12. Huruf C

112 16 8
                                    

"Maafin aku, May. Gara-gara aku nanya jawaban ke kamu jadi hp kamu disita." Airani sedari tadi memelukku sambil menangis. Untung di kelas belum banyak orang. Nanti aku di sangka penyebab dia nangis.

"Udah, Ai. Ini bukan salah kamu. Nggak masalah, hp nya tinggal di ambil aja." ucapku.

Airani menatapku dengan mata yang sembab, di pipinya ada jejak air matanya. Aku jadi merasa kasihan.

"Nggak apa-apa," aku berusaha meyakinkannya.

"Kamu jelek Ai kalau lagi nangis." gumamku. Tapi ternyata Ai mendengarnya, dan berakhir pinggangku di cubit olehnya. Sialan.

Kemarin aku belum sempat memberitahu ibu atau kakak ku. Kalau bapak tak mungkin. Bapak tidak mau pergi ke sekolah untuk mengambil hp ku. Mengambil rapot saja tak mau. Entahlah bagaimana nasib handphone ku.

"Riki juga hp nya disita. Gara-gara cari jawaban di google." ujar Airani. Siapa yang di maksud Ai? Aku tak tau siapa Riki.

"Riki siapa?" tanyaku.

"Itu lho kemarin yang minjem buku bahasa Inggris aku. Saudaraku, May. Masa kamu nggak inget." jadi cowok bermata tajam itu bernama Riki. Entah kenapa rasanya senang sekali mengetahui namanya.

Aku mengangguk. Tapi setelahnya baru ku ingat di hp ku ada beberapa fotonya yang ku ambil secara diam-diam. Bagaimana jika ibu Anis melihat galeri hp ku?



Tadinya Airani mau menyeretku ke kantin tapi aku menolak dengan alasan ingin baca buku di perpus. Rasanya aneh saat pergi ke kantin, semua orang seperti menatapku tak suka, curiga, bahkan ada juga yang menatapku seolah ingin menelanku hidup-hidup. Keramaian tak pantas untukku. Terlalu berisik dan membuat kepalaku pusing.

Tanganku menunjuk buku di rak dengan pensil yang katanya milik ku itu. Ya, pensil yang ditemukan cowok berkacamata minggu lalu. Aku membawanya berniat ingin mengembalikan padanya. Tapi dari tadi aku tak menemukan cowok berkacamata itu.

Mataku menemukan novel yang ingin aku baca tapi letaknya di rak atas. Tanganku tak mampu menjangkaunya. Aku masih berusaha mengambilnya, tangan seseorang mengambil novel itu. Akhirnya ada yang mau membantuku.

 Akhirnya ada yang mau membantuku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku membalikkan tubuhku, aku harus berterimakasih padanya.
"Terima kasih," ucapku. Dia menjauhkan novel itu saat aku ingin mengambil dari tangannya. Kenapa dia?

"Aku yang mengambilnya." ujarnya. Seketika hatiku memanas.

"Tapi aku dulu yang menemukannya." sergahku cepat.

"Siapa cepat dia dapat. Salah siapa tubuhmu pendek." ucapan terakhirnya memancing emosiku. Rasanya aku ingin mengeluarkan jurus karateku.

Cowok itu berlalu. Tapi baru dua langkah dia membalikkan badanya. Menghampiriku, aku kira dia mau meminta maaf.

"Itu pensil milikku." telunjuknya menunjuk pensil yang ada di tanganku.

Tadi dia merebut novel sekarang pensil pun ia rebut juga? Aku menatap pensil itu, di sana ada huruf C yang menurutku di tulis dengan pulpen. Huruf C? Apa namanya berawal dari huruf C? Tapi namaku juga berawal huruf C. Perasaan aku tak pernah menulis huruf C di pensil.

Karena aku dari tadi diam saja, dia merebut pensil itu.
"C! Cakra." katanya sambil menunjuk huruf C di pensil itu. Jadi pensil itu miliknya?

"Oh baguslah kalau itu pensilmu. Aku tak perlu repot-repot mencari pemiliknya." ucapku. Dia hanya diam menatapku.

"Aku kira kamu pencurinya."

"Buat apa aku mencuri pensil." karena sangat kesal aku berjalan keluar dari perpustakaan.

Bisa-bisanya aku bertemu cowok menyebalkan tadi, bikin kesal saja. Salah satu yang aku hindari di dunia ini dan gara-gara dia aku jadi batal meminjam novel baru itu.

Apa aku salah lihat? Mataku menemukan kakakku yang baru saja keluar dari ruang guru. Kenapa dia ada di sini? Buru-buru aku menghampirinya.

Kakak terkejut melihatku datang.
"Sedang apa kakak di sini?" tanyaku.

Dia mengeluarkan handphone ku dari saku celananya.
"Memalukan. Hp kamu disita gara-gara bantu temenmu?" aku hanya terkekeh.

"Kakak tau dari mana?" tanyaku.

"Wali kelasmu menelpon kakak," sudah ku duga.

"Jadi orang jangan terlalu baik." lanjutnya. Dia mengatakan itu dengan wajah datar seperti biasa.

Aku mengangguk.
"Kemarin aku khilaf berbuat baik, kak." candaku yang langsung di hadiahi sentilan di hidungku.

Lumayan sakit juga. Kalau bukan di sekolah sudah aku hajar dia. Aku mengambil handphone ku dari tangannya.
"Thanks." kemudian berlalu meninggalkannya.

Malangnya, aku berpapasan dengan cowok perebut novel tadi, saat di koridor kelas XII Multimedia. Dia mengangkat novel itu sambil tersenyum miring.
"Kamu mau novel ini kan?" tanyanya.

Apa dia mau meminjamkannya untukku? Tapi itu tidak mungkin.
"Hey cewek pendek." panggilnya. Aku membulatkan mataku.

"Aku nggak pendek. Cuma masih pertumbuhan."

Dia menyodorkan novel.
"Kamu mau membacanya kan?"

"Iya." bentakku. Semua murid yang sedang berjalan menatapku.

"Tapi aku menawarkan syarat," apa lagi ini? Aku jadi curiga.

"Apa syaratnya?" kataku cepat.

"Ijinkan aku jadi temanmu." huh, syarat yang sulit untuk ku penuhi. Tapi aku ingin membaca novel baru itu, sudah lama aku menunggunya.

"Nggak bisa." merelakan novel itu mungkin pilihan yang tepat. Daripada aku berteman dengan cowok menyebalkan.

"Aku ingatkan, novel ini hanya ada satu. Kamu cari di perpus sampai besok pun nggak akan ketemu." hatiku mulai bimbang. Bagaimana ini, apa aku harus menunggu sampai dia mengembalikan novelnya?

"Tapi kenapa kamu mau jadi temanku?" aku heran padanya, kenapa dia tak berteman dengan orang lain saja. Jangan aku.

"Karena... kamu cewek pendek." yang benar saja. Cowok di depanku masih waras kan?

"Di sekolah ini banyak cewek pendek selain aku." setelah mengucapkan itu aku berjalan menuju kelasku, setelah mendengar bel masuk berbunyi. Aku tidak mau ketinggalan pelajaran sejarah.

-m e m o r i e s  n e v e r  d i e-

Nongol tokoh baru lagi

Maya jadi bingung mau milih Gumi, cowok berkacamata, Riki, atau Cakra, si cowok menyebalkan?

Bantu Maya memilih😸

12 Mei 2020

MEMORIES NEVER DIE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang