Kantin SMA Angkasa
"Dor, kamu serius sama Fea?" tanya Bagas.
"Memangnya kenapa, Gas?" Dory balik bertanya sembari mengaduk-aduk es tehnya.
"Ya, kamu nggak takut apa jadian sama dia?"
"Kenapa harus takut, Gas? Memangnya Fea itu hantu apa mesti ditakuti," kelakar Dory.
"Kamu masih ingat, kan, sama Mario--mantannya Fea yang waktu itu berantem sama kamu?"
Dory mengangguk. "Iya. Kenapa?"
"Sudah jadi rahasia umum seperti apa tabiat Mario itu, Dor. Selain player, dia itu punya gaya pacaran yang bebas. Hampir semua cewek yang dekat sama dia pasti pernah diajak 'gituan'."
"Diajak 'gituan'?" tanya Dory polos dengan tampang bingung. "Maksudnya bagaimana, Gas?" sambungnya tidak mengerti.
"Hahahaha.. jangan bilang kamu nggak paham yang aku maksud, Dor?"
"Ya memang saya ndak paham maksud kamu, Gas."
"Ya ampun.. ke mana aja gaulmu selama ini, Dor! Bisa-bisanya segede ini masih polos gini."
Bagas dibuat heran dengan kepolosan Dory, sementara Dory sendiri hanya diam karena memang benar-benar tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh temannya itu.
"ML, Dor. Making Love. Masih nggak ngerti juga?"
"Astaghfirullah!" seru Dory.
"Jangan terkejut gitulah, Dor. Hal semacam itu udah sering terjadi dikalangan remaja sekarang. Apalagi buat remaja yang mempunyai kehidupan hedon macam si Mario."
"Tapi itu kan zina namanya, Gas. Agama juga melarang perbuatan itu."
"Ya mau itu zina, mau agama ngelarang, tapi kalo dua-duanya suka sama suka untuk ngelakuin itu, mau bilang apa?"
Lagi-lagi Dory hanya terdiam, wajahnya terlihat datar.
"Fea kan pernah pacaran sama Mario, kamu nggak takut kalo dia juga pernah ngelakuin itu sama Mario?"
Ekspresi wajahnya sontak berubah. Ada rasa tidak suka ketika Bagas mengatakan itu, perihal kemungkinan Fea pernah melakukan hal semacam itu dengan Mario.
"Jangan menuduh seperti itu, Gas. Ndak baik berprasangka buruk terhadap orang lain, sementara belum tentu juga kebenarannya seperti itu." Dory berusaha membela Fea.
"Aku nggak menuduh, Dor. Tapi melihat kenyataan yang seperti itu, wajarlah berasumsi kalo Fea juga pernah ML sama Mario. Toh, Mario selalu sesumbar ke teman-temannya kalo dia habis gituan sama cewek."
"Saya ndak mau kamu ngomongin Fea seperti itu, Gas. Di mata saya, dia itu gadis baik-baik, walau beberapa orang sering mengatakan tentang gaya hidupnya yang hedon. Saya tetap percaya kalau Fea masih tahu batasan norma." Lagi-lagi Dory bersikeras membela Fea. Dalam hatinya ia marah karena Bagas berani mengatakan hal buruk tentang gadis yang ia cintai
Bagas mengedikkan bahunya. "Yang namanya napsu kalo udah ngerasuki manusia nggak lagi mengenal batasan norma, Dor." Bagas terus saja mengompori Dory.
Dory diam saja, namun hatinya begitu panas.
"Dor, sebagai teman, aku hanya nggak tega kalo kamu mendapat cewek bekas orang lain, yang udah nggak virgin. Kamu itu cowok baik, Dor, pantesnya juga dapat perempuan baik-baik."
"Cukup, Gas! Terus terang saya ndak suka cara kamu bicara tentang Fea. Tolong hargai perasaan saya, Gas," tegas Dory yang sudah tidak tahan mendengar omongan Bagas tentang Fea.
"Sorry, Dor. Sekali lagi aku nggak bermaksud bikin kamu tersinggung mendengar penilaianku tentang Fea. Semua itu demi kebaikan kamu juga, Dor."
"Saya balik duluan ke kelas, Gas." Saking kesalnya Dory memilih meninggalkan Bagas.
***
Perkataan Bagas mengenai Fea, tak urung mengusik benak Dory. Ia begitu gelisah sepanjang hari itu, bahkan terbawa hingga malam.
Dory tak juga bisa memejamkan mata. Kata-kata Bagas terus terngiang di telinganya. Fea berhubungan badan dengan Mario, apa mungkin? Begitu pertanyaan yang terus berkelebat dalam kepalanya.
Ndak mungkin.. Fea ndak mungkin melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama, satu sisi hati Dory mengatakan itu.
Tapi bagaimana jika Fea melakukannya dalam keadaan ndak sadar? Ketika ia sedang mabuk, sisi hati Dory yang lainnya membisikkan hal tersebut.
Perang batin sedang melanda hati Dory malam itu. Matanya nyalang menatap pekatnya langit melalui sisi jendela kamar yang ia biarkan terbuka. Sepertinya udara malam itu terasa begitu panas, atau mungkin itu merupakan efek dari hatinya yang sedang dilema.
Kalaupun benar Fea pernah melakukannya, apa iya, saya akan begitu saja meninggalkannya. Tanpa memberikan kesempatan bagi Fea untuk memperbaiki kekhilafannya. Toh, ndak ada manusia di muka bumi ini yang benar-benar suci, yang ndak pernah sedikitpun melakukan kesalahan.
Dory mengusap wajahnya dengan kedua tangan, berusaha menyingkirkan bayangan-bayangan yang menghantui benaknya.
Harusnya saya ndak boleh terpengaruh dengan perkataan Bagas. Mau seperti apa kenyataan tentang Fea, seharusnya saya bisa dengan lapang menerima, karena saya mencintai dia dengan hati.
Dory berusaha berdamai dengan perkataan Bagas, pun jika hal itu benar adanya.
Ya, saya ndak boleh meragukan Fea. Seburuk apapun kenyataannya, Fea tetaplah Fea yang saya cintai, batin Dory.
Sebuah senyum menghiasi bibirnya, hatinya perlahan mulai dingin. Beban pikiran yang seharian tadi menggantung dalam benaknya mulai ia lepaskan. Perlahan ditutupnya daun jendela, lalu beranjak keluar kamar menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Dory berniat untuk melepaskan beban yang seharian menghantui pikirannya dengan menjalankan sholat malam, berharap akan mendapatkan ketenangan hati setelahnya.
Bersambung...
Update!!
Hallo, terima kasih ya masih terus setia membaca kisah ini. Terima kasih juga buat teman-teman yang sudah memberikan votenya.
Sungguh dukungan dari kalian menjadi penyemangat saya untuk terus menuliskan cerita ini.
Saya juga dengan senang hati menerima kritik dan saran dari kalian.
Ok, see you next part..
😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Boy ✔
Roman pour AdolescentsDory Saputro--cowok super kalem yang aku kenal di bangku SMA Angkasa. Ia murid baru pindahan dari kota Solo. Entah mengapa sosoknya yang berbeda dari kebanyakan cowok yang pernah dekat denganku justru mengusik hatiku untuk mengenalnya lebih jauh. Do...