Prolog

1K 47 4
                                    

Dua kaki ku yang terbungkus oleh sepatu tak bermerek baru saja menapak pada tanah kering, halaman rumahku. Hampir saja sepatu tak bermerek ini menginjak tai kucing. Semoga saja itu bukan tai kucingku, pasalnya aku sudah mengajarinya cara buang air besar. Ketika kaki ku sudah mendarat pada halaman rumah, itu berarti aku harus mendengarkan keributan yang sudah menanti di dalam sana. Ada dua jenis keributan, pertama keributan dari mulut penunggu rumah, kedua keributan dari radio tua milik nenekku.

Aku senang jika keributan yang tercipta berasal dari radio tua. Kepalaku bisa saja aku benturkan pada tembok jika keributan berasal dari penunggu rumah, saking muaknya sampai-sampai kepalaku serasa cenat-cenut mendengarnya. Aku bisa saja menyumpal mulutnya, tapi apa dayaku, aku hanya anak perempuan. Lebih baik pura-pura tak mendengarnya saja.

Lagu dangdut berbahasa Jawa yang berasal dari radio tua menggema di ruang tamu, setelah aku yang masih mengenakan seragam sekolah ini membuka pintu rumah. Akhirnya aku mendengar keributan dari radio bukan dari adu argumen penunggu rumah. Sore hari biasanya telingaku disuguhi lagu-lagu dari radio bahkan pernah satu hari disuguhi lagu-lagu bercampur dengan adu argumen penunggu rumah.

"Lagu barat ada nek?" tanyaku pada nenek yang duduk di sofa usang nan bolong-bolong akibat di gigit tikus.

Tapi nenek diam saja. Mungkin dia budek, akhir-akhir ini dia seperti itu mungkin efek mendengar lagu terlalu keras juga mendengar keributan dari penunggu rumah.

          _____________________________

Hai semua:)

Apa kabar? Gimana prolognya?

Ada kritik atau saran??


22 Maret 2020

MEMORIES NEVER DIE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang