Part 10. New Identity

165 45 172
                                    

Selamat menikmati malam minggu guys.

Cuma mau ngulangin aja, siapa tahu ada yang belum baca. Cerita ini Genrenya Romance-Fantasy yaa so, untuk tokoh, kejadian, dan tempat full ide atau gagasan penulis. Bukan hasil plagiat dan tidak berhubungan dengan kehidupan asli visualisasi tokoh.

Terimakasih
And Happy Reading 💜

                               _______

Waktu memang cepat berlalu. Sudah dua minggu sejak kepergian Seorin meninggalkan Jimin. Tak ada telfon atau e-mail seperti yang Jimin minta dan Seorin janjikan padanya. Jimin sempat dibuat khawatir apakah Seorin dan Eunhyee mendarat dengan selamat. Apakah mereka benar bertemu dengan pria itu? Apakah mereka bahagia? Apakah benar tak ada hal buruk yang terjadi? Berbagai pertanyaan datang silih berganti dikepala Jimin. Hal itulah yang membuat Jimin tak henti-hentinya memikirkan Seorin. Telfon, sms, e-mail semua sudah Jimin lakukan untuk menghubungi Seorin.

Seorin memang pernah bilang pada Jimin untuk tidak menelfon atau mengirimi spam sms karena ia sendiri yang akan menghubungi Jimin. Jimin sampai ingin terbang ke Jepang untuk memastikan sendiri setelah satu minggu tanpa kabar Seorin. Tapi karena tiket pesawat habis kala itu, Jimin mengurungkan niatnya. Petugas bandara juga bilang kalau pesawat yang ditumpangi Seorin dulu mendarat dengan aman. Seperti disiram air, hati Jimin lega. Setidakya Seorin dan Eunhyee memijak tanah Jepang dengan selamat. Semua resah itu berhasil terjawab kala Bibi Go Eun menenangkannya. Seorin baik-baik saja katanya. Seorin baru bisa telfon karena ponselnya kecurian saat akan pergi dari Bandara Jepang.

Tapi kenapa tidak menghubungi Jimin sendiri? Pertanyaan itu pun berhasil dijawab dengan yakin oleh Bibi Go Eun. Dia mau menghubungimu tapi pasti tidak kau angkat. Kau jarang pegang ponsel saat bekerja Jim. Maka dari itu dia menelfonku. Katanya akan telfon lagi. Mungkin nanti atau besok.

Setidaknya Jimin lega. Bahwa segala macam dugaannya adalah salah. Seorin dan Eunhyee baik-baik saja. Semoga memang begitu. Karena Jimin akan mengutuk dirinya sendiri kalau keputusan membiarkan Seorin pergi berubah jadi lara.

Dua minggu tanpa omelan Seorin, dua minggu pula tanpa tawa dan teriakan Eunhyee. Jimin menjalani hari-harinya seperti biasa. Bekerja, pulang, makan, tidur layaknya rutinitas yang diputar berulang kali seperti lagu yang ada di DVD. Terlihat normal adalah sampul buku yang ingin Jimin tunjukan, baik-baik saja sudah seperti sinopsis yang tertulis rapi didalamnya. Sebenarnya apa yang Jimin rasakan? Ada sunyi sudah pasti, rumah yang sempat ramai kini sepi. Ada kosong itu tentu, rindu temu yang hampir setiap hari mengisi otak Jimin dengan berbagai memori lucu akan tangis Eunhyee yang pecah karena godaan Jimin. Bukannya menolak lupa, Jimin sedang berusaha untuk berdamai dengan pikirannya. Bahwa ada berjuta tanya yang memenuhi benaknya, tapi enggan diterucap hanya karena takut merusak suasana. Ada pinta yang masih harus Jimin penuhi. Menjaga wanita yang dicintai Seorin melebihi nyawanya sendiri. Wanita yang sudah seperti ibu kedua bagi Jimin.

Bibi Go Eun, orang tua Seorin. Sudah Jimin anggap seperti ibunya sendiri. Rumahnya tepat dibelakang rumah Jimin. Rumah yang Jimin tempati sekarang sebenarnya adalah Rumah Bibi Go Eun. Jimin mengontrak rumah ini sejak SMA. Maka untuk rumah yang punya sejarah berarti bagi Jimin, ia tak segan membelinya.

"Kau sekarang Jarang berkunjung kerumah Jim, untuk sarapanpun Jarang. Aku kesepian setelah putri dan cucuku pergi. Kau tega Jim."

"Jangan begitu Bibi. Maafkan aku. Ini aku sekarang berkunjung."

Jimin memang sedang berkunjung ke rumah Bibi Go Eun. Sepulang dari bengkel ia berbelanja kebutuhan dapur. Sengaja diberikan pada bibi Go Eun untuk dimasak. Sup rumput laut resep buatan bibi Go Eun. Sup terenak yang Jimin pernah cicipi. Lebih enak dari sup buatan Ibunya. Jimin ingin makan itu. Sup yang terakhir kali Seorin buatkan untuknya.

PETRICHORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang