Chapter. 10

5.5K 751 36
                                    

RE-BRAID
.
.
.
Collaboration from(Colokan?) :
caley_23 oshpusky kayaorangbiasa

Collaboration from(Colokan?) :caley_23 oshpusky kayaorangbiasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
Enjoy!
.
.

Sasuke menghela napas gusar.

Pekerjaannya tadi lumayan berantakan selama lima belas menit awal. Naruto bahkan menghentikan dan menyindir dengan nada dingin karena presentasinya dinilai sangat tidak profesional dan tidak seperti biasa.

Alhasil, rapat tersebut diakhiri lebih cepat (bahkan tak sampai setengah jam) sebab Naruto menyuruh membubarkannya secara sepihak dengan kemarahan yang lumayan terasa. Ah, terlihat sekali kalau kemarahan bocah tengik itu semakin bertambah dari yang kemarin.

Sasuke mulai menyender pada dinding lift. Menatap datar dengan pandangan yang lurus ke depan. Bayangan pikirannya mulai mengingat pertengkaran kecil kemarin.

"Kau yang selalu mementingkan harga dirimu daripada perasaanmu."

"Kau yang bahkan bisa melepaskannya hanya agar dirimu tidak terluka."

"Dan kau, yang saat ini khawatir tapi tidak mau bertindak, karena harga dirimu masih lebih penting dari apapun."

Lagi-lagi perkataan Naruto terngiang dalam pikiran. Pria ini mulai termenung dengan pikiran yang terkadang susah untuk dimengerti, menatap lurus ke pantulan dirinya pada pintu lift. Tangan kirinya masih memegang paper cup berisikan kopi hitam yang tinggal setengah, tanpa berniat untuk meminumnya kembali.

Fokusnya saat ini terbagi-bagi, meski mengerucut pada satu hal yang pastinya sudah bisa dipastikan itu siapa. Ya, siapa lagi kalau bukan Sakura. Mantan istrinya yang mulai mendobrak hatinya kembali, orang yang menyebabkan rasa campur aduk antara; kekecewaan, kemarahan, kekalutan, kekhawatiran, juga perasaan abstrak yang terpendam.

Ia pergi dan kembali dengan mudah, seolah bisa menggenggam permainan dan berada pada kursi kendali. Mungkin itu yang menyebabkan rasa kemarahan dan kebingungan Sasuke yang mendominasi pada awalnya.

Meski seiring waktu ia mulai memutuskan untuk pasrah dan membiarkan takdir tertawa juga bermain-main dengan kehidupannya yang masih berjalan ini.

Ting!

Ck, sial...

Kehidupan ini memang tak bosan untuk mengerjai seluruh manusianya. Sasuke tanpa disangka kembali berhadapan dengan satu orang yang saat ini sedang memenuhi pikirannya yang kalut.

Pandangan mereka bertemu, mematung sejenak dengan masing-masing pikiran yang rumit. Tanpa disadari Sasuke mengepalkan tangan kanannya yang berada di saku. Rahangnya mengeras, kaku dengan keadaan yang—entahlah, rumit?

Re-Braid | SasuSaku ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang