"Menikahlah denganku," pinta Omar langsung.
Yuki sudah sadar sejak tiga jam yang lalu, ketika dia membuka matanya ada Omar yang menungguinya. Dia tidak menyangka bahwa akan mendengar kalimat lamaran seperti ini, bahkan dari bibir seorang Omar Barack.
"Yang sakit itu aku," gumam Yuki pelan.
Omar memperhatikan Yuki dengan seksama, dia menilai Yuki cantik dengan postur tubuh mungilnya. Pada beberapa tempat bagian tubuh Yuki terlihat berisi dan itu tidak berlebihan.
"Aku serius," ujar Omar.
Yuki menghela napasnya pelan, dia memijat pelipisnya. "Aku mencari suami bukan untuk sekedar status. Aku ingin suami yang mampu menopangku, mampu menjadikanku satu dan terakhir. Aku tidak berniat mempermainkan sebuah ikatan pernikahan," jelas Yuki yang mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Ada banyak pikiran yang berkecamuk di dalam kepala Yuki. Alasan utama dia bermain Tinder bukan hanya semata mencari teman kencan. Dia ingin seorang pria yang serius, yang bisa membawanya keluar dari kesusahan. Yuki sudah lelah terus-terusan disiksa oleh ibu dan adik tirinya.
Yuki lelah menjadi sapi perah kedua perempuan itu, dia tidak sanggup menghidupi gaya hidup keduanya. Tas branded, kumpul dan arisan bersama sosialita dan bangsawan, makan di restoran mahal, semua yang mereka lakukan dari uang hasil kerja keras Yuki. Bahkan Yuki pernah dipecat karena terlalu sering ketiduran saat jam kerja, Yuki harus bekerja sampai larut malam, bahkan hingga pagi menjelang. Hampir dua puluh empat jam.
"Aku terima semua persyaratanmu."
Kalimat yang Omar lontarkan membuat Yuki menatap pria jangkung itu. Dia merasa Omar sudah tidak begitu waras, ditilik dari wajah dan perawakan Omar seharusnya pria ini bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik dari dirinya. Jika Omar ingin bermain-main, Yuki bukan sasaran yang bagus.
"Kenapa aku?" tanya Yuki berani, dia menatap dan menyelang pada tatapan mata Omar.
"Karena hanya kau yang bisa aku nikahi," jawaban Omar mungkin terdengar romantis bagi sebagian orang.
Namun, bagi Yuki jawaban tersebut terdengar aneh. Tidak mungkin Omar jatuh cinta padanya. Dia tidak secantik itu untuk bisa menarik perhatian Omar yang sangat datar. !
"Aku tidak suka leluconmu." Yuki mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Aku tunggu jawabanmu segera," ujar Omar yang kini berdiri dari duduknya.
Omar membenarkan kemejanya yang sedikit kusut. Dia melirik sekilas pada Yuki yang terlihat ragu-ragu ingin bertanya.
"Kenapa kau bisa tahu aku dibawa ke sini?" tanya Yuki akhirnya.
Setelah siuman Yuki tidak dapat berpikir jernih. Dia terlalu shock untuk mengerti kondisi yang sebenarnya. Seingat Yuki dia jatuh pingsan saat sedang digoda oleh beberapa orang preman, sampai tiga orang berbadan kekar datang membantunya.
"Hanya kebetulan lewat," sahut Omar singkat yang akhirnya membuat Yuki mengangguk paham.
Dengan aura Omar yang kaku dan datar, Yuki tidak berani bertanya lebih jauh. Sekarang saja Yuki tidak bisa membayangkan bagaimana pernikahan mereka. Yuki harus menghadapi raut wajah Omar yang datar dan tidak bereaksi itu setiap hari, rasanya Yuki tidak akan sanggup.
"Istirahatlah. Daniel akan mengantarmu pulang nanti," kata Omar sebelum pria itu meninggalkan kamar inap Yuki.
Sepeninggal Omar, Yuki termenung sejenak. Dia memikirkan tawaran dari Omar yang tentunya menggoda. Yuki yakin dia bisa bebas dari siksaan ibu dan adik tirinya jika menikah dengan Omar. Dia bisa pindah ke rumah laki-laki itu dan hidup tenang. Tapi, bagaimana jika Omar ternyata orang miskin juga?
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Second Life (Selesai)
RomanceOmar Barack tidak bisa bersentuhan dengan wanita sama sekali karena trauma yang dia derita. Hingga dia bertemu dengan Yuki Page dari aplikasi dating, satu-satunya wanita yang dapat menyentuhnya dan tidak membuatnya hampir mati karena sesak napas. **...
Wattpad Original
Ada 8 bab gratis lagi