har !"

"Iya bang !" Dan Bahar pun memesan minuman.

"Ada bang tumben ingin bertemu denganku !" Tanya Bahar sambil mengambil rokok,

"Aku mendapat rumor kalau akan dipindah ke tim narkoba !"

"Wah hebat bang !" Puji Bahar. Bang Togar tersenyum.

"Begini ... patnerku kamu tahukan Restu ?" Bahar tertegun. Kemudian mengangguk.

"Dia mirip sepertimu dulu waktu awal masuk divisi kriminal !" Bahar terdiam.

"Aku tahu kamu kurang suka padanya, tapi dia itu mempunyai kemampuan yang tidak bisa di anggap remeh !" Jelas bang Togar, Bahar hanya terdiam karena bang Togar tahu tentang bully pada Restu.

JAKARTA UNDERCOVER !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang