Bab 8

3.7K 379 86
                                    

Hai jangan lupa vote dan komennya ya.

🤧🤧🤧

Setelah perampok-perampok itu mati dan semua kembali ke keadaan semula, semua penduduk mendakati Loan dan berterimakasih kepadan ya. Lalu Biung Xhi pun ikut mendekati Loan. Loan kini tak lagi memakai kain penutup matanya, sekarang penutup matanya itu ia jadikan pita untuk mengikat rambutnya. Semua terpana saat melihat ketampanan sekaligus ke cantikan yang bersatu padu dan tak terbantahkan.

"Anak muda, terimakasih karena sudah mambantu kami. Kalau tidak ada anak muda, kami mungkin sudah mati." ujar kakek tua itu.

"Tidak perlu berterimakasih padaku. Berterimakasihlah dengan dia, karena dia saya bisa tahu kalau desa ini sering di rampok." ujar Loan sambil menunjuk Biung Xhi.

Semua orang pun mengucapkan terimakasih kepada Biung Xhi, Loan tersenyum. Tugas di desa itu mungkin sudah ia selesaikan, dan bahkan sudah aman dari ancaman mara bahaya. Biung Xhi mendekati Loan, lalu ia berbicara.

"Kenapa kau menunjuk ku dan malah menyuruh mereka berterimakasih padaku?" ujar Biung Xhi.

"Terimakasih, karena sudah menolongku. Aku harus segera pergi dari kota ini," ujar Loan.

Biung Xhi merasa seperti ada yang hilang saat Loan mengatakan akan pergi dari kota itu. "Kau ingin pergi kemana?"

Loan menoleh, kemudian ia menghela napas panjang dan berbicara. "Aku tidak tahu, aku hanya mengikuti kemana langkahku pergi dan berhenti."

"Kalau tidak punta tujuan disini saja, lagi pula kami semua menerimamu disini." ujar Biung Xhi.

Loan menolak, tetapi Biung Xhi tetap memaksanya. "Ya sudah kalau tidak mau, aku tidak yakin di luaran sana kau akan selamat."

Saat Loan akan berkata lagi, muncul dua panglima perang dan menghadap kepada Biung Xhi lalu memberi hormat. "Hormat kami kepada yang mulia Biung Xhi, paduka raja memanggil anda untuk segera kembali ke istana."

Loan mengangkat alisnya sebelah saat orang itu mengatakan istana dan raja yang menunggunya. Kemudian saat Loan ingin bertanya, pengawal itu menjelaskan. "Maaf, Yang mulia Biung Xhi adalah pangeran dari kerajaan Lung Fang."

"Oh, baiklah. Maaf saya tidak tahu kalau dia adalah pangeran. Tetapi, kau sebagai pangeran kenapa tidak mengerahkan prajuritmu untuk melawan pada perampok tadi?" ujar Loan.

"Karena kami sudah pernah melakukan hal itu, tetapi semua sia-sia. Mereka memiliki kemampuan sihir yang sangat kuat. Hingga akhirnya kau datang kemari, dan kau bahkan mampu mengalahkan mereka." ujar Biung Xhi.

Loan tersenyum sini, lalu kemudian ia berbicara. "Apakah kau tidak berniat mendirikan sekolah sihir disini? Aku melihat beberapa anak-anak dan orang tua yang mampu mengendalikan sihir, hanya saja mereka menutupinya."

Biung Xhi tampak bingung, bagaimana Loan bisa tahu kalau sebanarnya rakyat di kota itu adalah orang-orang yang memiliki sihir bahkan sebenarnya kota itu adalah kota yang dimana para penduduknya semua ahli sihir. "Aku tidak tahu, kalau mereka semua bisa menggunakan sihir,"

Loan tersenyum, dia tahu sebenarnya ada yang aneh di kota kecil ini. Apa yang sudah terjadi? Entahlah, hanya orang-orang di kota itu yang tahu. Loan menghela napas, kemudian ia pun berbicara. "Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Aku tidak berhak dan pantas berada disini."

Biung Xhi terdiam, Loan membungkuk memberi hormat, lalu ia pun pergi meninggalkan Biung Xhi. Tetapi saat Biung Xhi sampai di pintu gerbang beberapa orang menghadangnya dan menatap dengan tatapan sendu. Bahkan Loan di kepung oleh beberapa orang. Loan merasa bingung, lalu Biung Xhi dan Raja disana muncul.

"Ada apa ini? Kenapa kalian mengepungku?" ujar Loan.

"Tetaplah disini, dan jangan pergi." ujar Raja Lung Fang.

Loan menoleh lalu ia pun berbicara. "Kenapa aku tidak boleh pergi?"

"Karena di luar sana akan datang raja yang sangat keji, ia tidak suka bahwasanya ada orang yang memiliki kemampuan sihir di atasnya. Maka dari itu siapapun yang menggunakan kekuatan sihir, ia akan membunuhnya. Kau akan aman tetap berada disini." ujar Lung Fang.

"Itu sebabnya kalian tidak menggunakan kemampuan sihir kalian?" ujar Loan.

"Benar, itu terjadi pada masa lalu. Dulu..." ujar Raja Lung Fang.

Dulu pada saat kota Lung Fang berada pada puncak kejayaannya, kerajaan itu sangat indah bagaikan dunia impian. Semua mata yang memandang akan takjub dengan keindanhannya. Semua yang ada disana mampu mengendalikan sihir, baik untuk mengobati atau bahkan untuk pertarungan.

Tepat pada seratus tahun yang lalu, Lung Fang tumbuh bersama ketiga sahabatnya ya itu Leo, Mikki, dan Antonio (ayah Loan). Mereka adalah ke tiga sekawan dan seperguruan, satu academy sihir. Mereka terpecah belah akibat tugas dari guru mereka. Tetapi di luar dugaan, Mikki mengkhianati mereka. Sahabat, guru, dan lainnya. Entah apa sebabnya Mikki berubah menjadi seperti itu, orang-orang masih merasa heran hingga kini.

Loan merasa terkejut saat mendengar nama Leo, kemudian ia pun bersuara. "Baiklah, aku akan tetap berada disini. Dan aku tidak akan menggunakan kekuatan sihirku, tapi jika dia berani datang kemari. Aku tidak akan segan-segan membunuhnya."

"Baiklah, kalau begitu tinggallah di istana bersama kami." ujar Lung Fang.

"Saya akan membeli rumah disini, saya tidak ingin tinggal di istana." ujar Loan.

Lung Fang mengangguk, sementara Biung Xhi kembali ke istana bersama ayahnya.

Di lain tempat, tepatnya di kerajaan Harmoni. Leo melupakan Loan, ia justru kini malah kembali dengan sang Ratu, ya itu Ratu Yi Ang. Bukan tanpa sebab Leo kembali ke pada Yi Ang, itu karena Yi Ang sedang mengandung anaknya. Tetapi Tabib Lufan sangat kecewa sekali, akhirnya tabib Lufan pun pergi meninggalkan istana.

"Lufan kau ingin pergi kemana?" ujar Leo.

"Saya mengundurkan diri dari istana, maafkan hamba yang mulia, saya ingin membuka praktek pengobatan di luar istana." ujar Lufan.

Leo menghela napas kemudian ia oun berbicara. "Baiklah jika itu keinginanmu, tetapi jangan harap kau bisa kembali ke istana ini lagi. Dan satu lagi, aku juga tidak akan membiarkanmu menemukan permaisuriku itu."

"Baiklah yang mulia, hamba tidak keberatan jika hamba tidak bisa kembali ke istana ini lagi. Tetapi hamba tidak akan pernah membiarkan orang seperti anda menelantarkan Permaisuri Loan, karena perlu anda tahu, sejak beliau mendonorkan penglihatannya untuk anda, di situ beliau bukan milik anda lagi. Karena apa? Ratu Yi telah mengusirnya jauh sebelum ia mendonorkan penglihatan untuk anda. Yang mulia Loan membalas semua kebaikan anda dengan memnuat dirinya sendiri buta!" ujar Lufan sudah tidak tahan lagi.

Leo merasa terkejut dengan kenyataan pahit yang ia dengar hari ini. Lufan pergi dengan sangat senanf hati dan tidak merasa terbebani, sementara Leo sedikit menyesal, tetapu itu hanya sesaat. Penyeselan itu lenyap ketika ia melihat seorang bayi ya itu anaknya sendiri.

Bersambung....



Jangan lupa vote dan komennya ya...

Thanks

Tabib Lufan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tabib Lufan

BL- White Lotus (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang