Malem gaes, kali ini biar beda, tekan bintang kecilnya abis baca ini yahh, biar kalian asik berhalu dulu.
Happy berhalu!
o0o
Hush now my angel
I will always be with you
In your pretty smile
in a glow of tears
Out across the frosty night
I'll be there with youMaybe someday
you'll wake up alone without me
But don't cry again
I'll be waiting here
Where the moon is on the rise
As the olden days-Hush
o0o
🍂🍂🍂
Aku tidak tahu sejak kapan kamu mulai bersikap manis padaku, yang aku tahu, jantungku berdebar sejak kau bersikap manis padaku.
🍂🍂🍂
Brukk.
Aku terjatuh setelah seseorang menghantam bahuku dari belakang. Alat pancing terlepas dari peganganku dan beralih membersihkan kotoran di lututku yang sedikit sobek. Perih.
Tangan terulur di depanku membuat aku mendongak. Seorang laki-laki berstelan rapi, begitu juga rambutnya tersenyum lembut kepadaku. Wajahnya familiar, tapi aku tidak tahu dia siapa.
Aku menerima ulurannya dan membersihkan rokku yang sedikit kotor. “Terimakasih,”ucapku tersenyum sekilas.
“Nggak masalah, Daze. Lain kali hati-hati.”
Daze? Panggilan ini, jangan-jangan ...
“Kamu ... kak Angin?” tanyaku ragu.
Dia mengangguk kecil.
Aku melebarkan mata berbinar, kembali melihat senyum malaikatnya membuat rasa rindu akhirnya terbayar. Selama beberapa tahun kami berpisah akhirnya dipertemukan lagi.
“Iya, Daze. Gue Angin. Long time no see. Lo kayaknya tambah kurus aja,” komentar kak Angin bergurau.
Bibirku mengerucut sebal. “Ih, kok malah ngehina aku, sih? Ngga tanya kabar, gitu?”
Angin tertawa renyah. “Masih aja suka ngambek-an.” Kak Angin mengacak rambutku gemas.
Kemudian dia mengambil alat pancing yang ternyata tergelatak di atas tanah pinggir lapangan. “Lo bawa ginian ke sekolah? Buat apaan?” kak Angin memandangku heran.
Aku memandang alat pancing itu. “Oh ... ini punya temenku kak. Niatnya entar lagi kita mau mancing ikan, tapi aku ga tau mancing di mana,” jelasku.
“Temen? Cowo?”
“Iya lah kak, mana ada cewe ngajak aku mancing ikan.” Aku terkekeh kecil. ”Oh, iya. Kak Angin sekolah di sini? Kok aku ga tau?”
Kami mulai melangkah keluar sekolah. “Iya, sekarang gue kelas sebelas. Gue juga baru tahu lo sekolah disini. Kelas berapa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing You
Teen Fiction[ ON GOING ] Pintu hati ini telah terkunci rapat, dalam gembok bernama kenangan. Kunci karatan miliknya, kugenggam dalam rindu. Lalu, siapa sangka. Seorang malaikat dari atas bus sekolah telah mengetuk pintu yang terlanjur sekeras baja. Dihangatkan...