Aku juga butuh saran dan kritik kalian terhadap MY sebagai karya pertama aku di Wattpad. And, nulis itu ngga gampang lho guys. Bukan pas kalian mikir kayak begitu, terus kalian tumpahin ke cerita kalian. NO! bukan gitu cara kerjanya.
Semua harus pakai alur, dan cari ide untuk alur itu payah banget guys. Lebih payah dari ngerjain soal MTK coba! Mikir alur pun bukan sehari dua hari aja, tapi malahan ada orang yang mikir sampai berbulan-bulan dan ada yang stak sampai situ ceritanya terus ngga dilanjutin.
Kalian sebenernya bersyukur karena aku jamin, MY ngga akan stak di tengah. Pasti aku tamatin. So, tolong yah kasih vote dan kritik ke cerita aku. Kasih vote pun itu ngga payah, cuman mengambil waktu kalian 0,2 detik aja.
Percuma dong kalian baca pake kuota dan kuota kalian disia-siakan aja. Lebih baik kalian juga vote:)
Oke, happy reading❤❤
---
"Kau menikahiku? Untuk apa?!"
"Untuk bermain, mungkin."
"Kau pikir aku ini barang yang dengan seenaknya kau mainkan? Benar-benar bajingan gila!"
"Lepaskan, kau membuat suamimu tak nyaman."
"Hah!"
Anna terbangun dengan tubuh berkeringat dan napas yang tersengal-sengal.
Mimpi itu- terasa begitu nyata.
Wanita itu melihat ke sekeliling, memastikan tempat ia berada. Syukurlah, ia masih di rumah bibi Han.
"Jadi itu mimpi? Tapi mimpi apa?" gumam Anna penasaran. Jujur, mimpi itu seperti nyata dan- ada kehadiran Anna disana.
Dengan tangan yang masih diinfus dan rumah yang terasa begitu asing namun familiar baginya- entahlah, Anna juga tidak bisa mendeskripsikan perasaanya sendiri.
"Mengapa mimpiku sangat menyeramkan? Aku? Memiliki suami?" gumam Anna lagi dengan nada tak percaya.
"Ya, jinjja. Mimpiku sangat konyol," Anna tertawa remeh seraya menggelengkan kepalanya.
Saat Anna asyik dengan pemikirannya, tanpa disangka Yerim masuk sambil membawa sebuah ember berisi air dan sebuah kain bersih.
"Kau sudah bangun," sapa Yerim sembari duduk di tepi ranjang Anna dan meletakkan ember beserta kain itu di nakas.
"Eoh, Eonni. Waeyo? Kenapa Eonni membawa ember dan kain? Apa aku sakit?" tanya Anna bingung.
"Ne, neo appo. Tapi sepertinya sudah menurun," Yerim mencoba untuk mengecek suhu tubuh Anna melalui telapak tangannya yang diletakkan pada kening Anna.
Saat Yerim masih sibuk meremas kain yang sudah di celupkan ke air, Anna tiba-tiba bertanya.
"Tapi, Eonni-"
Yerim menoleh. "Wae?"
"Aku- bermimpi," Anna menjeda kalimatnya. "Mimpi itu sangat aneh serta terasa nyata bagiku."
"Aneh bagaimana?" tanya Yerim.
"Aku menikah dengan seseorang. Di mimpi itu, aku seperti beradu mulut dengan suamiku sendiri," ada getaran cemas di setiap kata yang Anna lontarkan.
"Wah, sepertinya kau begitu bersemangat untuk membangun rumah tangga sekarang. Dengan siapa? Baekhyun?" goda Yerim mengerling nakal.
"Eonni! Jangan sebut nama itu. Ia adalah ciri-ciri keburukan!" protes Anna sambil mencebikkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Target •JJK
Fanfiction❝Semua mahkluk berhak mendapatkan pasangannya. Walau itu iblis sekalipun.❞ London. Saksi bisu akan pertemuan Anna bersama Jungkook yang dipenuhi kekejaman, keegoisan dari masing-masing belah pihak. Mungkin baru kali ini, Anna menyesal telah menerima...