10

36 0 0
                                    

_oOo_
Waktu terus berputar, hari sudah menjelang malam. Di salah satu kobong di asrama Abu Bakar di kawasan santri putra, seorang ikhwan duduk dengan meja kecil di depannya, tangan kokohnya sibuk menarikan pena di atas kertas, menuliskan bait per bait kata merangkai kalimat sebagai pewakil lisannya, tekadnya sudah bulat untuk menyatakan rencana lamarannya nanti setelah lulus pada akhwat yang namanya sudah memenuhi ruang dalam hatinya, Aisyah, hanya dengan mengingat nama bidadari impiannya itu sudah melukiskan senyum diwajah tampannya, rencana lamarannya memang nanti tapi setidaknya dengan goresan tinta di atas kertas itu, dia akan menyatakan perasaannya terlebih dahulu, bukan dia tidak berani menyatakannya dengan bertatap muka, tapi kondisi dan situasi tidak mendukungnya untuk bertemu langsung dengan sang pujaan, biarlah kertas penuh makna itu untuk mewakilinya.
_oOo_
" Masyaallah ini titipannya banyak banget "
Gerutu Senja saat melihat barang belanjaan titipan teman-temannya
" sudah jangan banyak mengeluh, bukannya kamu yang mau keluar pondok kan "
" iya sih, tapi kalo banyak yang nitip kayak gini gimana coba cara kita bawanya ? "
Sekarang Aisyah dan Senja sedang berada di luar kawasan pondok lebih tepatnya mereka sedang berada di sebuah minimarket. Di akhir pekan santri memang diperbolehkan keluar pondok untuk membeli kebutuhan yang tidak ada dikantin, tapi hanya dua orang yang diperbolehkan keluar dan yang lain hanya menitip barang apa yang mereka butuhkan.
" iya juga sih, bagaimana cara kita bawanya ? "
Ucap Aisyah bingung
" Assalamu'alaikum Ukhti ! "
" Wa'alaikum salam warahmatullah,.."
ditengah kebingungan ada seorang ikhwan yang memanggil mereka
" maaf sebelumnya, sepertinya ukhty sedang kebingungan, apa ada yang bisa ana bantu ? "
Tawar ikhwan itu, awalnya Aisyah akan menolak, tapi dicegah oleh Senja yang lebih dulu menjawab
" na'am akhi, kami sedang kesusahan membawa barang belanjaan kami, jika tidak merepotkan, bolehkah kami meminta bantuan untuk membawakannya ? "
" tidak masalah "
Jawab ikhwan itu dan mulai mengangkat barang belanjaan itu, dan berjalan mendahului Aisyah dan Senja. Aisyah dan Senja pun mengikutinya dari belakang.
" Syukron akhi, maaf jika merepotkan "
Ucap Aisyah setelah sampai di gerbang asrama putri
" tidak masalah, dan maaf ana cuma bisa mengantar sampai disini "
" oh iya tidak apa-apa, sekali lagi syukron akhi "
" Afwan ukhti, oh sebelumnya maaf, apa ukhti namanya Aisyah ? "
Tanya ikhwan itu dengan menatap Aisyah
" na'an ana Aisyah "
" oh benar rupanya "
ucapan ambigu ikhwan itu membuat Aisyah dan Senja bingung
" perkenalkan ana Syahril Adimas, dan ini, ada seseorang yang menitipkan surat untuk ukhti Aisyah "
Ucap ikhwan bernama Adimas itu sambil memberikan surat beramplop warna violet yang dia ambil dari saku jas almamaternya pada Aisyah, tidak lupa dengan senyuman manis diwajah ramahnya, Aisyah mengambil surat itu dengan ragu
" dari siapa in- "
" ya sudah ana pamit dulu ya, Assalamu'alaikum "
" Wa'alaikum salam "
Belum sempat Aisyah menyelesaikan pertanyaannya, ikhwan itu sudah pamit dan berlari menjauh dari mereka. Tanpa mereka sadari ada seorang ikhwan lain yang tersenyum bahagia menatap Aisyah yang menatap bingung surat ditangannya, dari kejauhan.
.

.

.

.

.

#TBC

MahabbahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang