Peduli

60 14 3
                                    

Happy reading!😊

"Zee, bangun dong. Jangan buat gue khawatir gini." Dirga menggenggam tangan Dista.

"Kenapa gak bilang sih kalo sakit? Kenapa tetep masuk sekolah? Lo tuh harusnya istirahat di rumah. Jangan banyak pikiran dong, pikirin aja gue jangan yang lain." Dirga mengomeli Dista, tetapi Dista masih tetap belum sadar.

Jari-jari Dista bergerak.

"Zee." Panggil Dirga tetapi tidak ada sahutan.

"Der, temenin aku disini. Aku rindu sama kamu. Jangan pergi lagi yaa." ucap Dista yang mengigau.

Dirga tersenyum tipis, "Ternyata Lo masih inget, Zee."

Dirga semakin mengeratkan genggaman tangannya di jari-jari Dista. Dia pun tertidur di samping Dista dengan tangan yang masih menggenggam tangan Dista.

Dista terbangun, ia merasa kepalanya sangat pusing. Saat ia membuka mata, ia terlonjak kaget melihat orang yang tidur disampingnya.

Dirga.

Dista melepas perlahan tangannya dari genggaman Dirga, tak ingin menggangu tidur cowok itu. Ia melihat jam, ternyata sudah jam 10:00 pagi. Selama itukah dia pingsan?

Dista kembali menatap wajah Dirga yang sedang tertidur pulas. Tampak damai. Mungkin jika orang melihat Dirga yang sedang tertidur tak menyangka bahwa itu Dirga. Pasalnya, Dirga selalu cerewet seperti cewek.

Eits, jangan lupakan, mulut Dirga juga pedess.

"Bener-bener mirip." gumam Dista dengan getir.

Lagi-lagi kepalanya pusing.

"Auwh." Dista memegang kepalanya dengan kedua tangannya dan tak sengaja menyenggol tangan Dirga. Membuat Dirga terbangun.

"Kenapa Ta? Masih sakit?" tanya Dirga khawatir.

Dista mengangguk lemah.

"Woy! Ini beneran Dirga kan? Tumben banget khawatir sama gue, biasanya juga berantem mulu." Batin Dista

"Ayo pulang aja." ajak Dirga.

Dista hanya menurut saja.

Setelah mendapat surat izin untuk pulang, Dirga langsung membawa Dista kedalam mobilnya. Untung saja hari ini dia membawa mobil.

"Dir, mobil gue gimana?" Tanya Dista.
"Udah, gausah khawatir, ntar gue suruh temen gue anterin kerumah lo."

Saat di perjalanan, Dista tertidur. Kepalanya sangat pusing, suhu badannya juga panas. Ia lelah memikirkan masalah yang terjadi pada hari ini. Terlebih, ia dibully kakak kelasnya.

Sebenarnya, Dista pandai bela diri. Pernah diajarin sama bang Deva dulu. Tetapi tadi, ia malas bermasalah dengan Gebby. Apalagi notabenenya dia adalah anak baru, hancur sudah reputasinya.

Dirga yang melihat Dista tertidur bergumam "Cantik. Emang gak salah pilih dia.

Dirga sudah tau dimana rumah Dista, bahkan makanan favorit Dista dua juga tau. DIRGA KAN STALKER. Eh engga, Dirga dikasi tau sama anu.

Dirga sudah sampai di depan rumah Dista. Ia langsung membawa Dista masuk kedalam rumah Dista dan bertanya kepada asisten rumah tangga disana.

"Bi, ini Dista nya pingsan. Kamar nya dimana ya?"

"Oh itu di lantai dua, mari saya anterin." ucap asisten rumah

Dirga membawa Dista ke kamar gadis itu, dan membaringkan nya disana.

Asisten rumah tangga Dista datbag dan bertanya "Mau minum apa den?"

"Eh gausah bi, gapapa. Minta tolong bawain air hangat sama kain aja bi buat ngompresin Dista."

Asisten itu pun pergi mengambil aap yang disuruh Dirga. Tak perlu waktu lama, Dirga menunggu. Dengan sigap ia mengompres dahi Dista yang panas.

"Cepet sembuh Zee, gue gaada temen berantem nih." Dirga memegang tangan Dista.

Saat ini pukul 12 siang dan Dista masih belum terbangun dari tidurnya. Dirga sangat takut terjadi apa-apa dengan Dista. Ia pun menidurkan dirinya di sofa kecil didekat tempat tidur Dista.

Pukul 3 sore dia terbangun dari tidurnya karena handphone nya berdering menandakan adanya telepon masuk, ternyata itu dari mamanya.

"Assalamualaikum ma."
"Waalaikumsalam. Dir, langsung pulang ya." ucap mamanya to the point.
"Kenapa ma? Ini Dista sakit, Dirga lagi nunggu orangtuanya."
"Mama tau, orangtuanya gaakan dateng liatin Dista, coba kamu minta asisten rumah tangga nya telfon dokter dan suster pribadi Dista Abis itu kamu pulang ya." ucap mama Dirga.

Dirga terdiam sebentar. "Iya ma, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."

Mamanya memutus panggilan, segera Dirga lakukan apa yang disuruh mamanya. Bahkan dia telah membawa makanan serta obat untuk Dista. Ketika suster pribadi Dista sudah datang, Dirga menuliskan sesuatu lalu menyimpannya diatas meja belajar Dista lalu ia pamit pulang.

Haii! Maaf baru up lg:( kemarin gua pusing bgt mikirin ni part maaf kacau:(

Ada yg rindu Defran?

Buat saat ini yang muncul tim DistaDirga. Mungkin Defran bakal muncul di part selanjutnya, stay tune!

Buat kalian yang lagi isolasi diri dirumah, stay safe yaa! Jaga kesehatan paling utama:)

Jangan lupa vote&comment.

TBC.

Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang