Bagian 22. KASUS VILLA PUNCAK 1

1.7K 89 16
                                    

Bondan terbangun ketika sinar matahari menyorot tubuhnya yang terbaring, ia sempat menggeliat dan tidur lagi tapi tidak lama karena merasa aneh dengan tempat tidurnya. Ia terbangun dengan kepala sedikit berat dan kemudian duduk, mengusap wajahnya.

Bondan baru menyadari dia setengah telanjang dan hanya menggunakan sempak alias cd saja. Dia melihat sekeliling ruangan bukan kamarnya tapi ... dia tertegun ! Perlahan dia menggeser dan bangun dari tempat tidur, walau sedikit pusing tapi itu tidak lama, kemudian berjalan menuju pintu kamar dan membukanya.

Ia mencium aroma masakan yang menggugah selera, Bondan memuju dapur di area ruang makan, terlihat sesosok laki-laki bertelanjang dada hanya memggunakan celana pendek dia bertubuh kekar berotot dan berbulu halus sekitar dadanya sedang memasak.

Bondan tersenyum, perlahan dia mendekati pria yang terlihat macho dan jantan itu dan kemudian memeluknya dari belakang dengat erat.

"Bang ... " bisiknya, sementara lelaki itu tertegun tapi kemudian tersenyum, dan mematikan kompor karena sudah selesai dan membalik tubuhnya menghadap Bondan. Keduanya saling tatap dan kemudian saling berpelukan erat sekali.

"Kamu sudah bangun ?" Bisiknya pelan, tangannya mengusap tubuh Bondan, perlahan Bondan merenggangkan tubuhnya wajah mereka sangat dekat sehingga nafas mereka saling terasa. Perlahan bibir keduanya saling bertemu dan berciuman dan berpagutan.

Perlahan lelaki yang sedikit lebih tinggi dari Bondan mendorong tubuhnya ke dinding antara dapur dan ruang makan dia sedikit menghimpit tubuh Bondan. Kemudian lelaki itu melepas ciumannya menuju leher Bondan, seketika pemuda itu mendesah dan mengerang tubuhnya menggelinjang akibat bulu kasar di dagu dan kumis tipis lelaki itu.

"Aaaahhhh ... bbbaaannggg !" Erang Bondan. Lelaki itu melepas dan kemudian kening mereka bersentuhan.

"Bukankah kamu suka ?" Bisiknya, Bondan hanya tersenyum membalas dia menyentuh wajah lelaki itu.

"Aku rindu abang ..." bisiknya. "Aku sudah putus dari Diandra !".

"Abang tahu, itu kenapa kemarin kamu mabuk !" Jawab lelaki itu, hidung mereka kini bergesekan. "Maafkan abang ..." bisik lelaki itu. Bondan menatap lelaki yang sangat dicintainya itu dan mencium bibirnya dan memangutnya, lelaki itu membalasnya dengan gairah.

Untuk beberapa saat mereka seperti itu, perlahan lelaki itu melepas ciuman dan menatap pemuda tampan yang begitu dicintainya selama ini.

"Sudah dulu ya ?" Bisiknya.

"Kenapa ?" Bisik Bondan manja tangan mengusap membelai dada berotot berbulu milik lelaki itu.

"Kamu baru bangun dan masih pusing dan juga bau bekas muntah tadi malam !" Ujar lelaki itu menoel hidung mancung Bondan.

"Ih ... bang Togar !" Dan Bodan memeluk lelaki itu dengan erat seakan tidak ingin melepaskannya.

"Baby sayang !" Bisik lelaki itu sambil tertawa kecil.

-------------

Restu terbangun pagi itu ia melirik kekasihnya Bahar yang masih tertidur pulas, ia tersenyum dan mencium bibirnya dengan lembut. Perlahan ia melepas pelukan Bahar dan bangun dari tempat tidur ia hanya menggunakan cd saja.

Karena pertempuran terakhir tadi malam terjadi di kamar mandi jadi setelah itu tidur dengan menggunakan cd saja. Restu ke kamar mandi untuk cuci muka dan berkumur. Setelah itu memakai kaos dan celana pendek.

Ia menuju dapur untuk membuat sarapan pagi dan kopi untuk Bahar. Pagi ini mereka mempunyai waktu luang setelah kasus terakhir menguras tenaga dan pikiran semuanya. Di hari minggu pagi ini ingin bersantai. Akhirnya Restu membuat roti bakar isi keju meleleh dan kopi capuccino kesukaan Bahar.

Aroma roti bakar isi keju yang di panggang di wajan teflon menyebar wangi yang menggugah selera dan kopi panas berbau harum pun juga sudah tersaji dia mengambil nampan dan membawanya ke kamar.

Dikamar Bahar rupanya terbangun, ia melirik ke samping tidak terlihat Restu tapi ia tersenyum ia berpikir kekasihnya sedang ada di dapur, ia bangun dan menuju ke kamar mandi mencuci muka dan berkumur.

Setelah itu kembali ke tempat tidur, tak lama Restu masuk membawa nampan berisi makanan dan juga kopi untuk sarapan pagi di tempat tidur, Restu mengecup bibir Bahar.

"Pagi !"

"Pagi juga sayang !" Balas Bahar sambil tersenyum. Mereka pun sarapan sambil mengobrol kesana kemari sesekali bercanda.

"Hari minggu yang menyenangkan setelah tugas yang sangat berat !" Ujar Bahar, Restu mengangguk. Sebagai seorang polisi mereka selalu ada kasus baru yang membutuhkan kerja keras dan ketelitian, bila semua terungkap ada kepuasan tersendiri.

---------

Kita ke Reyhan, pagi itu dia harus bangun karena atasan ingin bertemu dengannya, mau tidak mau harus pergi. Padahal hari minggu adalah waktunya istirahat dan itu artinya tidur sampai siang. Sesampainya di kantor sebagian masih bekerja karena ada bagian penyiaran berita untuk televisi selain media koran.

"Tok ... tok ... !" Reyhan mengetuk pintu pimpinannya dia berpakaian rapi kali ini.

"Masuk !" Seru seseorang dari dalam.

"Pagi bu !" Sapa Reyhan.

"Pagi, duduk Reyhan !" Jawabnya Rey pun duduk di depan bosnya.

"Begini, melihat kinerja kamu akhir-akhir ini selalu bagus !" Puji bosnya, Rey tersenyum.

"Mulai senin besok kamu akan di pindah kan dibagian editor news televisi ! Kamu akan memilah berita yang akan di tayangkan di televisi ! Tentu saja gaji mu akan meningkat, bagaimana kamu bersedia ?" Tanya bosnya Reyhan terkejut bukan main, dia akan berada dibalik meja bukan di lapangan ! Dulu dia sempat tidak terima pekerjaan seperti itu, karena cape harus nyari berita, mengetiknya dan menyerahkan serta belum tentu di terima atau tidak sebagai berita.

Gajinya tidak sebanding kerja kerasnya, sedangkan sekarang ia yang menentukan semua berita yang akan di tayangkan itu sesuatu yang luar biasa. Padahal kalau boleh jujur dia mulai menyukai wartawan lapangan. Akhirnya apa salahnya ia mencobanya ini adalah buah dari kerja kerasnya selama ini.

"Iya, bu saya bersedia ! Saya tak menyangka tentang hal ini !" Jawab Reyhan.

"Bagus ! Besok kamu kasih surat ini ke pak Hendi pimpinan Redaksi televisi !" Bosnya menyerahkan surat kepada Reyhan dan diterimanya.

Setelah itu ia keluar, dengan perasaan tak percaya. Dia tersenyum.

"Cie, ada nih kok senyum-senyum ?" Tanya temannya yang kebetulan ada dikantor.

"Gue dipindah geng !" Ujarnya sumringah.

"Pindah kemana bro !"

"Bagian editor news telivisi !"

"Serius bro ? Wuih selamat ya !" Ujar yang lain kaget tapi nampak berbahagia mereka pun memberi selamat. Setelah itu menuju meja kerjanya selama ini.

Reyhan terdiam setelah bergabung hampir 3 tahun ini kerja kerasnya kini berbuah manis, meja ini memberi kenangan tersendiri ketika diterima di perusahaan media ini, tak menyangka sebenarnya. Kuliah di multimedia tidak sia-sia walau sempat tersendat-sendat dan membutuhkan waktu 4 tahun lebih untuk menyelesaikannya karena krisis identitas di dalam dirinya. Semua berubah ketika papanya selingkuh !

Papanya yang di bencinya karena menerapkan disiplin keras kepada setiap anak lelakinya harus menjadi lelaki, tak heran dia sering dihukum, dia membuat peraturan seperti prajurit TNI yang dia pimpin di rumah.

Tak jarang kekerasan fisik di terimanya, ia menganggap hal itu biar menjadi kuat. Reyhan tentu saja memberontak dia akan lebih sengaja berbuat kesalahan. Semua egois papanya seketika hancur karena kehadiran orang ke tiga. Reyhan tertawa terbahak-bahak mengejek papanya itu semua ajarannya seakan bahwa seorang lelaki harus menjadi lelaki yang kuat untuk melindungi perempuan. Dan itu bullshit !!

Bersambung ...

JAKARTA UNDERCOVER !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang