Bagian 9 | Kehilangan

7.4K 452 78
                                    

[ RASENDRIYA VERSI BARU ]

🎵Playing song : Seventeen - Hug 🎵

"Hidup terkadang memang berjalan tak sesuai dengan apa yang kita harapkan."

Rasendriya Gizha

     Langit sore terlihat menggelap, awan cerah berubah menghitam, tak ada lagi bunyi burung bersiul semua tampak sunyi, sepi dan senyap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


     Langit sore terlihat menggelap, awan cerah berubah menghitam, tak ada lagi bunyi burung bersiul semua tampak sunyi, sepi dan senyap.

     Jam terus berdenting, jalanan sedikit becek saat air hujan mulai mengalir deras dari langit. Para pengendara motor pun berbondong-bondong menepi—memakai sebuah mantel hujan demi terlindung dari tetesan air yang semakin deras.

     Seketika hawa menjadi dingin, bau tanah basah mulai tercium.

     Hingga tidak ada yang mereka lakukan selain berteduh di salah satu kedai kecil pinggir jalan, di temani dua cangkir teh hangat. Mereka menikmati hujan dengan raut tak tergambarkan.

     "Dingin, ya?"

     Ucapan kata itu berhasil keluar dari bibir Gara demi memecah keheningan di antara dirinya dan gadis di sampingnya, Aya.

     Sejenak Gara melirik Aya, rambut gadis itu sedikit basah bahkan kedua tangannya tanpa henti mengelus lengan demi terciptanya kehangatan.

     Dan Gara tahu apa yang harus ia lakukan sebagai seorang lelaki. Ia menyambar jaket denim yang tergeletak tepat di sisinya, hingga perlahan jaket itu berhasil menutupi punggung Aya demi membuat tubuh gadis itu sedikit terasa hangat.

     Aya tertegun, bahkan sedikit terkejut atas perlakuan Gara padanya.

     "E-eh ... ng-ngak usah, kak. Lagian ngak dingin amat kok."

     Canggung, malu, itulah yang di rasakan Aya sekarang. Duduk saling berdampingan di temani dua cangkir teh hangat dan rintikan hujan deras, membuatnya sedikit merasa tidak nyaman.

     Tidak nyaman bukan dalam artian ia risih, tapi tidak nyaman bagi Aya adalah karena baru pertama kali ini ia menghabiskan waktu berdua dengan seorang lelaki selain Arsel—teman masa kecilnya.

     Dikatakan jarang Aya berinteraksi dengan lelaki, bahkan ia lebih di kenal cuek dengan spesies bernama lelaki. Entah mengapa duduk berdua dengan Gara membuatnya merasakan hal aneh.

     Entah keanehan apa, Aya tidak mengerti.

     "Ngak apa-apa, ngak usah malu."

     Kepala Aya sedikit menunduk dan mengangguk saat Gara membalas ucapannya. Sejenak hawa dingin sedikit menjauh dari tubuh Aya.

Separuh Napas (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang