Baper

141 65 4
                                    

Tak terasa Alika sudah menginjak dua bulan sekolah disini. Setiap harinya ia selalu mengikuti pelajaran seperti biasanya. Bella sekarang sering bermain dengan Alika, bahkan bunda Riri juga menganggap Bella seperti anaknya.

Rafa, sekarang selalu mengganggu Alika. Tidak di kelas, kantin, atau pun dimana-mana. Terkadang Alika marah-marah tak jelas hingga barang-barangnya rusak.

"ALIKA... "

"RAFA ANDARA! BISA NGGA KALO MANGGIL NGGA USAH NARIK-NARIK RAMBUT SEGALA! " teriak Alika. Bagaimana tak kesal, setiap sedang berjalan melewati koridor Alika bertemu dengan biang kerok bernama Rafa

Rafa menarik pundak Alika dan merangkul. Alika menelan salivanya sendiri, sungguh! Hatinya berdegup kencang, siapa pun tolong!

"Jangan marah terus dong yang... " bisik Rafa tepat di telinga Alika, suara serak-serak basah membuat Alika tidak dapat menahan dirinya lagi

"SAYANG-SAYANG! MITAMIT GUE PACARAN AMA LO! " Alika segera melepaskan rangkulan Rafa dan berjalan dengan raut wajah kesal

Sampai di kelas Alika langsung duduk di bangkunya, ia memasang earphone miliknya dan menyetel lagu BoyBand Korea Exo. 

Sahabatnya belum terlihat kedatangannya. Biasanya dia yang paling pagi jika ke sekolah.

Bel berbunyi, namun Alika tidak kedengaran alhasil ada teman sekelasnya memberi tahu bahwa sekarang sudah masuk. Akhirnya, Bella datang tepat waktu entah karena apa dia bisa kesiangan seperti ini.

Alika tidak terlalu suka dengan pelajaran pak Ari. Bagaimana tidak? Menjelaskan seperti tidak tanda titik, koma. Bagimana Alika paham kalau seperti ini. 

Alika mengangkat tangannya. "Pak, jangan cepat-cepat dong menjelaskannya saya kurang paham. " usul Alika. Semua siswa juga kurang suka dengan pak Ari, namun mereka lebih memilih diam

"Yang ngajar siapa? " tanya pak Ari dengan raut wajah serius

"Bapak"

"Berarti terserah saya kalau mau kaya gini, kaya gono! " tegas pak Ari kembali membaca bukunya. "kamu diam duduk manis, dengerin apa yang bapak ngomong"

"Iya pak"

Lama-lama Alika bosan. Ide terlintas di pikiran Alika, bagaimana kalau ia bolos jam pelajaran ini? Tak apa kalau nanti ia di hukum atau di kurangkan nilainya, yang penting ia bisa keluar kelas.

Alika memberi tahu Bella rencana ia keluar kelas. Bella mengerti, Alika berbohong izin pergi ke kamar mandi. Pak Ari pun mengizinkannya.

Alika berjalan melewati kelas-kelas. Namun, tak ada orang satu pun yang menyadari kalau Alika berjalan ke arah rooftop.

Suasana rooftop kali kini sangat sejuk. Angin semilir menerbangkan helai perhelai rambut Alika.

"Pak Ari tuh kenapa si! Bikin kesel banget!" Gumam Alika menendang bangku di depannya

"Bukannya belajar, malah disini. " tanya seseorang yang tak lain adalah Rafa. Padahal Alika mengira bahwa tidak ada yang mengetahuinya

Alika menaikan satu alisnya. "Lo juga kenapa ngga belajar? " Alika membalikan pertanyaannya kepada Rafa

"Ngapain lo disini? " Rafa langsung duduk di samping Alika. Membuat Alika gugup

Alika mencoba menetralkan dirinya. "Nenangin pikiran, males denger ocehan pak Ari yang gitu. "

"Ooh gitu... lo suka mikirin gue ngga? " tanya Rafa memandang wajah Alika dari samping

"Iya"

"Gak-gak gue salah ngomong njir! " kenapa Alika bisa keceplosan seperti itu. Dirinya malu

"Cie... mikirin gue... ngga salah si. Cowok ganteng, baik, pinter kaya gue di pikirin semua orang"

"Heh! Gue mikirin lo juga gimana caranya lo itu ilang dari sini. Biar gue hidup damai sentosa! " tegas Alika. Alika egois! Perasaan Alika campur, sungguh jika dekat dengan Rafa hatinya berdegup kencang

"Gue pengennya selalu ada buat lo. " final Rafa

Rafa berdiri dan pergi tanpa pamit. Meninggalkan Alika diam dan membisu, kenapa Rafa selalu berhasil menggoda Alika? Yang di pikirkan Alika, yang Rafa selalu ucapkan ketika menggoda itu nyata atau bohong?

Alika memutuskan untuk kembali ke kelas, ia senang bisa bolos pelajaran pak Ari. Ia melihat Bella masih duduk di bangkunya, memang Bella adalah sahabat terbaik.

"Bel, kenapa ngga ke kantin? " tanya Alika begitu ketika melihta Bella ternyata sedang menulis materi

"Lo ngga liat gue lagi nulis? " jawab Bella kembali berkutik dengan bolpoin

Alika membalikan bukunya, Bella jika di suruh mencatat tidak akan pernah lama. Ia kaget, jadi Bella mencatat di buku milik Alika?

Alika memeluk Bella. "Makasih banyak Bella... "

"Iya... udah lepasin mau ke kantin kan?

Alika mengangguk dan membantu Bella merapihkan bukunya yang masih berantakan di atas meja.

Alika dan Bella berjalan keluar kelas, menulusuri koridor sekolah. Alasan ia memilih lewat ini, Alika takut terkena bola lagi efeknya sangat sakit di kepalanya.

Sambil menunggu makanan datang Alika dan Bella sesekali berbincang. "Bella, makanannya lama banget ih... anak-anak Aika udah teriak aja di dalam perut" ucap Alika mengelus perutnya yang rata itu

"anak-anak, nikah aja belum. " jawab Bella mengambil ponsel di sakunya dan memainkannya

"Ih... Bella ngga boleh gitu. Ini anak Sehun ama Alika, kalau Sehun marah ke Bella gimana? " tunjuk Alika ke arah wajah Bella, tingkat halunya Alika memang sudah sangat di atas, kebucinannya pada Sehun tidak dapat di kalahkan

"Gue mah ngga takut. Lagian si Sehun ngga bakal kesini juga. " jawab Bella menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak gatal

Makanan yang di pesan akhirnya datang. Tak perlu menunggu lama-lama, Alika dan Bella langsung melahap makanan masuk ke dalam mulutnya.

Lezat! Memang mie instan tidak akan pernah terkalahkan, bagi yang penyuka mie instan ini adalah makanan istimewa.

Alika melihat di hadapannya ada seseorang. "Kenapa? " tanya Alika

"Ngga. Cuman pengen liat kamu doang" jawab Rafa kembali kabur. Ia takut, Alika bisa-bisa memukulnya atau melempar dengan garpu yang ada di tangannya

"Tenang Alika... itu masih teman kamu... " gumam Alika menghela nafas sangat panjang

---

"Bella, Alika mau nanya dong? " tanya Alika menghadap ke arah Bella

Bella hanya berdehem. Alika langsung menceritakan bagaimana dirinya jika di dekat Rafa, entah mengapa jika dirinya dekat Rafa menjadi berdegup kencang, pipinya panas.

"Hayo! Lo suka ya sama Rafa?! " tanya Bella menunjuk wajah Alika yang memanas

"Ih... siapa juga yang suka sama si Rafa Wle... " jawab Alika menjulurkan lidahnya. Dan menetralkan dirinya

"Trus kalau deket Rafa deg-deg-an gitu. Pipinya nge-blush merah, itu yang namanya ngga suka? "

"Kesel ah. Ama Bella! " Alika menghentakan kakinya. Siapa juga yang suka dengan Rafa, anak pecicilan seperti itu

Bella tertawa sambil mengelus punggung Alika. "Nanti aku bantuin kok, tenang aja ya... "

"BELLA!... " teriak Alika. Semua siswa menatap Alika heran

Bella kembali menertawakan Alilka. Sungguh! Ia senang jika sahabatnya sudah marah-marah seperti ini.

Makasih ya udah baca chapter ini😊masih banyak banget chapter yang belum di Revisi😣Vote ya! Pencet bintang sebelah kiri😊komen sesuka kalian💚

Senja dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang