Part 9. Helper Cara

160 57 161
                                    

Hari ini Jimin letih sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Jimin letih sekali. Tapi juga bahagia. Setidaknya beban rasa yang terpendam beberapa hari ini, sedikit demi sedikit berkurang. Jimin patut bersyukur. Dikelilingi dengan orang-orang yang perduli dengannya. Mereka seperti berbicara bahwa Jimin tidak sendiri.

Sepulang Taehyung dari rumahnya sore tadi Jimin kembali kedatangan tamu. Setelah puas berkejaran kesana-kemari dengan kucing Jimin. Tae pamit karena mendapat telfon kalau sepupunya tiba-tiba datang berkunjung dari Italy. Meminta dijemput dibandara. Masih ingat sekali Jimin, wajah Taehyung yang tak rela menyudahi mainnya dengan kucing yang ia klaim adalah PUNYA-nya juga. Tuan kedua setelah Jimin.

Taehyung bukannya tidak suka kucing atau takut. Hanya alerginya saja yang mengharuskan ia menjauhi mahkluk menggemaskan itu. Tae punya anjing dirumah. Anehnya alergi Taehyung hanya pada bulu kucing, tidak pada anjing. Dulu waktu masih kuliah Tae sempat absen satu pekan karena alerginya kambuh. Hanya karena kucing liar yang tak sengaja ia temui di foodcourt kampus. Hidungnya meler, bersinnya tak henti-henti. Kulitnya dipenuhi ruam merah gatal. Sungguh seperti orang yang terkena wabah virus mengerikan.

Dulu jika gadis yang ia kencani memiliki kucing peliharaan, mereka selalu repot menyembunyikan dan membersihkan rumahnya ketika Tae hendak mampir. Tapi tetap saja, bulu kucing yang tertinggal itu menempel barang disofa, dinding atau masih beterbangan diruangan. Alhasil Tae memutuskan mereka saat alerginya kambuh dan tahu mereka tak jujur. Sebenarnya sebelum berkencan Tae sudah blak-blakan bertanya. Apa kau punya kucing? Ia pun mengutarakan alerginya. Tapi saking inginnya mereka dipacari oleh Taehyung mungkin, maka berbohong adalah cara mereka melancarkan usaha.
Rasanya Jimin senang melihat Tae yang sudah sembuh dari alergi sialannya. Memberi saran untuk memeriksakan benar kondisi alerginya pada dokter. Memastikan hal yang masih semu itu perlukan.

Jimin tengah mencuci peralatan makan yang kotor karena satu lagi kunjungan seseorang. Jigoon. Baru pulang sekitar 15 menit lalu. Bocah yang tak ada angin tak ada hujan datang dengan senyum polos memperlihatkan deretan giginya didepan pintu gerbang. Membawa sup odeng hangat buatan ibunya. Kentara sekali habis berlari lantaran berkejaran dengan gerimis yang semakin deras, rambutnya berantakan, terdapat bercak air hujan pada hoodie abu yang ia kenakan.

Lumayan. Jimin tak perlu repot memasak karena odeng lezat yang dibawa Jigoon. Ia hanya perlu memasak nasi sebagai karbohidrat utama. Makan bertiga diruang makan Jimin ditemani Jigoon ternyata asik juga. Walaupun mulutnya penuh dengan nasi, tapi Jigoon enggan berhenti melontarkan berbagai pertanyaan pada Jimin. Seputar kehidupan kuliah Jimin dulu, bagaimana mencari beasiswa, bagaimana Jimin membuka bengkel hingga percintaan Jimin. Tak mengenal kata sungkan pada Jimin. Sejak bertemu dan magang dibengkel Jimin dulu, Jigoon benar-benar mengidolakan Hyungnya yang satu ini. Jimin baginya adalah Role Model. Jigoon sangat ingin seperti Jimin. Cerdas, pekerja keras, sederhana, bijaksana, baik. Apapun itu. Park Jimin Hyung menurutnya adalah paket lengkap. Andai dia punya Noona, maka sudah dapat dipastikan akan mati-matian Jigoon mencomblangkannya pada Jimin.

PETRICHORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang