Mengenai pertemuan dan perpisahan takdir. Cinta yang tidak tahu harus diperjuangkan atau diakhiri Si Empu-nya rasa. Jika saja Sang Cinta ini dimiliki sepasang insan manusia, maka mudah bagi mereka saling berpegang untuk bertahan. Tapi sayang, Cinta...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Maaf Paman, kali ini aku tak bisa datang memenuhi undanganmu. Tapi tetap akan kutinjau proposal kerja sama yang akan Paman ajukan. Perusahaan besar seperti Volkswagen memang tak boleh dilewatkan."
Sungkan. Adalah salah satu perasaan yang mendadak bertamu dihati Jimin. Menolak dengan halus melalui telfon beberapa menit lalu tentang undangan Paman Han untuk ikut rapat kerjasama membahas pengembangan mobil terbaru antara Hyundai dan Volkswagen. Han Taejoon adalah Paman Jimin yang sudah dua puluh tahun bergelut dalam dunia manufaktur. Menjabat posisi sebagai Planning Production Inventory Control diperusahaan otomotif terbesar di Korea, Hyundai. Kemampuan dan kerja keras Paman Han selalu Jimin jadikan contoh. Mencintai pekerjaan dan bekerja secara total adalah salah satu cara bersyukur akan kesehatan dan akal yang Tuhan telah berikan. Usia Paman Han memang sudah tak muda lagi, 57 tahun. Lebih tua dua tahun dari Ayah Jimin. Tapi semangat dan kecerdasan Paman Han seperti tak berkurang, malah semakin bertambah seperti usianya. Paman Han masih sering meminta pendapat Jimin terkait segala aktifitas riset dan pengembangan di perusahaan. Kemampuan analisis keponakannya ini memang luar bisa. Jarang meleset dan lebih dari hebat saat membaca pangsa pasar. Walaupun Jimin sendiri sudah hengkang dari Hyundai setahun lalu. Tapi berkat Paman Han ia masih sering dilibatkan dalam proyek perusahaan. Perusahaan sendiri berat melepas Jimin sebenarnya. Park Jimin sudah seperti Anak Emas-nya Hyundai. Prestasi dan kecerdasan Jimin sempat membuat saham Hyundai meroket 17% berkat Hyundai Tucson gagasan Jimin. Imbalan tak sedikit juga mengalir ke rekening Jimin sebagai harga ide brilian yang ia sumbangkan, pun sampai sekarang.
Melihat proposal dalam map biru tua bertuliskan Hyundai Motor Company disampulnya sambil menghembuskan nafas panjang, lalu meletakan kembali proposal dimeja ruang tamu bengkel. Jimin tak bisa fokus hari ini. Pikirannya pening terpecah belah karena kejadian kemari malam hingga tadi pagi. Ia tak bisa berkonsentrasi dalam bekerja. Padahal banyak sekali mobil yang harus selesai hari ini, termasuk mobil Baek Ohseo. Salah satu pengacara ternama kenalan Jimin. Ada saja masalah yang Jimin ciptakan saat bekerja. Kali ini bukan Seorin yang ada dipikiranya. Melainkan wanita berambut hitam panjang hingga punggung yang ia tinggalkan dirumah sendirian.
*****
"Kenapa kau melihatku seperti itu?"
Duduk saling berhadapan diruang tamu dengan orang asing benar-benar situasi yang membingungkan. Semua terasa canggung dan -- ANEH. Baru bangun pukul 7 pagi jantung Park Jimin sudah dibuat copot dengan penampakan wanita yang tanpa takut tidur satu ranjang dengannya. Ditambah menempelkan badan menghadap Jimin sambil memeluk perutnya erat. Wanita macam apa yang tanpa malu melakukan hal tidak senonoh itu apalagi dengan pria dewasa yang tak dikenalnya sama sekali. Nyeri pantat hingga paha dan memar dahi adalah hasil Jimin yang mendadak bangun dan terguling jatuh dari kasur. Sikunya membentur meja membuat jam beker navy mendarat tepat didahinya.
"Jangan main-main dengan mengarang cerita dongeng seperti itu! Kau pikir sedang bicara dengan bocah dua tahun huh? Katakan kebenarannya!"
"Hey... Park Jimin-ssi. Telingamu kemarin sehat-sehat saja. Apa sekarang pendengaranmu sedang terganggu? Aku sudah menceritakan semuanya. Bibirku seperti kram dan mati rasa menjawab semua pertanyaanmu."