Mata Jimin melihat beberapa nominal angka dalam buku kecil yang sedang ia pegang. Buku tabungan. Kalau kalian ingin tahu. Jumlah uang simpanan jimin itu banyak. Cukup kiranya untuk membeli apartement bintang empat. Tapi Jimin ya Jimin, lebih cinta uang daripada belanja atau membeli barang yang tidak berguna. Motor, mobil? Satupun Jimin tak punya. Kemanapun ia jalan kaki. Lebih sehat katanya. Jimin cuma punya satu sepeda itupun sepeda merk lama saat ia SMA. Mau untuk apa uang tabungan Jimin itu? Apakah Jimin punya rencana besar waktu dekat ini? Who knows. Biar Park Jimin sendiri yang bercerita apa mimpi yang ia inginkan sebenarnya.
Karena lelah seharian menangani berbagai pesanan customer, ditambah lagi Minwoo yang ijin pulang jam tiga karena istrinya sedang kurang sehat. Minwoo dan Minyoung menikah tiga bulan yang lalu, sekarang Minyoung sedang hamil muda. Dua pasangan Min itu memang tak terpisahkan sejak SMA. Jimin pernah dengar kalau wanita yang sedang hamil muda kondisinya buruk, kadang muntah, mual, minta yang aneh-aneh. Mungkin itu yang sedang Minyoung alami. Tebak jimin bak dokter obsgine. Bukan, bukannya sok tahu. Karena sejatinya Jimin sendiri pernah ada diposisi itu. Kerepotan seperti Minwoo.
Tiba-tiba Jimin ingat. Bingkisan yang tadi ia terima. Jimin lupa membukanya. Jangan salahkan Jimin, jika sudah bekerja ia bisa lupa apapun. Meletakan kembali buku tabungan dilaci meja kamar. Segera Jimin mengambil paperbag coklat dari meja dapur.
Bingung. Satu kata yang ada dipikiran Jimin saat membuka dan melihat isi bingkisan.
"Ini? Ini kan?... Kemarin? Pantas saja. Tadi pagi sudah tidak ada. Ternyata ada yang punya".
Dibawanya kekamar isi dari bingkisan itu, tanpa jimin sadari ada satu hal yang janggal dari bingkisan tersebut. Bukan. Banyak hal.
*****
"Makanlah selagi masih hangat Jim, hari ini aku masak banyak." Seru seorang wanita muda yang keluar dari dapur dengan kopi hitam dan pisang caramel diatas nampan yang ia bawa.
"Ahh... Terima kasih. Letakkan dulu dimeja." Sambil menoleh kearah sang wanita Jimin kembali melanjutkan aktifitas menjemur pakaian yang sedang ia lakukan.
"Pagi-pagi begini kau sudah mencuci baju apakah bengkel buka lebih awal lagi Jim?" Tanya wanita yang masih memperhatikan aktifitas Jimin dari pintu samping dapur.
Dapur dirumah itu agak kecil, jadi satu dengan meja makan lengkap dengan empat kursinya. Bagian kanan dapur ada pintu yang menghubungkan sebidang ruang terbuka yang cukup luas, sebut saja teras samping rumah. Tempat Jimin menjemur baju dan bersantai. Ada satu meja dan dua kursi dikanan dan kirinya.
"Tidak. Hari ini buka seperti biasa. Aku hanya tidak suka dengan aroma bajuku."
"Aroma itu juga sumbernya darimu Jim. Bau bengkel dan oli. Apalagi memang".
"Bukan. Kali ini baunya beda. Bau seperti parfum mahal. Bau bunga-bungaan".
"Parfum mahal? Bukannya malah bagus. Jarang kau pakai parfum mahal. Biasanya bau wangi yang mengitarimu hanya bau sabun mandi. Murah pula".
"Ini baunya seperti wanita. Asing saja. Aku tidak suka".
Selesai menjemur semua pakaian, jimin duduk di kursi teras menikmati kopi dan pisang yang tersaji.
"Entah harga parfum itu berapa miliar. Sampai-sampai baunya saja sangat jelas diair bekas cucian".
Ditengah menyantap pisang caramelnya Jimin melanjutkan pembicaraan dengan wanita yang sekarang duduk dikursi sebelah kanan meja. Karena penasaran dengan aroma parfum yang jimin keluhkan, maka wanita itu bangkit menghampiri ember hitam tempat cucian jimin tadi.
"Tapi tunggu, benar. Bau parfum wanita. Bunga Jasmine. Kau tidur dengan wanita atau bagaimana Jim? Jangan berbuat yang tidak-tidak!" . Lirik wanita yang masih menempelkan hidungnya ke sisi dalam ember.
"Maunya sih begitu. Tapi sayangnya tidak". Sahut jimin yang beranjak masuk ke dalam rumah sambil membawa gelas kopi yang telah kosong dan dua sisa pisang karamel yang dua lainnya telah sampai ke lambung Jimin.
"Baunya enak jim, hadiahkan untukku parfum yang seperti itu. Aku bisa sangat senang dan bersemangat jika bau itu menempel dibadanku. Yaa .. Park Jimin tunggu!"
Sambil berlari dan berteriak wanita itu menyusul Jimin masuk ke dalam rumah.
"Mandi saja dengan air cucian itu. Kau belum membuangnya kan? Aku jamin baunya masih ada".
Ejek Jimin yang berlalu begitu saja kedalam kamar.
"Park Jimin sialan!". Ungkap wanita dengan tatapan nanar kearah pintu kayu bercat coklat.
*****
Selesai mandi Park Jimin sekarang jauh lebih segar. Mengenakan kaos putih oblong dilapisi kemeja hitam sebagai outer, Jimin duduk dimeja makan menyantap Miyeok Guk hangat dengan dua mangkok nasi putih. Ditambah ada kimchi, ikan tuna asam manis, dan Jjamppong. Jarang sekali ada banyak makanan tersaji dimeja makan. Biasanya hanya nasi goreng ataupun ramyeon.
Kimchi : sayuran yang difermentasi dengan bumbu khas sehingga menghasilkan rasa yang pedas dan asam.
Miyeok Guk : Sup ini merupakan sup berisi rumput laut dan kaldu daging atau ayam. Di dalamnya juga terdapat berbagai macam bumbu-bumbu yang sangat khas.
Jjamppong : Sajian berupa mie ini disajikan dengan banyak sekali jenis makanan laut seperti kerang, udang, cumi, gurita dan lainnya. Selain itu ada juga daging dan sayuran di dalamnya."Dimana Eunhyee? Aku tidak melihatnya sejak pagi tadi". Jimin memulai percakapan. Memecah hening kala itu.
"Dia bersama ibu, sedang sibuk berkemas".
"Sudah seperti pesta saja. Apakah perpisahan harus dirayakan seperti ini?" Sambil meneguk air putih satu gelas sampai habis. Jimin menghampiri wanita yang sekarang tengah sibuk mencuci alat makan yang kotor di wastafel dapur.
"Hahaha. Katamu masakanku lebih enak daripada restoran atau kedai manapun. Setidaknya itu salam pamitan dari sup dan kimchi kesukaanmu."
"Nanti sore akan ku antar kebandara. Tidak ada penolakan! Aku pamit dulu. Penerbanganmu pukul empat kan. Aku akan pulang satu jam sebelum. Jadi tunggu saja!"
Teriakan Jimin menggema didalam rumah. Dari dapur menuju ruang tamu. Pagi itu, pukul 7.30 KST Jimin dengan perasaan campur aduk meninggalkan rumah dan seorang wanita yang terdiam mematung didepan wastafel. Jimin tak tahu harus menjalani hidupnya bagaimana setelah sore nanti.
*****
Yang nanya mana si cewenya? Tuh udah ada yaa 😆
Dia siapa? Lahh itu siapanya?
Eitssss
Sabaar. Orang sabar disayang Jimin 😁
Nanti juga bakal terungkap ko. Biar Jimin yang cerita sendiri yaah. Jangan kaget aja pensen aku 🙈See yaaaa 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR
RomanceMengenai pertemuan dan perpisahan takdir. Cinta yang tidak tahu harus diperjuangkan atau diakhiri Si Empu-nya rasa. Jika saja Sang Cinta ini dimiliki sepasang insan manusia, maka mudah bagi mereka saling berpegang untuk bertahan. Tapi sayang, Cinta...