13. Rock and Roll

93 13 4
                                    

Malam minggu biasanya di habiskan dengan menonton drama Korea atau membaca novel, tentunya di kamar yang hangat dan nyaman. Aku mendesah setelah cek kuotaku yang tinggal sedikit. Tak cukup untuk mendownload drama Korea tapi masih bisa untuk chattingan. Biasanya Nabila sering curhat kalau malam-malam. Ponselku berbunyi, ternyata ada chat dari Nabila. Pasti mau curhat.

Nabila👧
May, ke rumah aku sini, kita dugem bareng

Dosa nggak sih?

Nabila👧
Nggak, May. Cuma joget-joget doang kok. Dengerin musik kesukaan kamu

Entar tetangga denger nggak?

Nabila👧
Kamarku kedap suara wkwk. Lagian sejak kapan kamu peduli sama orang

Bener juga. Ya udah aku otw. Siapin minuman. Susu kotak jangan lupa

Nabila👧
Udah gede masih minum susu kotak aja kamu, May

Bodoamat

Nabila👧
Nginap ya?

Nggak

Nabila👧
Hmmm😔

Aku memang diberi izin main ke rumah Nabila tapi kalau menginap itu tidak mungkin. Jam sembilan harus pulang. Itu kata bapak dan ibu. Rumah Nabila tak jauh tapi kakak ku memaksa tetap ingin mengantarkanku. Tentu saja dia pulang sesampainya di sana, tidak mungkin ikut main denganku.

Di rumah Nabila hanya ada dia, adiknya dan juga bibinya tapi hari ini adiknya sedang menginap di rumah bibinya. Kedua orang tuanya bekerja di luar kota, merantau. Nabila langsung menyeret tanganku, saat masuk di kamarnya terdengar lagu Taking Off milik One Ok Rock. Hanya ada lampu kelap kelip-yang sering dia sebut-sebagai pencahayaan.

Nabila tiba-tiba melempar sisirnya, menyuruhku bernyanyi. Sebagai ganti microphone dia menggunakan sisirnya. Ada-ada saja.

"Aku bagian reff nya." kataku.

Nabila lantas mengambil sisir di tanganku. Dan mulai nyanyi sambil joget tak jelas, kayak orang kesurupan.
"Stuck in the same routine
Living an empty dream
When am I gonna wake up 
Thought we had it right 
Now it's an endless night 
Where is it gonna take us
Realizing, everything I love is slowly killing me."

Kini giliranku, Nabila melempar sisirnya dengan cepat aku menangkapnya.
"I know I know
We're taking off together
Even though we always
Crash and burn 
Tonight you and I
Will fall from the sky 
Drag me all the way to hell 
Cuz I'm never gonna let it go
Never gonna let it go." Aku bernyanyi sambil loncat-loncat, cuma Nabila  yang bisa membuatku hilang kendali. Bersamanya seperti dalam jati diri yang lain.

Nabila jogetnya semakin menjadi-jadi sampai membuatku hampir tersungkur. Aku takut dia kesurupan beneran.

Dia merebut sisirnya kembali padahal aku masih ingin nyanyi.
"Build a broken heart
Watching it fall apart 
This is how I like it 
Sink your teeth in
Give me what I want 
I love the way it hurts,"

"Realizing, everything I love is slowly killing me," di bagian ini kita nyanyi bareng-bareng. Nabila sangat menghayati.

Aku menjitak kepalanya supaya dia sadar. Dia meringis kesakitan.
"Sakit tau, May. Kenapa sih?" tanyanya.

"Capek," aku duduk di sisi ranjangnya. Nabila yang pengertian langsung mengambil air minum, menyodorkannya padaku.

"Entar nunggu lima menit dulu," ucapanku membuatnya bingung, "kata senpai begitu. Kalau lagi ngos-ngosan jangan langsung minum." Nabila mengangguk-angguk.

"Emang kenapa kalau langsung minum?" tanyanya.

"Entar paru-paru basah." matanya membelalak kaget.

"Emang iya?" masih belum percaya nih bocah.

"Iya, kalau aku nggak salah denger. Kamu sih anak IPA masa nggak tau." dia hanya terkekeh.

Nabila mengecilkan volume musiknya setelahnya duduk di sampingku.
"Aku jadi anak IPA di suruh bapak, May. Aku sih sebenarnya pengen kayak kamu. Tapi bapak nggak mau aku masuk SMK," aku hanya menepuk pundaknya pelan.

"Dari dulu aku harus menuruti perintah bapak. Aku coba bilang ke ibu tapi dia bilang harus nurut. Aku capek, May. Ini hidup aku masa mereka yang nentuin." mata Nabila berkaca-kaca.

Aku bukan teman yang sok ngeluarin kata-kata bijak. Menjadi pendengar yang baik saja masih berusaha. Sampai pukul sembilan curhatan Nabila selesai. Ya, aku dari tadi diam saja. Sesekali menepuk-nepuk pundaknya pelan. Aku jadi kasihan meninggalkan dia sendirian di rumah.

"Jalani aja." ujarku sebelum membuka pintu rumahnya.

Ada pesan masuk waktu aku sudah naik di motor kakak ku.

Nabila👧
Jalani doang, May?

Syukuri


Jam empat pagi suara bapak sudah terdengar di telingaku walaupun aku masih terlelap. Bapak mau berangkat ke pasar, belanja makanan khas Cirebon di sana, untuk di jual kembali. Tentunya ibu yang jualan. Ibu sudah sembuh tapi aku melarangnya berjualan sebenarnya. Di rumah aja malah buat dia nggak sembuh-sembuh katanya. Aku hanya pasrah hanya bisa berdoa agar jualan ibu laris dan pulang dengan selamat.

Ibu menggoyangkan kakiku agar aku terbangun.
"Wulan bangun. Ayok sholat subuh ke mushola." ujarnya.

Mataku ku paksa terbuka agar ibu tak ngomel-ngomel lagi.
"Tapi aku males mandi. Dingin bu."

"Ya cuci muka aja. Gosok gigi juga."

Aku mengangguk. Sebenarnya aku bukan orang yang selalu sholat lima waktu. Maksudku aku juga seperti remaja-remaja lain yang kadang malas karena godaan setan yang amat menyesatkan. Tapi aku berusaha menjalankan kewajibanku itu.

Padahal kemarin aku selalu bersemangat saat latihan karate. Tapi entah kenapa hari minggu ini tak semangat. Kalau kata anak jaman sekarang sih 'nggak mood' di tambah lagi kak Dika tak mengajar. Kata para fans nya sih dia sedang bekerja. Aku baru tau kalau kak Dika ternyata sudah lulus. Dulu dia mengambil jurusan yang sama sepertiku. Tapi kak Dika bekerja di mana?

Aku sudah malas duluan saat senpai bilang kak Azar yang menggantikan kak Dika. Aku hanya tak suka sifatnya yang sok-sok an itu.

"Wahai kak Dika di manakah engkau berada?" itu bukan kataku, itu kata salah satu fans nya yang lebay.

-m e m o r i e s   n e v e r   d i e-

Cakra akan hadir di chapter berikutnya😸

Aku kapan? -Gumi

Anda siapa? -Cakra

13 Mei 2020

MEMORIES NEVER DIE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang