Restu, Bahar dan Bondan masih berada di TKP untuk pemeriksaan dan penyelidikan, tiba-tiba datang seseorang ke dalam Cafe seorang lelaki bertubuh gagah dan berkumis tipis.
"Maaf saudara-saudara mulai saat ini Tim 10 mengambil alih kasus ini dari tim 8 !" Ujarnya semua yang ada di sana terkejut.
"Tunggu sebentar, kami mendapat perintah langsung dari ... !" Sela Bahar, lelaki yang berada di hadapannya memberikan surat pada Bahar dan membacanya.
"Ini tidak mungkin letnan Subekti ! Masing-masing sudah ada tugasnya sendiri, tidak bisa bermain seperti ini !" Jawab Bahar tidak terima. Sebenarnya dia sedikit segan pada lelaki itu, walau bagaimana pun dia pernah menjadi mentor dirinya jadi dia lebih senior dalam kasus kriminal.
"Maaf Bahar, kamu sudah lihat sendiri surat itu ! Tapi kalau tidak percaya boleh kamu telpon sendiri !" Letnan Subekti tersenyum. Bahar terdiam.
"Oke ... kalau begitu, silahkan letnan Subekti !" Pada akhirnya Bahar menyetujuinya.
"Kalau begitu, apa yang di dapat tim mu menjadi milik kami semuanya !" Bahar menatap tajam pada Subekti dan memberi kode pada Restu dan Bahar untuk melepas semuanya. Mau tidak mau semuanya menuruti pimpinan.
Mereka kemudian keluar, sementara Subekti memerintahkan timnya untuk nengambil alih kasus ini.
--------
"Bagaimana ini, kok bisa seperti ini bang ?" Tanya Bondan. Bahar terdiam hal ini memang sedikit mengejutkan.
"Atau jangan-jangan rumor itu benar ya ?" Ujar Bondan. Bahar dan Restu melirik ke arahnya.
"Apa maksudmu Bondan ?" Tanya Bahar. Bondan terkejut.
"Anu ... maaf bang ! Gini aku beberapa terakhir ini sering mendengar kesuksesan tim 8 ini dalam mengungkap kasus ini ... banyak yang iri ... seperti itulah !" Jelas Bondan.
"Aneh banget kok bisa seperti itu !" Jawab Bahar. "Oke kita pulang dahulu besok aku bicarakan dengan pak Hendro, oh ya Restu kamu sudah semua menyelidiki kasus ini ?" Bahar bertanya.
"Belum semua sih, tapi ... !" Jawab Restu.
"Bagus ... kamu simpan dalam pikiranmu dulu !" Ujar Bahar, Restu terkejut walau sedikit heran. Mereka pun pulang.
Di Rumah Restu baru saja keluar dari kamar mandi, setelah tadi pulang dari TKP, Bahar kembali mengajaknya kembali ke rumah dan dia tak keberatan. Restu melirik Bahar yang sedang duduk di tempat tidur dan terlihat sedang berrfikir.
"Mas, masih memikirkan hal tadi !" Tanya Restu duduk di samping Bahar, dan dia mengangguk.
"Aku tidak percaya dia melakukan itu ! Padahal bang Subekti itu mentor aku di bagian kriminal !" Jawab Bahar mengusap wajahnya seakan tidak percaya.
"Ya sudah, kan kita masih ada kasus lain !" Restu menenangkan Bahar.
"Engga mungkin !"
"Kenapa ?"
"Setiap kasus, harus ada prosedur dan tugasnya masing-masing !" Jawab Bahar.
"Jadi gitu ya !" Restu terdiam kemudian menghela nafas dan memeluk Bahar dan menciun pipinya. "Kita lihat mas apa mereka bisa menyelesaikan kasus ini apa tidak !" Bahar melirik ke arah Restu.
"Menurut pendapatmu bagaimana kasus Dalgona ini ?" Tanya Bahar sambil membalas memeluk mencium pipi Restu.
"Rumit !" Jawab Restu. "Pertama bukti-bukti di lapangan tidak banyak hanya ada para saksi dan barang bukti minuman !" Jelas Restu.
"Menurut dugaan sementara ada racun di minuman ?"
"Betul, yang jadi masalah alibi dari semua para saksi dan latar belakang korban !" Ujar Restu.
"Sayang, kok kamu tahu banyak !"
"Kan dari TKP mas !" Jawab Restu heran Bahar tersenyum dan mengecup bibirnya.
"Bukan itu, apa yang kamu lakukan itu seperti sudah menempuh pendidikan khusus kriminal, karena kalau hanya karena bakat detektif itu tidak mungkin dan itu harus dipelajari dahulu, selama ini semua kasus yang kita tangani semuanya hasil dari penyelidikan pertamamu !" Jelas Bahar. Restu tersenyum.
"Aku pernah belajar, entah kenapa atasanku waktu itu memintaku untuk ke Amerika untuk belajar kembali ! Kalau enggak salah 2 bulan setelah selesai menempuh pendidikan kepolisian tapi engga lama hanya 2 tahun saja, aku di panggil pulang dan dianggap selesai tapi mendapat sertifikat kok, hanya tak ku cantumkan di fileku ! Setelah itu justru aku di tempatkan polantas sampai di pindahkan kembali disini dan ilmuku itu bisa dipakai akhirnya walau tidak mendalam !" Jelas Restu panjang lebar mereka telah berbaring di tempat tidur.
"Oh pantas !" Bahar tersenyum. Restu memeluk Bahar.
"Mas, apa pak Subekti itu orang hebat ?" Tanyanya.
"Begitulah yang ku dengar, aku sendiri baru kok di bagian kriminal !" Ujarnya menghela nafas. Kemudian Bahar bercerita bagaimana perjalanan karirnya.
--------
Keesokan harinya mereka berangkat ke kantor, ketika sampai semua melirik ke arah Bahar dan Restu dengan tatapan dan bisikan.
"Bang ... !" Sapa Bondan, Bahar memberi tanda dan pergi ke ruangan pimpinan.
"Rupanya berita cepat sekali beredar !" Ujar Bondan.
"Memangnya kenapa ? Itu tidak masalah dan sudah biasa !" Jawab Restu menepuk pundak Bondan dan mereka pun pergi.
Sementara itu di ruangan Pak Hendro. Bahar dan dia sedang mengobrol.
"Jadi ... ?" Tanya Bahar. Pak Hendro mengehela nafas.
"Sudahlah, kita lihat hasil mereka !" Ujarnya.
"Saya mendengar gosip sir ... yah, kalau mereka iri !"
"Bukan masalah iri atau tidaknya tapi kemampuan untuk memecahkan kasus, hanya saja memang kasus kalian di publis besar oleh media di banding mereka !" Ujar pak Hendro.
"Tapi kan pak semua juga dapet !"
"Bahar, yang penting sekarang kamu lakukan tugas yang aku berikan, toh itu juga kasus !" Pak Hendro sambil memberikan file pada Bahar.
"Baik pak, saya akan laksanakan ! Permisi ..." Pak Hendro mengangguk dan Bahar pun pergi.
Bahar bertemu Restu dan Bondan di sebuah ruangan. Mereka sudah menunggu dan memberikan file itu pada mereka.
"Kita dapat kasus perampokan toko mas !" Ujar Bahar.
"Ya sudah, kita pergi ke TKP !" Jawab Restu.
"Oke, kita pergi !"
"Sip bang !" Semua tersenyum.
-----------
Mereka sekarang berada di lokasi perampokan toko mas, Bahar seperti biasa menanyai para saksi mata dan korban. Restu dan Bondan meneliti barang bukti yang ada di toko emas.
Mereka mencari sidik jari, melihat cctv di toko emas.
"Bagaimana bang ?" Tanya Bondan.
"Kamu sudah melakukan apa yang aku minta ?" Tamya Restu, Bondan mengangguk.
"Ini memang kasus perampokan, sepertinya sudah di incar ! Dari gambar cctv terlihat ada 4 orang tapi ... hmmm !" Jelas Restu.
"Ada apa bang ?" Tanya Bondan.
"Coba lihat, ada sedikit aneh orang satu itu justru tahu ada cctv, berbeda dengan yang lainnya ... memang hanya sedetik tapi itu sangat berharga !" Ujar Restu sambil menunjuk sesuatu.
"Benar, bang ! Jadi ini ... ?" Bondan menatap Restu.
"Itu kesimpulan awal ... kita tidak boleh menduga dulu !" Kita ambil sidik jari para saksi dan korban perampokan !"
"Baik bang !" Jawab Bondan. Mereka menemui Bahar dan dia memerintahkan untuk melakukan pengambilan sidik jari pada setiap saksi dan korban. Setelah itu mereka selesai untuk sebelumnya di serahkan untuk uji forensik dan menelitu barang bukti di TKP.
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
JAKARTA UNDERCOVER !
Misteri / ThrillerAda satu lagi cerita kosong jadi harus diisi, slow update ... karena yang lain belum beres 😁 ... ceritanya tentang kasus pembunuhan seorang wanita kaya yang melibatkan Suami, Selingkuhannya... dan kasus-kasus lainnya yang melibatkan seorang polisi...