Biasakan klik bintang sebelum membaca, biar gak lupa, hehe.
Kalo bingung, silahkan baca part sebelumnya dulu, baru lanjut baca part ini. Dan juga, dalam part ini, saat flashback, ga pake tulisan 'flashback on/off' juga ga pake italic. So, cermati dengan bijak kata-katanya yah guyss
Happy berhaluu;))
🍂🍂🍂
Bisakah kau tidak membuatku ragu akan sikapmu? Bisakah kau berhenti membuat perahuku terombang-ambing oleh ombak yang kau ciptakan?
🍂🍂🍂
“Woy, Fajar! Lo diajak jadian noh, sama Guntur!”
Cewek berambut sepunggung dengan penampilan ... agak tomboy mungkin, menggebrak meja kami berlima di kantin. Dia menatap Fajar galak. Tangannya berkacak pinggang.
Uhuk ...
Terlihat Ayub mengambil es teh dan meminumnya dengan rakus sampai sesekali tumpah membasahi sekitar mulutnya. Setelah merasa lega, dia menatap nyalang cewek itu. “Lo kalo ngomong jangan ngaco, deh! Gue sampe keselek bakso, tau ga? Untung bukan keselek sendoknya.”
Semua yang ada di meja ini juga menatap penuh tanda tanya. Kak Guntur ngajak Fajar jadian? Gak salah?
Merasa tersadar, cewek itu meralat, “eh, maksud gue, Guntur manggil Fajar tuh, di kantin lantai dua. Pengen ngomong katanya. Mo nembak Fajar kali.” Dia mengedikkan bahu tak acuh.
“Ck! Gue kira beneran udah gak doyan cabe-cabe mehong si Guntur. Taunya lo yang emang bloon.” Samudera kembali memakan baksonya.
“Oke.” Fajar mengangguk lantas beranjak pergi.
Cewek itu menatap sengit Samudera. “Heh! Mulut lo beliin saringan kopi gih! Biar isinya gak banyak ampas doang!”
“Walo isinya banyak ampasnya, gini-gini mulut gue seksi tau gak? Kyle Jenner aja kalah.” Samudera memberikan kecupan jauh menggoda ke arah cewek itu.
“Idih, amit-amit! Gaya lu udah mirip si Langit aja.” Lantas cewe itu duduk di hadapan Ayub yang ada di sampingku. “Gue boleh gabung, gak?!”
“Gabung, ya, gabung aja kali Dhil, jangan kayak rentenir nagih utang! Ngegas mulu.” Ayub berkata dongkol, memasukkan bakso ke dalam mulut.
“Hehe, ya kali aja sensinya si Aulia lagi kumat. Trus larang gue gabung di sini.” Cewek tadi melirik ke arah Aulia yang dibalas dengan lirikan tajam.
“Dhil, gue mau ngomong. Lo sering ngupil di kelas. Terus upilnya lo gesekin ke bangku lo.” Aulia berkata datar.
Sontak pandangan kami terarah ke cewek bertopi putih itu. Terkejut. Aulia ini sedang bercanda apa emang serius?
Cewek tomboy itu mendelik menatap Aulia. Wajahnya pucat pasi. Seperti ketahuan habis maling jemuran tetangga. “M-mana ada woy! Gue selalu nyatet di kelas. Mana sempet mau ngupil.” Dia mengalihkan pandangan gelagapan.
“Terus lagi. Abis ngupil, lo gak cuci tangan. Main comot gorengan di kedai tante Dewi.” Lagi, Aulia berkata tanpa beban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing You
Teen Fiction[ ON GOING ] Pintu hati ini telah terkunci rapat, dalam gembok bernama kenangan. Kunci karatan miliknya, kugenggam dalam rindu. Lalu, siapa sangka. Seorang malaikat dari atas bus sekolah telah mengetuk pintu yang terlanjur sekeras baja. Dihangatkan...