Trauma

100 51 2
                                    

Alika menyesal karena ikut pergi bersama Rafa. tapi dia tak menyalahkan Rafa, itu salah dia sendiri. kejadian kemarin mengingatkan Alika pada peristiwa masa kecil yang kelam.

Kejadian itu selalu menghantui Alika sampai-sampai Alika di sebut orang gila oleh teman seumurannya. Alika tak bisa normal seperti anak seumurannya yang main dengan teman-teman, beda dengan Alika ia selalu mengurung di kamarnya.

Ia tumbuh menjadi gadis tertutup, tak ada satu pun teman yang ingin berteman dengannya. Tapi, ia beruntung mempunyai seorang kakak yang selalu menemaninya. Hingga umur Alika menginjak tiga belas tahun, dokter psikiater Alika menyatakan sembuh dari trauma yang sangat mendalam itu.

Namun, kejadian itu masih terbayang-bayang di pikiran Alika.

8 tahun yang lalu...

Alika kecil sedang asik bermain dengan boneka barbienya. Pada hari itu, kedua orang tua Alika dan Arka pergi keluar untuk menjenguk neneknya yang sedang sakit. Alika kukuh tidak mau ikut karena Alika sedang asyik dengan mainan barunya.

tuk...tuk...tuk...

Alika menatap ke arah tangga, ia yakin suara itu berasal dari sana. Alika menghampiri tangga dan mulai menaiki satu persatu tangga.

Sedikit lagi untuk Alika melangkah hingga ia berada di atas, tubuhnya bergetar hebat dan berteriak histeris. Seolah-olah tak percaya apa yang ia lihat.

Alika percaya kalau sosok hantu itu ada, Alika sekarang sangat ketakutan.

Alika berteriak memanggil orang tuanya dan kakaknya sambil menangis ketakutan. Alika berlari ke arah dapur, ia memeluk lututnya dan terus menangis.

"Hiks... bunda... Alika takut bunda... "

Prang...

Guci kesayangan bundanya terjatuh, ia semakin menjerit ketakutan.

"Bunda!!! "

Tuk...tuk...tuk...

"Siapa disana! Jangan ganggu Alika! Hiks... Hiks... "

Guci yang lain juga terjatuh, Alika semakin memeluk lututnya. Langkah seseorang sedang menuruni tangga semakin terdengar jelas.

"Bunda!!! " Teriak Alika hingga ia tidak sadarkan diri

Selang waktu Riri dan Rio baru sampai di rumah mereka. Biasanya kalau mereka datang Alika langsung membuka pintu dan menghampiri mereka. Mungkin Alika sedang sibuk menonton kartun kesukaannya.

Riri membuka pintu dan di ruang tamu ia tak menemukan sosok Alika, hanya boneka barbie dan beberapa gaunnya.

Riri melotot kaget dan langsung menghampiri Alika yang tak sadarkan diri di dapur, tak butuh waktu lama mereka membawa Alika ke rumah sakit.

Setelah kejadian tersebut Alika suka teriak-teriak tidak jelas dan sering menangis secara tiba-tiba membuat Riri dan Rio selalu cemas dan khawatir. Riri membawa ke temannya yang ahli dalam bidang psikologi. Riri tak percaya dan menangis jika buah hati kecilnya harus mengalami trauma ini. Ia memohon kepada temannya agar menyembuhkan Alika.

Alika trauma dengan tempat gelap, sepi, dan hantu.

"Lik? "Ucap Bella menatap dalam wajah Alika, sedari tadi ia melihat Alika hanya melamun

"Iya bel" jawab Alika singkat. Ia cepat-cepat membuang ingatan terhadap peristiwa masa kecil yang kelam itu, ia tak mau peristiwa itu terulang lagi

"kenapa? Dari tadi gue liat lo ngelamun terus" terang Bella

Ia tak mungkin cerita peristiwa ini kepada Bella karena ia takut Bella malah menjauhinya. "Ngga bell, ngga papa kok. " ucap Alika meyakinkan Bella, sebenarnya Bella tahu Alika berbohong, tapi tak apa mungkin itu masalah private

Senja dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang