30. Bahagia; Sesederhana Itu

888 44 8
                                    

"Selamat pagi, Fe. Sudah siap untuk berangkat?"

Senyumanku mengembang begitu pagi ini mendapati Dory sudah menungguku di depan gerbang rumah. Ya, semua sudah kembali seperti semula, ia kembali menjemputku ke sekolah pagi ini.

"Pagi juga, Dory."

"Ini, kamu pakai, ya." Dory mengulurkan sebuah helm untukku yang segera kusambut dengan seulas senyum yang terus menghiasi bibirku.

"Sudah, Fe?" tanya Dory memastikan aku sudah duduk dengan nyaman di boncengannya.

Aku mengangguk, kemudian mengeratkan pegangan tanganku pada pinggangnya. Seulas senyum dapat kutangkap tersungging dari bibirnya melalui spion. Perlahan motor bebek Dory melaju membelah dinginnya pagi kota ini.

Baru setengah perjalanan, mendadak Dory meminggirkan laju motor dan berhenti di pinggir sebuah taman kota.

"Lho, kenapa berhenti, Dor? Mogok, ya, motornya?"

Dory menggeleng. "Turun sebentar, Fe," ajaknya dan aku pun mengikutinya.

"Ada apa, Dor?" tanyaku bingung.

Dory malah tersenyum sembari menatapku. Tatapannya itu mampu mengalirkan rasa hangat dalam relung hatiku. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sesuatu.

"Apa itu?" tanyaku penasaran mengamati dua benda berwarna merah dalam genggamannya.

"Ini gelang yang terbuat dari tali prusik."

"Tali prusik?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tali prusik?"

"Itu sejenis tali yang biasa digunakan untuk kegiatan panjat tebing, Fe," jelas Dory.

Aku hanya mengangguk-angguk sambil terus menatap benda tersebut.

"Saya bikin sendiri semalam, Fe. Sengaja saya buat dua buah, satu untuk kamu dan satunya lagi untuk saya."

"Serius kamu sendiri yang bikin, Dor?" Mataku terbelalak menatap gelang tersebut dan Dory silih berganti.

Dory mengangguk, seulas senyum kembali menghiasi bibirnya. "Saya bantu pakai, ya, Fe." Lalu Dory meraih pergelangan tangan kananku kemudian memakaikan gelang tersebut.

"Sudah. Sekarang kamu tolong bantu pasangkan yang ini untuk saya, Fe." Tanpa menunggu kusambut gelang satunya dan memasangkan pada pergelangan tangan kiri Dory.

"Selesai," ucapku sembari tersenyum dan beralih menatap gelang yang terpasang di pergelangan tanganku, lalu kuusap dengan lembut.

"Cantik. Makasih, ya, Dor." Kualihkan pandanganku ke netra Dory.

"Maaf, ya, Fe, hanya gelang yang terbuat dari bahan tali saja yang bisa saya berikan untuk kamu saat ini," ucapnya sambil membalas tatapanku.

"Kenapa minta maaf? Aku tidak melihat dari apa gelang ini terbuat, Dor. Justru aku sangat menghargai ini karena kamu membuat sendiri dengan cinta." Semakin dalam aku menatap netranya, kali ini dengan berkaca-kaca. Sungguh aku merasa terharu sekaligus tersanjung mendapat hadiah yang menurutku begitu istimewa darinya, meski sederhana tapi dibuat dengan penuh cinta.

"Kenapa nangis, Fe?" tanya Dory. Tangannya terulur menangkup kedua pipiku lalu menyapukan jemarinya dengan lembut.

"Aku menangis karena bahagia, Dory," jawabku tersenyum.

"Meski menurutmu gelang ini sederhana, tapi bagiku ini sangat istimewa. Sungguh kamu mencintaiku dengan sangat luar biasa, Dor."

Tanpa berkata-kata Dory mengusap puncak kepalaku dengan lembut, lalu menarikku ke dalam pelukannya. Sesaat kami saling terdiam, larut dalam hangatnya perasaan kami saat ini.

"Sudah, yuk, nanti kita terlambat." Dory melepaskan pelukannya dariku dengan netra yang masih terus lekat menatapku.

"Eh, iya.. jam berapa sekarang? Bisa-bisa kita nggak diizinkan masuk kalau sampai gerbang keburu ditutup nanti." Refleks aku melihat jam di pergelangan tangan kiriku, pukul tujuh kurang limabelas menit. Berarti masih ada waktu limabelas menit untuk sampai di sekolah.

Dory menggandengku, menautkan jemarinya mengisi sela jemariku dan bergegas kembali ke motor. Saat ia hendak duduk kembali di atas motornya, aku menahannya. "Dor, kenapa kamu mau repot-repot membuat gelang ini untukku?" Sebuah pertanyaan yang tiba-tiba saja terlintas dalam benakku meluncur begitu saja dari bibirku.

Dory urung duduk, lantas berbalik menatapku, lekat. "Karena saya mau setelah ini kamu bisa tenang menjalani hubungan ini bersama saya, Fe. Saya tahu, kamu pasti sering bertanya-tanya kenapa saya tidak pernah meminta kamu untuk menjadi kekasih saya, kan? Saya punya alasan yang suatu hari nanti pasti kamu akan mengetahuinya, Fe. Tidak untuk sekarang. Gelang ini sebagai cara saya untuk membuktikan keseriusan dalam menjalani hubungan dengan kamu."

Mataku kembali berkaca-kaca. Serasa diterbangkan oleh jutaan kupu-kupu ke langit demi mendengar apa yang baru saja keluar dari bibirnya.

"Terima kasih, ya, Dor, untuk semua hal yang kamu berikan ke aku." Dory tersenyum dan lagi-lagi mengusap puncak kepalaku dengan lembut.

"Berangkat sekarang, ya," ucapnya kemudian. Dan kami berdua kembali berboncengan melanjutkan perjalanan menuju ke sekolah dengan perasaan yang menghangat. Sepanjang perjalanan senyum tak hentinya terukir dari bibirku maupun Dory. Sungguh, ternyata bahagia itu sesederhana ini.

Bersambung...

Update!!

Vote, kritik & sarannya jangan lupa, ya, teman-teman.. selalu saya nantikan dari kalian..

Gimana part ini udah cukup bikin baper belum??

See you next part
😊😊😊

Sad Boy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang