Bagian 23 | Dia tertidur begitu pulas

5.3K 313 56
                                    

[ RASENDRIYA VERSI BARU ]

🎵 Playing song : Ari Lasso - Seandainya 🎵

“Jangan hilang dulu, diri ini masih butuh kamu.”

🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋

     Malam itu mungkin menjadi malam kelam yang lagi-lagi keluarga Arman rasakan. Malam dimana Tuhan menurunkan kodratnya—menguji kehidupannya yang nyatanya terlalu banyak lara yang datang, terlalu sedikit bahagia yang dirasakan.

     Kondisi Rasen yang menurun—mengharuskan beberapa Dokter turun tangan—memompa dada Rasen yang hampir satu jam sulit meraup udara. Di tambah kondisi Gara yang mengalami hal serupa.

     Gara kejang-kejang, jantungnya bahkan sempat berhenti berdetak dalam kurun waktu lima menit lamanya. Membuat Rani, Leon dan Arman sendiri berdiri mematung tanpa tahu harus berbuat apa selain menangisi keadaan yang nyatanya sudah terlanjur terjadi.

     Kini masih dengan keadaan yang sama, Leon duduk sembari menggenggam tangan Rasen, mengusap lembut suarai hitam adiknya, hingga berceloteh sedikit tentang kenangan-kenangan di masa kecil.

     Membuat Leon kadang tersenyum, kadang tertawa kecil, hingga menurunkan air mata untuk kesekian kalinya.

      Sekali lagi Leon mengusap lembut surai sang adik, sebelum akhirnya tersenyum manis meski tak ada respon sama sekali dari lelaki mungil di hadapannya yang kini begitu terlihat sulit bernapas, meski masker oksigen sudah terpasang rapi—menutupi hidung dan mulutnya.

     "Jangan sakit, dek. Kalau kamu sakit, bang Gara juga sakit. Abang sendirian, dong?”

     “Cepet sembuh adek abang tersayang. Bang Gara pasti sedih lihat kamu kayak gini."

     Leon masih terus berceloteh ria. Padahal, tidak ada lawan yang sekedar menjawab keluh serta kesahnya, hanya alat pendeteksi jantung dan napas Rasen yang terdengar begitu berat.

      Linangan air mata yang tadi hanya keluar satu-dua tetes, kini malah semakin deras. Membuat Leon tak urung, menundukkan kepalanya dalam. Dan katakan ia sedang mengalami ketakutan yang hebat saat ini, ketakutan jika ia akan kehilangan orang yang ia sayang.

     "Mama,”

     Samar-samar Leon merasakan genggaman kecil di tangannya, dan suara lemah yang terdengar begitu lirih dan serak di telinga. Leon tak sedang bermimpi saat ini.

     Dan benar, jika baru saja ia merasakan genggaman itu dan mendengar suara itu—suara yang mampu menyayat hati Leon.

     Dengan takut-takut serta linangan air mata yang masih membekas di pipi—tubuh Leon bergetar. Rasen terlihat mengerjap-ngerjapkan mata.

Separuh Napas (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang