Percuma saja Yuki merasa gugup, dia sudah berkali-kali merasa grogi karena Omar akan mengenalkan orang tuanya pada Yuki. Nyatanya, lima belas menit yang lalu Omar mengabari Yuki bahwa dia tidak bisa pulang ke apartemen.
Yuki tidak membalas pesan dari Omar tersebut. Dia merasa kesal karena sudah gugup dan terlalu percaya diri untuk hal yang tidak penting. Mau tidak mau Yuki mematikan ponselnya dan pergi tidur.
Di sisi lain, Omar merasa gelisah karena Yuki tidak membalas pesannya. Saat dihubungi pun nomor Yuki berada di luar jangkauan. Entah kenapa tiba-tiba Omar merasa khawatir dengan Yuki yang sendirian di apartemen.
"Kau kenapa?" Ibu Omar, Diana bertanya.
Saat ini Omar sedang makan malam bersama Ibu dan Ayahnya yang baru saja kembali dari pelesiran. Mereka berdua belum tahu Omar sudah menikah.
Omar hanya diam saja, dia tidak berniat menjawab pertanyaan Ibunya. Begitu lah Omar, jika menurutnya tidak penting. Maka, dia akan diam saja dan tidak banyak komentar.
"Kau kapan akan mulai ekspansi Choco Love di Indonesia?" Hugo Barack, Ayah dari Omar bertanya.
Seketika Omar terdiam, dia tidak tahu harus menjawab bagaimana. Satu bulan yang lalu rencana ekspansi ini mulai dibicarakan. Hugo berkali-kali meminta tim pengembang untuk memulai rencana pembukaan Choco Love di Indonesia.
"Mungkin bulan depan. Aku harus pindah ke sana untuk beberapa waktu," sahut Omar yang diangguki setuju oleh Hugo.
Selama Omar pergi ke Indonesia, Hugo akan berada di kantor pusat sini dan mengambil alih segala pertanggung jawaban. Sedangkan Omar, dia bingung karena dia baru saja menikah dengan Yuki. Meninggalkan Yuki dalam waktu lama, tidak mungkin Omar lakukan.
"Kapan kau akan menikah? Ibu butuh teman shopping," pinta Diana pada Omar.
Tiba-tiba Omar tersedak keras, dia tidak menyangka akan mendapat permintaan seperti ini dari Ibunya. Padahal beliau tahu Omar bukan pria normal. Dia sedikit special.
"Hon. Jangan seperti itu, kau tahu Omar ingin tapi dia tidak bisa," timpal Hugo yang di ujung kalimatnya terdapat kekehan pelan.
Omar hanya bisa mendengus pelan, dia tahu Ayahnya itu menyindir dirinya. Belum tahu saja dia jika Omar sudah berhasil menemukan seseorang yang bisa dia sentuh dengan bebas.
Menurut Omar, belum saatnya untuk Yuki berkenalan dengan orang tuanya. Dia harus membuat kedua orang tuanya menyukai Yuki dahulu, tanpa memandang status keluarga Yuki. Tidak mudah memang terlahir sebagai keluarga terpandang dan kaya raya, semua apa yang dia inginkan menjadi sorotan orang banyak. Kedua orang tua Omar selalu tidak suka dengan pemberitaan negatif tentang keluarga mereka.
"Kalau ada wanita yang bisa aku sentuh dengan bebas. Apa kalian akan setuju saja?" Tanya Omar hati-hati. Dia berusaha untuk tenang dan melirik kedua orang tuanya dengan tenang.
Hugo berdeham pelan, dia berusaha membersihkan laju suaranya yang sedikit serak. "Tentu dengan catatan tertentu," ucap Hugo membuat Omar terdiam.
Catatan tertentu, catatan yang Omar yakin jauh dari sosok Yuki. Perempuan berkelas? Mungkin jika Yuki punya kehidupan lebih baik dan beruntung, dia akan menjadi wanita berkelas yang luar biasa. Sayangnya, nasib baik tidak berada di pihak Yuki.
"Sayang, kau tahu anak kita ini saja tidak bisa menyentuh perempuan. Kau masih terlalu berharap seperti itu?" cibir Diana pada suaminya. Dia juga merasa kasihan ketika melihat raut wajah Omar yang kaku.
Hugo tertawa pelan. "Ya. Kau benar Hon, dia bisa menghamili wanita mana saja aku sudah bahagia," kelakar Hugo membuat Omar tersedak untuk yang kedua kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Second Life (Selesai)
RomanceOmar Barack tidak bisa bersentuhan dengan wanita sama sekali karena trauma yang dia derita. Hingga dia bertemu dengan Yuki Page dari aplikasi dating, satu-satunya wanita yang dapat menyentuhnya dan tidak membuatnya hampir mati karena sesak napas. **...
Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi