Prolog

621 236 391
                                    

Barang berserakan dalam ruang keluarga yang tak seberapa itu. Pecahan kaca bertebaran di atas lantai. Noda hitam berasal dari ampas kopi hitam mewarnai dinding kusam, seperti sebuah lukisan abstrak yang tersurat dalam kanvas. Yang tersisa hanyalah suasana tegang beradu dengan isak tangis.

Bukan tangis sesak karena ditinggal yang tersayang. Tapi ini sebuah tangis pilu seorang gadis kecil berpipi gembul meratap di sudut ruangan. Tubuhnya basah oleh paduan keringat dan sungai air mata yang banjir, meringkuk gemetar takut dan sedih, tak kuasa menyela. Matanya yang banjir, tak kuasa menyampaikan pesan kepada hati agar berani berdiri di depan.

Di hadapannya, tersaji nyata tubuh ibunya yang persis dirinya, meringkuk lemah di bawah gertakan ayahnya. Lebam di pipi sebagai wujud hasil karya ayahnya, bendungan air mata yang meluap menjadi sebuah bukti betapa kejam ayahnya, dan ketidakberdayaan tubuh itu berupa tanda begitu kuasa ayahnya. Tak ada yang mampu melawan hingga asa yang tersisa.

"Uang yang aku kasih kemarin mana?!" Ayahnya membentak menatap ibunya. Suaranya menggelegar seperti guntur yang datang tiba-tiba pada malam yang cerah, membuat jantung si gadis kecil berambut hitam itu seolah ingin meledak. Wajahnya pucat pasi, tak mampu membendung keterkejutan yang perlahan menjadi ketakutan. Kedua tangannya spontan menutup kedua telinganya, kelopak matanya memejam erat, bibir dan seluruh tubuhnya bergetar hebat.

"Terus kemana uang yang aku simpan di lemari?!" Kedua bola mata ayahnya melotot penuh amarah, otot-otot lengannya seakan naik ke permukaan kulit. Kemudian tangannya mengambil sebuah asbak di atas meja. "Kau curi, 'kan?! Dasar pencuri!" Tangan ayahnya yang memegang asbak terangkat ke atas, siap diayunkan ke arah ibunya. Gadis kecil yang masih menyudut itu memejamkan mata erat-erat, tak kuasa bila menyaksikan hal yang begitu mengerikan.

Tak berselang lama, suara pecah benda yang terbuat dari kaca menggelegar diantara suara isak tangis. Entah menghantam ibunya atau tidak, gadis kecil itu belum tahu. Satu yang Ia yakini.

Asbak itu pecah.

o0o

Hai, malam semuanya!

Malmal kembali nih, membawa pembukaan cerita dulu ya...
Part pertama di update-an selanjutnya yah

Itu aku udah ada sebuah lagu buat readers yang kece badai nih, baca sambil dengerin musik itu yahh

Malmal mau spam next dong!

Gimana buat pembukaannya? Boring? B aja? Seru? Gading? Atau..., ah langsung ketik di papan komentar yah...

Satu kata buat pembukaan cerita ini:

Oke, segitu dulu yah dari Malmal, jangan lupa tinggalkan jejak yahh

Karena Malmal tanpa kalian itu kayak remahan roti tau gak?

Salam manis,
Dari kecap manis✌

4 Maret 2020

Missing You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang