---
Anna hanya terus menatap ke luar mobil yang menampilkan hamparan kota London di saat sibuk.
Walaupun kota London termasuk kota tersibuk, mereka tetap melaksanakan ketertiban lalu lintas berdasarkan peraturan.
Kedua insan itu hanya terpaku diam tanpa bicara sepatah kata. Membuat kondisi menjadi canggung.
Sebenarnya mereka ingin berdialog secara lancar, tapi mereka tak tahu harus memulai dari mana.
"Ekhem- kau ingin kemana dulu?" tanya Jungkook berusaha mencairkan suasana.
"Aku— terserah," jawab Anna sekenanya.
"Club?"
Anna terbelalak kaget. "Club?! Ohh, jadi kau masih sering ke tempat maksiat itu?!"
Jungkook terkekeh ringan. "Bercanda."
"Nyatanya candaan mu hampir membuatku ingin menutup usiamu, Jungkook," ujar Anna dengan memutar matanya jengah.
"Maaf," hanya itu yang bisa Jungkook ucapkan walau dalam hati ia masih ingin tertawa.
Anna hanya bergumam. Ia sedang malas untuk mencari ribut dengan Jungkook. Ia sudah berniat tak ingin merusak acara mereka pada hari ini.
Hari terakhir.
Mengingat hal itu sontak membuat hati Anna sakit. Air matanya menggenang di sekitar pelupuk mata. Rasanya ia tak bisa menahan semua itu lagi.
"Gwenchana?"
Anna mengalihkan pandangannya ke luar mobil supaya Jungkook tak tahu keadaannya yang telah berderai air mata.
"Nan gwenchana," jawab Anna parau.
Mereka sama-sama terdiam. Hanya suara siaran radio yang terdengar mendengung di telinga.
Setelah mengendarai mobil selama 20 menit. Akhirnya mobil berhenti di salah satu cafetaria.
Anna melihat sekeliling. Ia merasa bingung. Kenapa mereka berhenti disini? Padahal ia belum menyepakati kemana arah tujuan mereka bersama Jungkook.
"Kenapa kita di sini?" tanya Anna dengan dahi berkerut.
Jungkook mulai keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu di sebelah Anna. Ia lantas membukakan pintu itu dan menengadah tangannya. Anna mulai menautkan jari jemarinya di tangan besar Jungkook.
Ia keluar dari mobil dan berjalan menuju cafetaria di depan. "Ya! Mengapa kita kesini? Kau belum memberitahuku."
"Kau belum sarapan. Aku tak mau saat-saat bahagia ini kau malah merusaknya dengan alasan kau belum sarapan," jawaban Jungkook sukses membuat Anna terdiam.
Anna memandang Jungkook lamat-lamat. Ia takut. Ia takut jika sewaktu-waktu pria yang tersenyum padanya kini akan menjadi monster penggila darah karenanya.
Ia takut Jungkook akan merasa dikhianati, merasa dibohongi oleh ikatan. Ia takut esok hari saat ia bangun, Jungkook sudah tak ada di sampingnya.
Melainkan disamping Yang Maha Kuasa.
"Melamunkan apa?" lamunan Anna buyar seketika saat mendengar Jungkook.
"Ah— tak ada," gugup Anna.
Jungkook mengeratkan genggaman tangannya di jemari kecil Anna. Ia hanya ingin membuat Anna nyaman di kencan pertama mereka.
Dua insan itu mulai memasuki cafetaria dan memilih tempat duduk yang di ujung, dekat dengan jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Target •JJK
Fiksi Penggemar❝Semua mahkluk berhak mendapatkan pasangannya. Walau itu iblis sekalipun.❞ London. Saksi bisu akan pertemuan Anna bersama Jungkook yang dipenuhi kekejaman, keegoisan dari masing-masing belah pihak. Mungkin baru kali ini, Anna menyesal telah menerima...