3. Sobekan Hati

396 203 470
                                    

Tekan bintang kecil di bawah pojok kiri, play music, and selamat berhalu ria!

🍁🍁🍁

Tenang aja, kamu bukan Indomie. Jadi, kamu bukan seleraku.

🍁🍁🍁

Bel pertanda istirahat berbunyi sejak semenit yang lalu. Kebanyakan siswa pergi berbondong menuju kantin. Kebanyakan, bukan berarti semua. Masih ada beberapa yang tetap tinggal di kelas, mengeluarkan kotak bekalnya dan mulai memakan isinya. Aku termasuk salah satu dari mereka. Kotak bekal berwarna biru langit milikku berisi penuh kue brownies yang aku buat subuh tadi. Tidak banyak yang aku buat, karena waktu tak berkompromi. Tapi setidaknya ini bisa sedikit mengganjal perutku sampai makan siang nanti.

"Eh, Daisy, bawa bekal ya?" Ayub yang ada di depanku menoleh ke belakang, menatap ke arah kotak bekalku di atas meja. "Bawa apa?"

Ayub, teman satu kelasku serta teman karib Fajar. Aku akui di dalam kelas ini yang hanya Ku kenal hanya Fajar seorang, menunjukkan sekali bahwa aku buruk dalam bersosialisasi. Aku kenal Fajar saja karena dia yang mengajak kenalan duluan. Tapi, tunggu. Apakah Fajar tau namaku? Dia bahkan tidak pernah menyebutkan namaku. Sungguh tidak bisa menebak jalan pikiran dari seorang Fajar.

"Dih, bilang aja lo mau minta, Tur. Ngaku lo!" Samudera, teman sebangku Ayub menyahut.

"Duh ... ketahuan deh." Ayub nyengir kuda. "Lo emang tahu gue banget. Ga heran sih kalo lo stalker gue yang paling handal."

"Stalker emak lu nyungsep! Najis banget gue nytalker-in lo yang jarang mandi." Samudera menyebikkan bibirnya. Tidak heran, kata-kata yang keluar dari mulut Samudera selalu menyayat hati.

"Aduh ... bang Samudera belum minum air gula ya? Kata-katanya kok gak ada manis-manisnya?" Ayub terkekeh geli. "Walaupun jarang mandi, gini-gini gue juga ga kalah ganteng sama fajar, lho. Iya nggak, Jar?" Ayub mengedipkan sebelah matanya ke arah Fajar yang sedang melanjutkan mencatat materi di papan tulis.

Fajar tak menjawab kelakar dari sahabatnya itu. Dia melangkah menuju bangku di sampingku yang kosong, lalu duduk di sana.

"Jahit aja mulut jahannam nih anak, Jar. Kalo perlu, lo pecahin tuh kepalanya, hancurin otaknya yang kosong itu buat dijadiin masker wajah." Samudera menyahut dengan seringai mengerikan. Aku yang membayangkan kalimat Samudera itu mendadak membuat perutku mual.

"Lo berdua kalo ga bisa diem, gue potong tuh lidah lama-lama." Fajar berkata dingin dengan menatap tajam dua manusia di hadapannya.

Seketika bungkam mulut dua anak sableng itu. Ayub menjulurkan lidah mengejek ke arah Samudera, dibalas pelototan sangar dari teman sebangkunya itu. Aku yang melihat itu hanya bisa tersenyum tipis.

Tangan Fajar dengan tiba-tiba membuka kotak bekalku dan tanpa ada rasa malu mencomot sepotong kue brownies yang sudah aku potong menjadi beberapa bagian.

"Wihh ... lo bawa brownies, Dei?" Mata Ayub melebar berbinar. "Kebetulan banget gue suka yang manis-manis, kaya cewek di depan gue," lanjut Ayub menggodaku yang mendapat pelototan tajam dari Fajar. Ayub nyengir kuda kemudian tangannya yang ingin mengambil kue brownies-ku juga, dihempas kasar oleh Fajar.

"Lo apa-apaan sih, Jar?" Ayub melotot kesal ke arah Fajar.

"Siapa yang nyuruh lo ngambil brownies itu?" Fajar menaikkan salah satu alisnya.

"Dih! Emang lo siapa ngelarang-larang gue ambil brownies itu? ini punya Daisy juga." Ayub mencibir kesal. Kemudian Ayub menoleh ke arahku menampilkan puppy eyes-nya . "Daisy yang manis kek gula aren yang dicelupin ke coklat cair, Ayub yang imut ini minta kue brownies-nya, ya?"

Missing You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang