Masih dengannya, perjuangan bertahan hidup, persahabatan dan pengorbanan.
Memiliki riwayat penyakit jantung sejak lahir, membuat Rasen sering merasa jika hidup terkadang tidak adil. Akan tetapi, ketika ia menoleh ke belakang, rasanya ia lekas menari...
“Mungkin Tuhan terlalu mencintaiku hingga ia menempatkanku pada lingkar takdir yang sebenarnya sulit untuk kuhadapi.”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
▫️▫️▫️
Caci-makisajadiriku
Bilaitubisamembuatmu
Kembalibersinardanberpijarsepertidulukala
Dulu sekali saat ia baru saja bisa berlari lalu kejar-kejaran, itu adalah kali pertama ia merasakan bahagia yang mungkin tiada habisnya.
Di umur itu, ia tahu benda mana yang di sebut mobil, benda mana yang di sebut motor, makhluk mana yang di sebut lelaki, mahkluk mana yang di sebut perempuan hingga hal mana yang di sebut anugerah terindah.
Sedari kecil keluarganya hanyalah sebuah keluarga sederhana namun penuh kebahagiaan—canda, sendau-gurau, suka, duka, tangis, haru bahkan tawa.
Bahkan ia merasa tak sekalipun semesta menjatuhkan hidupnya dalam suatu hal sedalam mungkin.
Namun, semakin ia beranjak dewasa—ia sadar jika tak selamanya hidup manusia di muka bumi bergantung pada kebahagiaan.
Dan bahwasannya, semuanya telah berubah karena sikapnya sendiri, sikapnya yang membuat orang itu yang sedikit acuh padanya.
Gara sadar beberapa jam yang lalu ia melakukan hal yang sama—hal yang membuat kepercayaan seseorang akan berubah dalam hitungan detik saja.
Gara kalut, Gara benci akan dirinya sendiri yang semakin lama semakin terbawa arus iblis jahat yang menguasai tubuhnya—berakhirlah menyakiti salah satu orang terpenting dalam masa hidupnya.
Dan, malam ini langit berubah semakin gelap dan dunianya baigaikan kelabu. Bayang-bayang Rasen marah padanya, bayang-bayang dirinya meneguk beberapa gelas alkohol, bayang-bayang ia menampar adiknya hingga yang terakhir Rasen tumbang.
Semua orang di rumah itu menangis, semua orang di rumah itu meraung penuh sesak. Gara sudah melakukan hal yang fatal, hingga tak ada lagi yang mau bahkan menengok barang sedikitpun kakepadanya—hanya mengucapkan kata 'mengapa?
