3. Jatuh Cinta

2.2K 109 8
                                    

Dory, dari hari ke hari aku merasakan perasaan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya terhadap cowok-cowok yang pernah dekat denganku. Bersamanya aku merasa nyaman, hangat dan bahagia. Senyuman yang menghiasi bibirku kini bukan hanya sebuah fake smile seperti hari-hari kemarin, tapi karena memang aku benar-benar bahagia. Satu lagi, aku nggak lagi merasa kesepian meski dikelilingi banyak teman, walau hanya sedang berdua dengan Dory tapi aku merasa lengkap.

Tiga bulan berlalu dan aku merasa jika sekarang Dory sudah mulai bisa terbuka padaku. Sikapnya tidak sekaku waktu awal kami kenal. Tak jarang aku mendapatinya sedang tersenyum sambil menatapku, tapi begitu kepergok olehku, ia jadi salah tingkah sendiri. Apa itu tandanya kamu juga mulai menyukaiku, Dory?

Menaklukan hatinya ternyata tidak semudah mendapatkan perhatian dari cowok-cowok lain yang bahkan mungkin lebih segala-galanya dari Dory, tapi entahlah aku nggak mau berhenti untuk memperjuangkan perasaanku terhadapnya.

"Kok, melamun, Fe?"

Sebuah suara tiba-tiba membuyarkan lamunanku, aku mendapati Dory sudah berdiri di samping bangkuku.

"Eh, kamu, Dor. Eng-enggak lagi ngelamun kok, cuma lagi mikir."

"Mikir apa, Fe? Kelihatan serius banget wajah kamu tadi."

Dory.. Dory.. ternyata kamu memperhatikan aku juga, ya, batinku senang.

"Fe?"

"Mikir__in kamu!"

Kulihat Dory tersenyum mendengar jawabanku itu.

"Bisa saja kamu ini, Fe. Kirain lagi mikir apa."

Lalu kami berdua pun tertawa lepas. Aku senang melihatnya bisa tertawa lepas, baru denganku saja ia bisa seperti itu.

"Oya, malam Minggu besok kamu ada acara nggak, Dor?"

Aku memberanikan diri untuk kembali mengajaknya jalan, kupikir malam Minggu ini adalah waktu yang tepat. Semoga aja kali ini ia mau, karena yang kutahu Dory bukan orang yang gampang buat diajak jalan ke luar. Ajakanku selalu ditolaknya, yang ada aku lebih sering main ke rumahnya.

Dory menggeleng. "Saya ndak pernah ke mana-mana, Fe."

"Jalan, yuk."

"Ke mana?"

"Makan, gimana?"

"Tapi, Fe__" Dory terlihat ragu.

"Udah, jangan kebanyakan mikir. Ya, mau ya?" desakku.

Dory masih saja diam. Seperti memikirkan sesuatu.

"Nanti aku yang nyamperin ke rumah kamu."

Sontak Dory menatapku kurang setuju. "Naik mobil?"

"Iyalah, masak iya aku naik.angkot sendirian ke rumah kamu, malam-malam pula. Kalo naik angkotnya berdua sama kamu sih, oke-oke aja."

"Tapi saya ndak mau pergi naik mobil kamu, Fe."

Bibirku mengerucut. "Kenapa, sih? Nggak apa-apa lagi."

"Kalau kamu mau jalan sama saya, kita ndak naik mobil."

"Ya udah, nanti aku ke rumah kamu dianterin aja sama sopirku kayak biasanya, habis itu jalannya sama kamu terserah deh mau naik apa." Akhirnya aku mengalah.

Dory tersenyum. "Iya, seperti itu saja. Nanti kita jalannya muter-muter pakai motor saya, kebetulan kemarin sudah dikirim ke rumah."

Aku mengangguk senang. Naik motor boncengan sama Dory ; membayangkannya saja aku udah seneng banget!

Sad Boy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang