Puisi

2K 118 4
                                    


"Bagaimana? Kapan kalian memberi si kembar teman bermain?" Ahra mengamati wajah Kyu Hyun dan Rhae Hoon bergantian, yang diajak bicara hanya terus melumuri timun dengan bumbu merah khas kimchi.

Sebentar lagi musim dingin, artinya keluarga Cho harus menyediakan stok kimchi yang banyak untuk kebutuhan makan beberapa bulan ke depan. Meski mereka memiliki banyak pelayan yang siap mengerjakan semua itu, nyatanya hari ini seluruh anggota berkumpul di kediaman keluarga Cho tanpa ada yang absen satu pun. Tidak terkecuali dengan Rhae Hoon, meski ia harus membatalkan janji temu dengan editor di perusahaan penerbit.

"Apa kalian sariawan?" Ahra mengomel karena orang-orang di depannya mengabaikan dirinya.

"Nanti, aku masih sibuk dengan pekerjaan dan Rhae Hoon masih harus menyelesaikan novel barunya, bukan begitu?" Kyu Hyun mengerling pada Rhae Hoon yang hanya memberi senyum masam. Bahkan sampai acara membuat kimchi itu selesai dan mereka kembali ke rumah, gadis itu hanya bicara seperlunya pada Kyu Hyun.

"Mau nonton film?" Kyu Hyun memainkan remote televisi lalu menepuk tempat di sebelahnya. Kamar keduanya memang memiliki ukuran yang luas, mampu menampung sebuah theater kecil untuk keduanya yang hobi menonton film ketika ada waktu senggang.

"Nonton drama saja, apa ya? Doctor Romantic 2?" Rhae Hoon merebut remote dan mulai melancarkan aksi memonopoli televisi. Kyu Hyun hanya diam, sesekali dia menatap wajah sang gadis yang begitu serius dengan drama kedokteran yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat di kantornya.

"Rhae Hoon-ie?"

"Apa?" Gadis itu tidak menoleh, masih asyik memerhatikan Kim Sa Bu di layar.

Kyu Hyun mengerucutkan bibir, memilih tenggelam kembali dalam drama, seperti malam yang sudah-sudah, ia tidak mampu mengatakan sesuatu yang sudah mengantri dengan baik di kepalanya. Sampai beberapa menit kemudian, terdengar dengkuran halus yang berasal dari mulut Kyu Hyun, yang kemudian ditanggapi dengan kekehan kecil dari bibir Rhae Hoon. Gadis itu lalu mematikan televisi, menatap wajah Kyu Hyun lekat sambil menggumam, "Apa yang selalu ingin kau tanyakan setiap malam padaku? Apa yang hendak kau ceritakan? Dan kenapa kau harus memilihku untuk menjadi istrimu?"

Kalimat-kalimat tanya itu hanya tenggelam dalam kesunyian, Kyu Hyun dan bayangan masa lalu keduanya yang selalu menyisakan sebuah lubang besar di hatinya. Sebuah penyesalan, sebuah luka, seberkas kepedihan.

***
Ruangan rapat itu hanya menyisakan satu pria dengan wajah angkuh tengah menggeluti beberapa kertas berisi laporan bulanan, presentase rating, kontrak iklan dan masih banyak lagi laporan yang menumpuk di bawahnya. Seperti robot, ia terus bekerja sampai lupa jika sekarang sudah pukul empat dan ia belum makan siang, yang ia ingat hanya masakan sederhana Rhae Hoon di pagi hari, mengingat itu membuat perutnya keroncongan.

"Presdir?" suara Ye Seul, si sekretaris yang membawa kotak makanan yang ia ambil dari meja sang atasan.

"Makan siang Anda, sepertinya Anda melupakannya."

Kyu Hyun menepuk jidat lalu tersenyum, "terimakasih," gumamnya lalu membuka bekal yang menggugah seleranya. Bermenit-menit ia habiskan seorang diri menyantap masakan Rhae Hoon, nasi putih dan beberapa lauk seperti tumis daging dan sayuran, juga beberapa potong telur gulung. Meski gadis itu beberapa kali meminta diceraikan, tapi perlakuan yang ia berikan pada Kyu Hyun sangat berbanding terbalik. Rhae Hoon selalu memastikan Kyu Hyun makan dengan baik, berpakaian dengan layak, dan tidak kekurangan suatu apapun.

Lima belas menit kemudian Kyu Hyun sudah selesai dengan urusan perutnya, jangan heran kalau berat badannya sudah naik sebanyak tiga kilogram selama setengah tahun terakhir, itu karena dia bahagia bisa menikahi wanita yang dulu adalah adik kelasnya di sekolah menengah atas.

SORRY✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang