9. Family and English Language

127 15 4
                                    

Sebelum membuka pintu rumah saja sudah terdengar suara Bapak yang sedang marah-marah. Kenapa lagi sih? Hari ini apa yang mereka debatkan. Masalah uang lagi? Tanpa mengucapkan salam aku nyelonong masuk lalu melepas sepatuku dan menaruhnya di rak. Aku datang saja mereka tak peduli. Masih memperdebatkan entah apa aku tidak tau. Ibu terlihat diam saja, mendengar ucapan Bapak yang suaranya tak bisa di kurangi volume nya itu.

Setelah berganti pakaian aku menyalakan radio butut milik nenek. Kemana nenek? Apa dia sedang di sawah? Aku menyalakan radio dengan volume yang lumayan keras. Agar suara Bapak kalah dengan radio butut ini. Perutku berbunyi. Hampir saja aku lupa, aku berjalan ke meja makan, hanya ada telur ceplok. Tak apa-apa.

Yang aku lakukan setelah pulang sekolah hanya duduk-duduk santai sampai mendengarkan lagu dari radio tua. Jika sudah bosan, aku akan membantu pekerjaan Ibu. Menyapu dan mencuci piring contohnya. Lantai rumahku jarang di pel, karena kami mengepel dengan tangan menggunakan kaos yang sudah tak terpakai. Itu di lakukan dengan berjongkok, sangat melelahkan.

Aku tidak tau apa yang di lakukan keluarga pada umumnya saat malam tiba. Mungkin berkumpul sambil menonton tv? Atau berbincang-bincang, seperti berbagi cerita dan keluh kesah. Keluargaku juga begitu, tapi hanya menonton tv saja. Tak ada yang mau berbagi cerita atau keluh kesahnya. Membosankan bukan?

Memilih channel yang menayangkan komedian juga mereka tak ada yang tertawa. Sibuk dengan urusannya masing-masing. Ibu sedang melipat baju, Bapak sedang mengunyah makanan, sedangkan kakak fokus pada handphone-nya. Hanya aku saja yang tertawa saat melihat acara itu.

Tak mau lama-lama dengan ke bosanan ini, aku memilih masuk ke kamar. Meneruskan membaca novel yang belum aku tuntaskan. Hp ku bergetar ada notifikasi chat dari Nabila. Teman waktu SMP. Walaupun sekarang kami beda sekolah, kami masih menjalin pertemanan ini.

Nabila🐥
Woy!!

Kenapa??


Nabila🐥
Teman nggak asik

Aku menggelengkan kepalaku. Aku jadi kasian padanya.

Lama-lama juga dia asik, Bil

Nabila🐥
Emang teman kamu asik, May? Aku sih nggak percaya kalo kamu punya teman😅✌

Aku merengut membacanya. Tau aja nih bocil.

Kamunya sih sekolahnya di situ. Aku jadi nggak ada teman:"

Nabila🐥
Kamu harus menyesuaikan diri, May. Kenalan, biar punya teman. Jangan ngumpet di perpus aja wkwk😆

Aku jadi malas kalau sudah membahas teman. Seperti sesuatu yang sensitif bagiku.

Dengan langkah malas menuju kelas yang lantai paling atas itu seseorang merangkul bahuku membuatku terkejut oleh perlakuannya itu.

"Hai." sapanya. Tak usah menengoknya juga aku sudah hafal dengan suara itu.

Aku menghentikan langkah malasku ini. Melepas rangkulannya setelah itu menatapnya dengan malas.
"Why?"

"Wah, kamu pinter bahasa Inggris," dia ini benar-benar takjub atau pura-pura sih? Anak TK juga pasti bisa mengucapkan 'why'.

Malas menanggapinya aku berjalan meninggalkannya. Dengan berlari dia mengejarku membuat kami menjadi pusat perhatian. Menyebalkan.

MEMORIES NEVER DIE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang