1. Kopi Hitam

532 219 468
                                    

Tekan bintang di pojok kiri bawah dulu, puter lagu, baca deh! Gampang, 'kan?

Happy reading!

🍁🍁🍁

Untuk kesendirian, semoga rasamu tak sepahit kopi hitam

🍁🍁🍁

Suara derap lariku terdengar di antara bising kesibukan jalanan. Tas di punggungku bergoyang akibat Aku berlari sekuat yang Aku bisa. Peluh keringat sudah melapisi pelipis dan punggungku, namun tak Ku hiraukan. Pusat Ku sekarang adalah satu : sampai di halte sebelum bis menuju sekolah telah lewat.

Kalau saja tadi Aku tidak bangun kesiangan, pasti Aku tidak perlu payah-payah olahraga pagi seperti ini. Ibuku juga tidak biasanya tidak membangunkan Aku. Ini hari pertama dimulainya kegiatan belajar-mengajar di sekolah setelah satu minggu melaksanakan kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah. Hari ini juga diumumkan pembagian kelas dan Aku tidak mau sampai terlambat. Selain tidak mau berdesak-desakan di papan pengumuman--yang mustahil aku hindari--juga Aku tidak mau dihukum. Kalau pun terjadi, Aku yakin akan menjadi kenangan yang buruk.

Akhirnya halte dekat komplek rumahku sudah di depan mata, beberapa meter lagi. Tapi, tunggu. Oh, tidak! Itu bis yang biasa melewati sekolahku sudah tiba dan bergegas beranjak! Aku menambah kecepatan lari sebelum bis itu benar-benar beranjak. Tak menghiraukan isi tasku yang mungkin teraduk dan mengandalkan tubuh mungil ku, Aku terus berlari di samping bus yang perlahan bergerak.

"Tunggu!" teriak ku. Namun, Aku masih tak sampai menggapai pintu bus. Tanpa Ku duga tangan seseorang mengulur ke arahku, berniat membantuku untuk naik ke dalam bus. Sekuat tenaga aku menerima uluran itu dan dalam satu tarikan akhirnya Aku berhasil masuk ke dalam bus.

Nafasku memburu ketika sudah sampai di dalam bus. Badan ku panas dingin. Aku tak yakin kalau bau badanku masih harum dan seragamku tidak basah. Aku menyesal telah bangun kesiangan yang mengakibatkan Aku kepayahan walau masih pagi. Tapi, tunggu. Berusaha mengatur nafas Aku jadi lupa untuk berterima kasih kepada orang yang telah membantuku. Aku menoleh ke arah seseorang di samping ku yang sedang mengusap peluh di pelipisnya. Kurasa dia yang telah membantuku.

"Terimakasih," ucapku sopan kepada laki-laki itu. Ku yakini dia juga masih sekolah menengah sama halnya diriku. Terbukti dengan setelan abu-abu yang melekat di tubuhnya.

Laki-laki itu menoleh ke arahku. Sejenak, tatapan kami beradu. Dia menatapku datar tak terbaca. Namun, Aku merasa, tatapan itu seolah sebuah pesan yang tak tersampaikan kepada tujuan. Pesan yang ingin disampaikan tapi malah terjebak macet di tengah jalan. Ah, apa sih? Ngelantur ih, Aku! Kenal saja tidak! Tapi, tatapan itu agaknya familiar. Sepertinya Aku kenal dengan tatapan tajam itu. Tatapan sendu di balik ketajamannya, jika diperhatikan lebih baik. Aduh, Daisy baru saja ketemu! Kamu ko sok kenal aja sih!

Lamunan ku pecah kala laki-laki tadi berdehem pelan membalas ucapanku. Kemudian ia memilih mengambil tempat untuk berdiri di dalam bus, karena semua bangku sudah terisi penuh. Sekilas, Aku melihat logo di lengan seragamnya. Sepertinya itu logo sekolahnya dan ... itu logo sekolahku juga! Ternyata dia juga merupakan salah satu siswa SMA Angkasa--sekolahku. Aku mencoba berdiri di samping laki-laki itu, Ku perhatikan wajahnya dari samping dalam keheningan. Tentunya secara diam-diam. Hidungnya runcing, rambutnya sehitam jelaga, alis seperti ulat bulu membingkai matanya yang tajam, tatapan dinginnya menyembunyikan sendunya, dan ekspresinya selalu datar, seolah tak memiliki emosi dalam jiwanya. Dan tak tertinggal, harum mint semerbak dari tubuhnya.

Missing You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang