12

16 4 0
                                    

...

"Huh.. akhirnya beres juga." ucap Silvia bangga dengan hasil kerja kerasnya.

"Eh belum dong.. kan gue belom beres, cape tau..." ucap Adel mengeluh.

"Ahahaa iya iya gue bantuin"

Adel dan Silvia terlihat sangat sibuk mengerjakan tugas dari Pak Jun. Kali ini mereka sedang berada di rumah Silvia. Dan tugas yang di berikan oleh Pak Jun itu adalah membuat kerajinan dari kaca. Setelah hari simulasi yang terasa panjang itu di kasih tugas kaya gini?! haha yang sabar ya kalian..

"Dah beres.. Bagus ga?" tanya Adel girang sekaligus bangga.

"Iya bagus! temen gue emang hebat!" puji Silvia.

Setelah keduanya selesai, barulah hasil keduanya di gabung. Bingkai yang di buat Adel dan Hiasan kaca yang di buat oleh Silvia terlihat sangat bagus dan rapi.

"Hah.. gabut bat nih, demus napa demus" huh Adel memang sering mengeluh. Namun hal itu tidak membuat Silvia kesal, karena Adel adalah teman terbaiknya setelah Riko.

"Lu ada lagu bagus ga? Lagu gue cuma dikit"

"Gapapa setel aja" dan Silvia langsung menyetel lagu dari playlist nya.

...

~Its the love shot
na nanana nananana
na nanana nananana
na nanana nananana
oh oh oh oh oh
its the love shot~

Begitulah lirik pertengahan lagunya. Sampai mereka bernyanyi sekeras-kerasnya tidak perduli apakah ada yang mendengar atau tidak dari luar sana. Apakah kebiasaan kalian juga sama seperti Silvia dan Adel wahai para pecinta k-pop?

Entah sejak kapan Silvia menjadi fangirl. Mungkin saja sudah sejak lama. Atau mungkin kalian baru menyadarinya?

"Hei ko berhenti? kan lagi asik nyanyi!" protes Adel.

"Kan gue dah bilang lagu gue cuma dikit" jelas Silvia.

"Ini yang di maksud dikit?! dikirain lebih dari satu gitu"

"Yah kali.. lebih dari satu. Kalo lebih dari satu itu nama nya banyak!"

"Setau gue lagu lu ga cuma satu. Emang pada kemana lagu segitu banyak nya?"

"Ke riset hhe.. lagian buat apa banyak-banyak juga? ya kan?"

"Hah.. terserah lu aja dah" Adel mulai kesal.

Demi apa lagunya cuma satu?!. Hadeuh.. Silvia Silvia..

...

"Silvia~~~~" nada mangilnya kaya nyamper anak kecil main bola.

"Bentar!" nada keras terdengar dari dalam rumah Silvia.

Setelah pamitan dengan ibu Silvia, keduanya langsung berangkat menuju sekolah menggunakan sepeda motor baru Riko (part sebelumnya!)

Di tengah perjalanan...

"Eh pelan-pelan dong! rusak hasil karya gue nanti!!" omel Silvia berteriak sambil memangku plastik yang berisikan hasil kerajinan kacanya kemarin.

"Protes mulu dah.. heran gue" sambil menambah kecepatan motor nya.

"Heiii karya gueee!!!!-"

Begitulah mereka, dimana-mana pasti ribut.

...

Sesampainya di sekolah...

"Heh tungguin! cepet-cepet amat sih?!!"
Setelah turun dari motor Riko, Silvia berjalan dengan cepat sambil menjingjing plastik berisi karyanya itu menuju kelas. Lebih tepatnya setengah berlari. Dan sekarang Riko sedang berusaha mengejar nya.

"Hei maafin gue ya" sambil duduk di samping bangku yang bersebrangan dengan tempat duduk Silvia. Yah! itu memang tempat duduk Riko.

Tak ada jawaban dari Silvia. Dia malah sibuk menempelkan hiasan kacanya yang copot akibat Riko tadi.

"Kenapa Sil?" tanya Adel yang baru saja datang. Dan langsung duduk tepat di sebelah Silvia.

Karena tidak dapat jawaban dari Silvia, Adel beralih dan bertanya pada Riko dengan memberikan kode mengangkat dagu dengan heran.

"Ini salah gue." lalu beralih menatap Silvia yang sibuk memperbaiki hiasan kacanya.

"Maafin gue Sil.. Sini gue bantu." sambil mengarahkan tangannya mengambil hiasan kaca yang berceceran di dalam kantung plastik dan berniat membantunya. Belum saja menyentuh, tangan Riko sudah terlebih dulu di tepis oleh Silvia.

"Wah parah lu bener-bener! masa hiasannya sampe copotan gini sih?! ini tuh hasil kerja keras kita berdua tau!!!" ucap Adel tak terima.

"Yah maaf kan gue ga sengaja" lalu beralih menatap Silvia lagi.

Satu tetes air mata jatuh dari pelupuk mata Silvia dan langsung di usapnya dengan tangan. Silvia sangat kecewa dengan Riko. Padahal tadi di perjalanan Silvia sudah mengingatkan tapi Riko tak perduli. Bukannya apa-apa, tapi bingkai itu dibuat dengan usaha dan kerja kerasnya bersama Adel. Lalu dengan mudahnya hancur hanya karena ulah Riko. Sepertinya, semuanya akan sia-sia saja.

Tapi Riko hanya tidak mau mereka berdua terlambat. Apalagi sampai melibatkan Silvia. Riko tidak mau itu sampai terjadi lagi. Kalau dirinya yang di marahi, tak masalah baginya. Tapi, melihat Silvia di tegur dan di marahi guru karena ulahnya, sepertinya dia tidak tega. Jadi dia terpaksa menancap gas dengan terburu-buru seperti tadi.

"Sil udah dong jangan nangis~ sini gue bantu tempelin" sambil mengambil hiasan kacanya yang sudah di beri double tip dari tangan Silvia. Lalu di tempelkannya di bingkai hiasnya itu.

Silvia hanya meneteskan satu titik air mata. Setelah itu dia meneruskan aktivitasnya.
'gue ga boleh nangis. masa gini aja nangis? cengeng banget lu Sil!' batinnya

Riko yang melihat itu pun langsung menggenggam tangan Silvia.

"Sil...~~ maafin gue ya gue ga sengaja. Biar gue bantu hm?" ucapnya tulus sambil memiringkan kepalanya. (ga usah so imut deh Rik! lu ga di imut-imutin juga tetep imut ko!>‿<)

Kring... kring... kring...

Bel masuk pun berbunyi. Dan jam pertama ini adalah pelajaran Pak Jun. Ya! itu guru Prakaryanya kelas sembilan!.

Yang tadinya tidur-tiduran di lantai, salto, koprol sampe yang lagi guling-guling semuanya langung duduk di tempatnya masing-masing lalu membenarkan duduknya termasuk Adel dan Riko. Silvia? dia masih sibuk memperbaiki bingkai hiasnya itu.


Hai.. haii maafin kalo aku lama update ceritanya. Tapi jujur loh! bikin cerita ini ga gampang😅

Karena harus memikirkan alur dan ngerangkai kalimat nya juga😁

Biar aku cepet update nya, yuk kasih vote dan kritik serta saran di kolom komentar!
terima kasih banyak!!!^∇^❤

👇🏼👇🏼👇🏼👇🏼 VOTE DAN KOMEN:)!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sandaran SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang