-chapter 8

6 3 0
                                    

Tidak ada yang pasti
Tetapi aku akan tetap
Bersama pilihan ku

-----

Entah berapa lama senya menutup wajahnya menggunakan buku paket kimia,duduk bersender di dinding dan sesekali menguap, kegiatan yang sering senya lakukan ketika dirinya mengantuk. Telinganya tidak lagi mendengar suara ibu meri yang menjelaskan materi atom karbon di depan, sekali tidur apapun yang terjadi dirinya tidak akan bisa di ganggu

"Nyaaaa"

"Hmm"senya mendegus sebal karena mira berbisik di ujung telinganya saat ia hampir terlelap. Ia hanya bergumam pelan karena malas untuk berbicara dengan siapapun

"Ih! Senya, dengerin gue dulu" mira menarik lengan senya pelan agar temannya itu bisa mendengarkan dirinya sebentar saja.

"Gue ngantuk. Lo nggak lihat mata gue udah tertutup?" senya benar-benar mengantuk sampai  matanya terasa berat untuk di bukakan sebentar saja

"Temenin gue ke kamar mandi"

"Ya ampun mir. Kamar mandi aja harus banget sama gue" senya mengangkat kepala dan mengucek pelan ujung matanya yang masih terasa berat. Sebenarnya, ia masih mengantuk namun ia lebih memilih mengantar mira ke kamar mandi daripada lengannya dipenuhi cubitan dari mira

"Minta izin sama buk meri dulu mir"titah senya dan mira langsung berjalan mendekati meja buk meri dan meminta izin ke kamar mandi bersama senya

Setelah itu, mira dan senya keluar dari kelas dan menuju kamar mandi khusus wanita yang tidak jauh dari koridor kelas mereka.

"Tunggu disini. Jangan pergi ya" ujar mira sesampainya di depan pintu dan segera masuk ke dalam kamar mandi

Senya menuruti perkataan mira dan menunggu di depan pintu kamar mandi namun  senya tidak sengaja melihat coretan dinding di depannya dengan tulisan 'lankaluv' menggunakan pensil. Walaupun tulisannya sedikit pudar, tetapi senya masih membaca dengan jelas tulisan itu

"Lankaluv" senya mengucapakan tulisan di dinding itu dengan sedikit tersenyum. Jangan tanyakan alasan dirinya tersenyum seperti itu, pasti jawabannya tidak tahu. Senya hanya tahu kalau ia tertarik dengan lanka saat ini namun tidak mengetahui tulisan 'lankaluv' membuatnya tersenyum

"Lo kenapa senyum sama dinding?"ujar mira dari arah samping

Senya berbalik ke samping dan mendapati mira yang sudah keluar dari dalam kamar mandi. Tatapan aneh dari mira membuat senya semakin tersenyum lagi, senya yakin kalau mira saat ini pasti bertanya kenapa ia bisa tersenyum dengan dinding

"Kenapa? Senyum kan baik" balas senya

"tapikan nggak harus senyum sama dinding juga nya.."

"Kenapa? Dindingnya kan nggak salah" tanya senya sembari menunjuk dinding di sampingnya

"Dindingnya nggak salah. Gue yang salah udah nanya sama lo" mira menyeret senya dengan cara menarik lengan senya keluar dari kamar mandi. Alasanya klise, mira ingin cepat-cepat pergi dari kamar mandi agar senya tidak lagi tersenyum dengan dinding.

"Lo lagi nggak sakit kan nya? Lo senyum sama dinding kayak orang gila tahu nggak?"

"Gue sehat. Dan gue masih normal"

Mira mendegus pasrah dan tidak lagi membalas perkataan senya, ia lebih memilih membiarkan senya berbuat apa saja asalkan senya melakukannya tidak sampai melukai diri. Itu jauh lebih buruk dibandingkan tersenyum dengan dinding

"Balik ke kelas yuk.. "Kata mira dan langsung disetujui oleh senya. Ingin rasanya mira menarik senya ke kantin dan memakan bakso bik itut di sana, tetapi mira harus menguburkannya dalam-dalam keinginannya itu karena tidak mungkin ia mengajak senya di saat jam pelajaran seperti ini. Rasanya itu tidak etis bila di lakukan

Ketika mereka hendak berbelok ke koridor kelas sebelas, mendadak langkah senya berhenti dan di ikuti oleh mira. Papan persegi panjang yang terpampang berisikan informasi itulah membuat senya berhenti. Senya tertarik dengan brosur berwarna biru yang bertuliskan 'group films'

"Lo mau ikut?"tanya mira yang juga membaca brosur itu

Senya mengangguk pelan, matanya masih berfokus pada isi di dalam brosur itu.
"Kita bertiga harus ikut, setuju?"

Mira menggeleng cepat. Ia tidak setuju bila dirinya ikut dalam perlombaan seperti itu, lagipula mira sangat tidak memiliki bakat dalam memegang kamera apalagi menghasilkan suatu objek yang Bagus. Sungguh, ide senya membuatnya menyerah

"Lo aja daftarin diri nya, gue nggak suka ikut lomba apalagi si adra" tungkas mira sembari membaca tulisan puisi yang tidak diketahui siapa pembuatnya

"Lo nggak seru banget mir, masa ikutan lomba nggak mau. Lumayan lho dapet uang lima juta buat juara harapan 1"

"Nggak deh nya, lo aja yang ikutan. Gue dukung 100%"

"Beneran lo nggak mau? Hadiahnya lumayan mir"

Mira mengangguk kemudian menepuk bahu senya pelan "beneran nya, gue dukung lo aja"

Kalau begini, senya tidak memiliki alasan lagi untuk merayu mira untuk mengikuti lomba, mira itu memang tidak menjiwai perlombaa tetapi sangat menyukai pelajaran di kelas. Bahkan mira sering mendapatkan peringkat 1 atau 2 di kelas

"Ya udah, tapi lo sama adra harus dukung gue sampe akhir"

Mira tersenyum dan tangannya menyubit pipi kiri senya "sampe lo berakhir jomblo pun gue sama adra pasti terus dukung lo" mira tertawa keras hingga membuat senya kesal

"Sialan lo mir" senya mencubit lengan mira yang sedang tertawa keras di depannya. Pendukung sampai masa jomblo berakhir? Bahkan sekarang saja dirinya sering ditinggalkan mira dan adra. Apakah itu bisa di sebut pendukung sampai masa jomblo dirinya berakhir? Senya tidak percaya itu.

"Lo udah catat kapan di buka pendaftarannya?"

Senya menggeleng, kemudian tangannya menyelusuri isi brosur itu dengan membacakan isinya pada mira "Pendaftarannya di buka hari sabtu di sekolah masing-masing...." senya menatap mira sebentar "besok lo harus temenin gue" 

------

Vote and comment
See you next part














LankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang