19. I'm Not Okay

83 12 8
                                    

"Hey." kakak ku memanggil karena aku belum mencium tangannya sebelum masuk ke sekolah. Aku membalikkan badanku dan mencium tangannya. Mata kakak ku memicing.

"Belajar yang bener."

"Kalau nggak bener emangnya kenapa?" pertanyaanku membuatnya sedikit terkejut.

"Nanti nggak jadi orang sukses."

"Kakak nggak sukses berarti dulu sekolahnya nggak bener." kakak kelabakan mungkin bingung mau jawab apa.

"Kakak bukan nggak sukses cuma belum saatnya sukses aja." aku berdecih, bisa aja jawabnya.

"Kakak mau jadi orang kaya nggak?"

"Ya mau lah."

"Cara supaya jadi orang kaya tuh gimana sih?"

"Ya kerjanya harus tekun."

"Kakak tekun gak kerjanya?"

"Tekun lah."

"Tapi kenapa gak kaya-kaya." kakak ku hanya diam, tak menjawab apa-apa.

Aku tersenyum menang setelahnya meninggalkannya, debat dengan kakak tidak ada habis-habisnya nanti. Murid-murid berjalan melewati gerbang, ada yang berjalan dengan santai, ada juga yang tergesa-gesa. Mungkin lupa belum mengerjakan PR. Pasti mau nyari contekan tuh.

Di koridor kelas X Pemasaran ada tiga cewek berdiri menatapku. Seragamnya bukan jurusan pemasaran, seragamnya seperti Cakra. Dia pasti jurusan Multimedia. Aku tak peduli pada mereka, tapi tas ku di tarik oleh salah satu dari mereka.

"Maya." dia memanggilku tepat di depan muka ku. Sampai muncrat ludahnya.

"Lo pacarnya Cakra?" tanyanya.

"Bukan."

"Bagus kalo gitu."

"Emang kamu siapanya dia?" tanyaku.

"Gue pacarnya." aku hanya ber oh ria.

Saat aku berbalik badan hendak meninggalkan mereka, cewek yang ngaku jadi pacar Cakra itu menarik tas ku lagi kali ini sampai membenturkan badanku ke tembok. Untung saja ada tas, kalau tak ada bisa-bisa punggungku sakit. Tapi yang jadi korbannya malah kepalaku. Pasti kepalaku benjol nih. Kalau bukan di sekolah dia sudah aku mutilasi.

"Pendiam dan kutu buku, dasar cupu." dia dan dua temannya tertawa.

Tanganku mengepal rasanya ingin melayangkannya pada mulut busuknya itu.
"Mau lo apa?" tanyaku yang sudah tersulut emosi.

"Jangan deket-deket sama Cakra." tepat saat dia berteriak pak Jaya guru olahraga datang. Dia memisahkan kami dan menyuruh kami masuk ke kelas masing-masing.

Semoga saja ini bukan jadi bibitnya masalah. Aku benci masalah. Hidupku adem ayem, jadi jangan buat hidupku penuh masalah.

Cewek dengan seragam jurusan Multimedia masuk ke kelasku pada jam istirahat, apa dia temannya cewek pagi tadi? Mau apa dia, mau membenturkan kepalaku lagi? Atau mau ngaku-ngaku jadi pacarnya Cakra juga. Aku menyandarkan punggungku ke tembok sambil menghitung uang buat beli makanan Jimy. Lebih tepatnya mengalihkan pandanganku dari cewek itu. Dia sudah duduk di depanku. Airani juga nampaknya tak kenal dengan cewek itu karena sedari tadi dia diam saja.

"Kamu Maya kan?" tanyanya dengan suara lembut. Berbeda dengan cewek pagi tadi. Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Tenang aja, kamu nggak usah takut sama kakak."

MEMORIES NEVER DIE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang