Selama Omar pergi perjalanan dinas, kerjaan Yuki adalah mencari pekerjaan. Dia akan keluar pagi dan kembali saat sore hari, begitulah setiap harinya. Tidak ada pekerjaan yang Yuki dapat, dia tidak masuk untuk kualifikasi setiap tenaga kerja yang dibutuhkan.
Seharusnya hari ini Omar kembali dari perjalanan dinasnya, tapi tadi malam Norah mengabari Yuki bahwa di tempat Norah bekerja sedang membutuhkan sales tambahan. Dengan semangat Yuki menyanggupi untuk datang interview kerja.
Di sini lah Yuki sekarang, berdiri di depan lobi tower yang menjulang tinggi. Dia menunggu Norah datang dan mengantarnya ke ruang interview. Pakaian yang Yuki kenakan hari ini pakaian terbaik yang Yuki miliki. Kemeja sifon merah maroon dengan aksen pita di depannya dan rok span di atas lutut berwarna hitam.
"Yuki!"
Norah berlari kecil, tangannya menengadah di atas kepala, menghalau sinar matahari. Yuki langsung tersenyum lega melihat Norah datang. Dia sudah tidak nyaman karena terus dilihat oleh beberapa orang yang memperhatikan Yuki.
"Lama sekali," protes Yuki pada Norah yang merangkul Yuki dengan senyum polos.
"Sorry, tadi aku ada calon pembeli," ujar Norah yang kini mengajak Yuki untuk masuk ke dalam tower.
Yuki melihat banyak karyawan yang berjalan di sana, mereka semua berpakaian rapi dan pastinya mahal. Diam-diam Yuki melirik ke arah pakaiannya sendiri, dia merasa pakaian terbaiknya saja masih kalah jauh dari pakaian pegawai lainnya.
Norah dan Yuki berhenti di depan lift yang masih tertutup, ada beberapa orang pegawai yang berdiri menunggu lift bersama mereka. Lagi-lagi Yuki memanjakan matanya, dia memandang setiap orang yang ada di sana, sampai dia melihat sosok pria yang sedang berjalan melintasi lobi.
"Yuki! Ngapain kau bengong?" Norah menyenggol pelan lengan Yuki. Membuat Yuki akhirnya mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia sudah terlalu lama kaget dengan apa yang dilihatnya saat ini.
Yuki mengusap matanya berkali-kali, dia masih tidak ingin percaya dengan penglihatannya. Dua jam yang lalu Norah mengabarinya bahwa Yuki bisa melamar pekerjaan di tempat Norah bekerja. Norah bekerja sebagai sales yang mendagangkan cokelat, menawarkan ke banyak toko-toko serta mitra bisnis lainnya.
"Itu siapa?" tanya Yuki sedikit gelisah, matanya melirik ke arah sosok pria tinggi, berbadan tegap yang mengenakan kacamata berbingkai cokelat.
Norah mengikuti arah pandang Yuki, dia memutar bola matanya malas. "Entahlah. Aku nggak tahu, mungkin karyawan baru. Kau ini, kalau lihat yang ganteng saja cepat," cibir Norah membuat Yuki mendelik sebal.
Cepat-cepat Norah menarik Yuki masuk ke dalam lift yang sudah terbuka. Yuki melirik tiga orang lainnya yang ada di dalam lift, setelan pakaian mereka memang luar bisa dan terlihat berkelas. Berbeda dengan Yuki yang hanya berpenampilan seadanya, sedangkan Norah menggunakan baju seragam.
Sales Choco Love menggunakan kemeja cokelat susu dan rok di atas lutut berwarna hitam. Ada pin berbentuk cokelat batangan dengan logo Choco Love di bagian dada sebelah kanan. Name tag Norah juga terkalung dengan apik di lehernya, melambai sesekali ketika Norah bergerak.
"Kau benar-benar tidak kenal pria tadi?" Yuki kembali bertanya.
Norah menatap Yuki dengan alis tertaut, dia merasa Yuki terlalu penasaran. "Kau kenal dia?" tanya Norah yang jelas langsung dijawab Yuki dengan gelengan kepala cepat.
"Gue nggak mungkin lah kenal pria tampan begitu," elak Yuki.
Untunglah Norah percaya dan tidak bertanya lebih lanjut. Di dalam hatinya, Yuki merutuki dirinya sendiri. Dia terlalu polos dan bodoh untuk berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Second Life (Selesai)
RomanceOmar Barack tidak bisa bersentuhan dengan wanita sama sekali karena trauma yang dia derita. Hingga dia bertemu dengan Yuki Page dari aplikasi dating, satu-satunya wanita yang dapat menyentuhnya dan tidak membuatnya hampir mati karena sesak napas. **...
Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi