Mengenai pertemuan dan perpisahan takdir. Cinta yang tidak tahu harus diperjuangkan atau diakhiri Si Empu-nya rasa. Jika saja Sang Cinta ini dimiliki sepasang insan manusia, maka mudah bagi mereka saling berpegang untuk bertahan. Tapi sayang, Cinta...
Beda dengan kemarin, hari ini cukup cerah. Pagi hari yang segar, dengan beberapa kupu beterbangan. Wangi khas embun pagi yang sejuk, ditambah dengan aroma kopi hitam dan sandwich telur hangat siap diterjang.
Pukul 8 pagi, jam dimana seluruh orang dimuka bumi mulai sibuk dengan yang namanya bekerja, belajar atau mungkin ada yang masih tertidur lelap dan bermimpi ia jadi kaya raya. Sungguh, jauhi orang-orang pemalas seperti itu.
Hidup identik dengan usaha. Apapun itu. Berusahalah kalau ingin hidup. Berhenti berarti mati. Hidup beragam. Ada yang sudah dilahirkan kaya tujuh turunan bahkan delapan belas turunan kekayaannya tidak akan habis. Ada pula yang harus bekerja keras mati-matian hanya untuk sesuatu yang disebut mimpi.
Tujuan, mimpi harus diraih dan diusahakan. Intinya managemen waktu yang baik adalah basic, antara istirahat dan kerja ataupun belajar. Prinsip itu selalu ada dalam diri pemuda yang baru saja keluar dari rumah dengan desain minimalis didominasi cat warna dark grey dan putih. Sekarang bangunan itu resmi jadi miliknya. Baru... Tiga hari lalu. Sejarah rumah yang menjadi nyaman dan saksi hidup seorang Park Jimin muda.
"Yaaa... Park Jimin. Bawa kunci rumah pulang, huh! Jangan sampai ketinggalan lagi!" Seru suara seorang wanita dari dalam.
Sempat terkekeh kecil, Jimin pun menyahut patuh sambil membenarkan tali sepatu yang sedang ia pakai.
"Ya. Aku berangkat dulu"
-Krincing-
Suara lonceng gerbang yang ditutup mengembalikan tenangnya pagi hari rumah minimalis itu. Rasanya seorang Park Jimin bukan bujang seperti kelihatannya kemarin malam? Wanita itu siapa?
*****
"Benar-benar gila. Banyak sekali makanan disini. Aduh... Andai aku punya sesuatu yang disebut uang".
Netra hijau terang itu tak kunjung beralih dari bermacam-macam jenis roti, yang berjajar rapi diatas meja. Hanya memandang dari luar saja sudah membuat perutnya kelaparan. Roti berbagai bentuk dan warna itu hanya memperburuk suasana, suasana perut maksudnya.
"Baiklah! Daripada aku mati kelaparan"
*****
"Jim, tolong cat lagi mobil ini dengan warna lain ya. Aku bosan. Emm... Ganti dengan warna seksi yang wanita suka".
Pinta seorang pemuda tampan berkacamata hitam. Pemuda itu mengenakan jeans hitam berukuran sangat pas dikakinya dengan baju kemeja hitam kotak-kotak yang dimasukan dalam celana. Pinggangnya ramping namun cukup berisi, dililit belt Hermes hitam dilengkapi sepatu Gucci. Jelas konglomerat. Berbeda sekali dengan seorang Park Jimin.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Baru seminggu lalu kau meminta warna merah menyala itu, sekarang harus warna apa lagi?"
Lihatlah seorang Park Jimin. Pakaian kaos hitam dengan bagian leher yang lusuh termakan waktu dan celana baggy longgarnya, baru keluar dari bagian bawah mobil setelah selesai memperbaiki mobil sport hitam keluaran terbaru.