"Hey, kenapa sih, ngelihatinnya gitu banget?" tanyaku ketika melihat tatapan Dory kali ini berbeda, entah kenapa aku merasa Dory begitu lekat menatapku, seperti ada sesuatu yang ingin ia sampaikan.
"Ndak kenapa-kenapa, Fe. Hanya pengin melihat wajah kamu seperti ini, biar terus melekat dalam ingatan saya."
"Diih.. bisa ngegombal juga ya kamu, Dor!" Kucubit pelan lengannya.
"Sakit, Fe." Dory mengusap lengannya pura-pura kesakitan.
"Eh, ngomong-ngomong setelah lulus ini kamu mau ngelanjutin ke mana, Dor?"
"Kalau saya sih penginnya ke Universitas negeri di Semarang, Jogja atau Solo, Fe."
"Yaaahh.." Tiba-tiba saja ada rasa berat membayangkan jika Dory benar-benar kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri pilihannya tersebut.
"Kenapa, Fe?"
"Kita bakalan jauh, dong." Aku tidak mampu menyembunyikan rasa sedih.
"Jangan sedih seperti itu, Fea. Di manapun nanti saya kuliah, sejauh apapun jarak yang memisahkan kita, tapi hati saya tetap milik kamu, Fe."
Kutatap netra Dory yang juga sedang menatapku lekat. Pancaran kedua bola matanya yang teduh seketika mampu menenangkan hatiku.
"Kamu bakalan setia, kan, sama aku, Dor?"
"Pasti, Fe," tegasnya.
"Bahkan kalo aku ngikutin kemauan papa buat kuliah ke London?"
Dory mengangguk tegas. "Jangan pernah takut pada jarak, Fe, karena itu bukan sebuah halangan. Cukup kamu taruh kepercayaan dalam hati, maka saya akan terus memegang janji untuk setia. Percayalah, Fe, sekalinya saya mencintai seseorang, tidak akan mudah bagi saya untuk melepasnya."
Jawaban yang keluar dari bibirnya menggetarkan hatiku. Sungguh beruntungnya aku dicintai olehmu, Dor.
"Tapi kalo aku boleh tahu, apa yang bisa membuatmu meninggalkan aku, Dor?" Tiba-tiba saja pertanyaan itu melintas dalam benakku. Secintanya ia padaku, pasti suatu saat nanti tetap akan ada celah baginya untuk meninggalkan aku. Sungguh sebuah ketakutan yang tidak seharusnya kurasakan, melihat betapa tulusnya Dory mencintai aku.
"Ndak akan pernah ada alasan untuk meninggalkan kamu, Fe. Kecuali kamu sendiri yang memilih untuk pergi dari saya."
Mendengarnya berkata seperti itu membuat suasana hatiku mendadak melow terbawa perasaan. Seketika mataku menghangat. Ah, begitu dalamnya kamu mencintaiku, Dor.
"Kamu tahu, Fe, bahkan jika ada yang mengatakan hal yang tidak baik tentang kamu, saya ndak akan pernah terpengaruh. Sekalipun pada kenyataannya itu benar, semua itu ndak akan membuat saya berhenti mencintai kamu."
Kali ini aku tidak lagi mampu menahan air mata, dengan sendirinya meleleh membasahi pipi.
"Kenapa nangis, Fe?"
Aku menggeleng sembari tersenyum. "Aku nggak pernah nyangka, sedalam itu kamu mencintai aku, Dor," lirihku.
Dory ikut tersenyum. Tangannya terulur menghapus air mataku. "Jangan menangis lagi, ya. Saya ndak mau melihat air mata ini mengaburkan senyuman kamu, Fe."
Aku pun tertawa kecil disela isakanku. "Makasih, ya, Dor," ucapku.
"Terima kasih untuk apa, Fe?" tanya Dory bingung.
"Makasih karena udah mencintai aku dengan begitu tulus."
Dory mengangguk dengan netra yang tak lepas dari manik mataku.
"Aku tahu, banyak banget kabar yang beredar tentangku, bukan kabar yang baik tentunya yang sering sampai kepadamu, tapi dengan tegasnya kamu terus berdiri membelaku. Tidak peduli kabar itu benar, tapi kamu terus setia mencintaiku. Jujur saja, aku malu, Dor.. malu dengan diriku sendiri, malu pada kelakuanku selama ini." Aku menunduk memainkan ujung jemari.
"Kenapa harus malu, Fe? Saya ndak pernah mempermasalahkan itu."
"Iya, hanya saja aku merasa tidak pantas dicintai lelaki sealim kamu, Dor."
"Jangan bicara seperti itu, Fe. Saya pun ndak sepenuhnya bersih dari kekhilafan. Karena yang namanya manusia itu tempatnya salah, hanya saja bagaimana ke depannya ia bersikap; memilih untuk terus berkubang dalam kesalahan yang sama atau belajar dari kesalahan itu untuk memperbaiki diri."
"Ajari aku untuk berjalan dititian yang benar, ya, Dor. Terus pegangi aku agar tidak lagi jatuh pada kesalahan yang sama."
"Dengan senang hati saya akan melakukannya, Fe. Sama-sama kita berjalan bersisian saling menjaga dan mengingatkan satu sama lain."
Aku mengiyakan ucapannya dengan mengangguk, diikuti dengan tangannya yang terulur menepuk puncak kepalaku.
Bersambung...
Update!!
Terima kasih semua, senang rasanya dengan terus bertambahnya jumlah viewers, semakin memotivasi saya untuk terus melanjutkan kisah ini.
Jangan lupa untuk terus berikan vote kalian, ya..
See you next part..
😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Boy ✔
Teen FictionDory Saputro--cowok super kalem yang aku kenal di bangku SMA Angkasa. Ia murid baru pindahan dari kota Solo. Entah mengapa sosoknya yang berbeda dari kebanyakan cowok yang pernah dekat denganku justru mengusik hatiku untuk mengenalnya lebih jauh. Do...