Bab 10

3.7K 369 25
                                    

Loan membalikkan tubuh pria yang ada di gerobak itu. Wajahnya tertutup oleh rambutnya yang bewarna Platinum Blonde. Loan pun menyuruh orang itu untuk membantu Loan membawa masuk kedalam rumahnya. Saat sudah sampai di dalam Lufan mengambilkan air untuk membasuh luka orang itu. Loan melakukannya dengan sangat hati-hati. Saat Loan menyibak rambut pria itu, Loan sangat terkejut saat tau siapa pria itu. Ia langsung menjatuhkan waslap yang ia pegang. Lufan yang melihatnya langsung menanyakan hal apa yang terjadi.

"Ada apa? Kenapa kau ketakutan?" tanya Lufan.

"Kakak, dia... Dia adalah... Mikki, orang yang sudah membunuh ayah dan ibuku, paman, juga abang sepupuku. Dia..." Loan kembali mengingat kejadian di mana Mikki sangatlah kuat.

Lufan tercengang, lalu ia pun berbicara. "Tenang saja, dia sedang dalam kondisi lemah. Jika dia macam-macam denganmu maka, aku akan membunuhnya."

Loan mengangguk, bukan Loan namanya jika ia tak memiliki rasa iba. Loan sangat rendah hati, bahkan ia tak peduli siapa yang ia tolong saat ini. Ia melanjutjan membersihkan wajah, tangan, kaki, punggung, hingga kedaerah sensitif Mikki. Setelah bersih Loan pun menggantikan pakaian yang di kenakan. Saat ia melihat luka punggung dan dada Mikki, Loan tau itu adalah luka yang di dalamnya terdapat ribuan racun yang mematikan. Loan menyentuh luka itu, lalu Loan memejamkan matanya. Sulur emas muncul di tangannya, lalu merayap masuk kedalam luka yang menganga itu. Lalu secara perlahan luka itu tertutup kembali. Lufan yang melihatnya tersenyum, ia kagum akan kebaikan hati Loan.

"Tidurlah, kau sudah merawatnya dengan baik." ujar Lufan.

"Kakak juga tidur, selamat malam." ujar Loan.

Lufan mengangguk, lalu pergi kekamar miliknya. Sementara Loan masih merawat Mikki, entah kenapa ia merasa Mikki itu tidak sekejam yang dia pikirkan. Tetapi jika di ingat bagaimana Mikki membunuh pamannya, itu sangat mengerikan. Loan mengantuk, akhirnya ia pun tertidur pulas tepat di samping tempat tidur Mikki, kepalanya ia sandarkan tepat di tepi tempat tidur itu.

Pagi menjelang, Loan masih tertidur. Sementara Mikki mulai sadar. Ia melihat rambut putih dan wajah seseorang yang sangat tampan, anggun, cantik secara bersamaan. Ia menyentuh surai itu dengan lembut. Sentuhan itu membangunkan Loan.

"Tuan sudah bangun, sebentar saya akan memeriksa kondisi anda dulu." ujar Loan.

"Ma-maafkan aku membangunkanmu." sahut Mikki.

Loan terhenyak, mendengar seorang raja yang bengis itu meminta maaf. "Tidak apa-apa,"

Loan tersenyum, lagi-lagi senyuman itu mebuat Mikki terpana. Sebelumnya ia pernah melihat senyuman itu, tapi ia lupa dimana. Kemudian Loan pun memeriksa dengan seksama. Saat Loan memeriksa bagian belakang kepala Mikki, ada sebuah benda disana. Loan menyentuhnya lalu.

"Kenapa ada ini di kepalanya? Inikan benda yang di pakai untuk mengendalikan seseorang." gumam Loan dalam hati.

Kemudian ia pun berbicara kepada Mikki. "Tuan, benda apa di kepalamu ini?"

Mikki menyentuhnya, Loan menuntun tangan Mikki hingga ia bisa meraihnya. "Aku tidak tahu, tolong cabut saja."

Loan mengangguk, Loan pun mencabut benda itu.

"Aaaaargggh...." teriak Mikki sangat kesakitan. Ada dua benda itu di kepala Mikki dan berhasil di cabut keduanya.

Loan pun menyerahkan benda itu kepada Mikki. Mikki terkejut saat tau benda itu apa. "Ini adalah paku pengendalian diri. Bagaimana mungkin ada ini di tubuhku. Tolong periksa kembali, siapa tahu benda lain."

Loan pun menurutinya, ia kembali memeriksa sekujur tubuh Mikki. Tetapi ia tidak menemukan apapun lagi. "Tidak ada yang lain, hanya dua benda itu saja. Sekarang istirahat sebentar, saya akan membuatkan obat."

BL- White Lotus (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang