Bagian 17. KASUS DALGONA 5

1.1K 81 8
                                    

Tak lama pemeriksaan pertama telah selesai, Bahar, Restu dan Bondan cukup lega semua hampir selesai, mereka menunggu seorang calon tersangka yang kabur. Mereka melewati ruang pemeriksaan kasus Dalgona dan cukup tertegun ternyata sudah kosong ! Sudah selesai kah ? Padahal untuk kasus sekelas itu membutuhkn waktu yang cukup hati-hati.

Tapi mereka tak terlalu perduli lagi toh kasus itu sudah milik orang lain.

"Untuk saat ini sudah cukup ! Kita tinggal menangkap pelaku dan membuktikan di pengadilan nanti !" Ujar Bahar pada yang lain. Semua mengangguk.

Keesokan harinya tim 8 baru datang yang mengejutkan mereka melihat sepertinya akan ada pernyataan dengan pers mengenai sebuah kasus, ketika tahu semua tertegun.

"Kok cepat sekali atau memang di sengaja, kita juga akan melakukan yang sama kan ?" Bondan bertanya-tanya.

"Coba waktunya juga dekat hanya beda beberapa menit saja !" Ujar Bondan lagi.

"Sudahlah jangan dipikirkan, kita hanya akan memberitahu bahwa kasus ini sudah selesai seperti biasanya !" Jawab Bahar. Semua mengangguk.

Konfrensi pers pada hari itu ada dua dengan kasus yang berbeda yang satu beritanya viral yang lain beritanya cukup menyita perhatian media. Para awak media sedikit bingung mana yang harus didahulukan ? Karena keduanya menarik, beredar rumor bahwa hal ini di sengaja tapi itu belum tentu benar.1

Akhirnya media terbagi dua dengan kasus Dalgona yang menjadi prioritas di banding kasus perampokan yang dianggap "biasa". Rey lebih memilih kasus perampokan di banding yang lain. Dia pun sudah melakukan wawancara dengan nara sumber terkait kasus ini.

Insting Rey tak pernah salah, kasus yang di tangani tim 8 selalu penuh kejutan apapun kasusnya, oleh karenanya dia telah menjadi sekarang ini.

"Rey, elu milih ini karena dekat dengan mereka ya !" Tanya rekan media yang lain dan itu sudah tak aneh bahwa dirinya memang berteman.

"Iya sih, sebenarnya apapun yang di lakukan tim 8 selalu menarik di mata gue, lu tahu kan selama ini gue hanya meliput berita yang biasa dan receh lah ! Tapi sejak pertama meliput kasusnya gue jadi seperti sekarang ini !" Jawab Rey.

"Iya sih, mereka tuh gue lihat lebih teliti dan hati-hati !" Ujar rekan media yang sudah cukup lama meliput dan jadi tahu apapun.

Konfrensi pers pun di gelar kasus Dalgona terlebih dahulu, kemudian 10 menit kemudian barulah kasus perampokan. Perbandingannya cukup jauh.

"Kasus perampokan toko emas yang terjadi tanggal sekian ... maka kami telah menangkap otak utama pelaku perampokan tak lain tak bukan anak dari pemilik toko sendiri !" Bahar menjelaskan kasus yang di tanganinya. Para awak media tertegun itu cukup mengejutkan karena hasil investigasi mereka di lapangan berbeda.

"Hal ini didasari pada beberapa bukti yang meyakinkannya sebagai tersangka pertama bukti dari cctv, kedua dari sidik jari dan yang terakhir dari seseorang yang sempat kabur dan sudah kami tangkap. Motifnya iri atas warisan yang tidak adil !" Lanjut Bahar.

Akhirnya konfrensi pers berakhir, para awak media terlihat puas, apa yang dikatakan Rey memang benar kasus yang selalu ditangani tim 8 selalu menarik apapun itu. Sementara kasus Dalgona juga sudah selesai tapi raut dari para awak media berbeda,

"Kenapa lu, mukanya kok gitu ? Bagaimana hasilnya !" Tanya yang lain tidak meliput kasus itu.

"Sama !" Jawab mereka.

"Maksudnya ?"

"Iya intinya sama dengan konfrensi yang pertama kasus bunuh diri minum racun, iri dan cemburu !" Jawab salah satu media.

"Kok sepertinya lama ?"

"Entahlah menjelaskan ini itu, bertele-tele ! Aku fikir akan menarik nih tapi ya gitu deh ! Lalu bagaimana dengan kasus perampokan toko emas gue minta dong catatannya !" Ujar seorang wartawan wanita dan temannya itu memberikan catatannya

"Wow serius nih ? Ini sih lebih menarik sebagai berita dari pada yang tadi !"

-------

Beberapa hari kemudian ternyata di berbagai media cetak dan elektronik kasus perampokan toko emas lebih menarik di bahas di banding kasus Dalgona sempat viral yang berakhir biasa.

Rey tersenyum melihat itu, dia pun mendapat pujian walau sebelumnya sempat di tolak untuk fokus ke kasus Dalgona, tapi Rey meyakinkan bos nya. Dan akhirnya terbukti.

Bahar, Restu dan Bondan sedang berada di ruangan pimpinan. Dia memuji tentang selesainya kasus perampokan.

"Oke, saya bangga pada kalian atas selesainya kasus !"

"Terima kasih pak !"

"Oh, ya kasus Dalgona menjadi milik kalian lagi !" Ujar pak Hendro. Semua terkejut.

"Loh bukannya sudah selesai ?" Tanya Bahar heran.

"Memang tapi ada saksi baru sehingga kasus ini dimulai lagi dan aku serahkan ke kalian !"

"Lalu pak Subekti ?" Pak Hendro menghela nafas.

"Dia ada kasus lain ! Bagaimana mau di ambil atau tidak ?" Tanyanya.

"Siap pak !!" Seru ke tiganya.

"Oke ini berkasnya aku berikan ke kalian !" Sambil menyerahkan file dan Bahar mengambilnya. Dan mereka berpamitan untuk pergi pak Hendro hanya mengangguk.

"Kalau begitu kita mulai lagi dari awal tentang kasus ini !" Ujar Bahar ketika mereka berada diruangan.

"Maksudnya dari nol ? Kan korban sudah di kubur ?" Bondan masih belum mengerti.

"Iya, kita ingin korban tenang di alam sana ! Untuk itu kita mulai dari para saksi mata dan saksi baru yang ingin kasus ini dibuka kembali !" Jawab Bahar. Restu dan Bondan mengangguk.

Sementara itu pak Subekti sudah mendengar kalau kasus Dalgona nya di buka kembali tapi kali ini tidak perduli, rumornya mengatakan dia di"sentil" oleh pimpinan tertinggi atas ulahnya itu, dan kini fokus ke kasus yang lainnya.

-------

Rey pun mendengar hal itu, dia tak sabar menunggu hasilnya. Apalagi kini adiknya menjadi anggota tim 8 ! Rey menghisap rokok di balkon apartemennya dia menghembuskan asap rokok. Dan kemudian mematikan serta membuang sisanya.

Rey masuk ke dalam duduk di sofa dan mengambil hp nya tapi untuk sesaat terdiam, akhirnya menghela nafas dia memencet nomor telpon.

"Hallo ... mah ... ini Rey ... iya ... maaf mah baru saat ini Rey bisa nelpon ... iya Rey baik-baik saja ... bagaimana dengan mamah ? Serius ? Katanya sakit ... Bondan ... iya Rey ketemu dia ... iya ... Rey belum bisa pulang ... iya ... yang penting mamah sehat tidak usah memikirkan yang lain ... iya ...iya ... Rey akan selalu nelpon mama kok ... iya Rey di Jakarta ... iya ... by I Love you mam !" Rey menutup telpon tak lama dia mengusap air matanya.

Bondan sedang berbaring di tempat tidur di kosannya. Hp nya berdering dan dia melihat siapa yang menelponnya.

"Hallo pah, iya lagi di kos an... iya sudah ketemu ... dia baik-baik saja ... jadi wartawan ... iya pah ... oke by !" Bondan menutup telponnya dia menghela nafas.

Kemudian dia menelpon seseorang ...

"Hallo ... sudah tidur ... belum ... kan nelpon kamu ... iya hari ini cukup berat, kamu ... apa ... belum bisa sayang ... iya aku tahu ... bukannya engga sayang kamu ... ayolah masa bertengkar lagi ... iya aku minta maaf ... iya ... iya ... bukan begitu ... hallo ...!" Bondan melihat telponnya.

"Sialan, di putus lagi !" Bondan terlihat kesal.

Bersambung ...

JAKARTA UNDERCOVER !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang