2. Jadi.. Gimana?

5.9K 840 115
                                    

Esoknya aku pergi kesekolah dengan perasaan takut, aku takut Jeno menerima Jennie noona sebagai pacarnya, lalu bagaimana denganku? aku belum berani menghubunginya, melihat nomornya saja tanganku sudah gemetaran.

"Hei.. kau tahu tidak? Jeno menolak Jennie kemarin..." aku mendengar suara anak-anak perempuan yang sedang asyik menggosip di depan kelasku. Aku mendekati mereka berusaha menguping.

"Jeno bilang dia sudah punya pacar..." timpal yang lain.

"Hah? siapa pacarnya? dia tidak pernah terlihat berduaan dengan wanita manapun..."

"Aku juga tidak tahu ...bla..bla..bla.."

Cukup bagiku, mengetahui Jeno menolak Jennie dengan alasan dia punya pacar sudah membuatku terbang kelangit, aku bahagia, sangat bahagia malah, sekarang aku benar-benar ingin bertemu Jeno, pacarku, yah sekarang rasanya sudah nyaman menyebut dia pacarku, aku benar-benar beruntung...

=====

Aku berpapasan dengan Jeno dan teman-temannya ketika hendak ke ruang club dance, ya aku memang anggota club dance, walaupun aku laki-laki tapi badanku sangat lentur. Oleh karena itu aku sering dikirim sebagai perwakilan sekolah kalau ada lomba dance.

Aku menatap Jeno dan sepertinya dia juga menatapku, dia membawa bola, pasti dia mau main bola dengan teman-temannya, eh astaga.. dia memakai gelang yang aku berikan kemarin, aku sangat senang melihatnya, tapi ketika kami benar-benar papasan dia hanya melewatiku tanpa melihat kearahku sedikitpun, padahal jelas-jelas dia menatapku tadi, mungkin dia malu menyapaku didepan teman-temannya. Aku cuma bisa tersenyum miris.

Aku masuk ke ruang klub dance dan kulihat Jennie noona sedang menangis dikelilingi anak dance yang lain, aku menghampiri mereka.

"Pokoknya aku harus hiks tau siapa hiks orang sialan hiks yang jadi pacarnya Jeno hiks..." ucap Jennie noona sambil sesenggukan, yang lain hanya mengusap punggungnya, berusaha menenangkan. Aku cuma bisa tertegun, bagaimana jika seandainya dia tahu bahwa akulah pacarnya Jeno, pasti dia tidak akan segan-segan membully ku, mengeluarkanku dari klub ini. Alhasil aku hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka.

"Baiklah, kita mulai saja latihan hari ini..." perintah Jennie noona ketika tangisnya sudah reda. Aku mengikuti latihan hari ini dengan diam tanpa banyak protes seperti biasanya, biasanya kalau ada gerakan yang menurutku tidak cocok aku akan protes tapi hari ini aku memilih diam, aku takut bicara pada Jennie noona.

Akhirnya latihan selesai dan aku beranjak pulang, hari ini berlalu begitu saja, aku tidak berbicara pada Jeno sedikitpun, walaupun sekarang dia ini pacarku tapi entah banyak keraguan di lubuk hatiku, dua orang yang belum saling mengenal memulai sebuah hubungan, mungkin seperti ini rasanya...

=====

Tiga hari berlalu sejak aku menyatakan cinta padanya waktu itu, setelah itu aku belum bicara padanya, aku begitu takut untuk sekedar mengirimnya pesan, ah coward! Aku berjalan lunglai menuju lab biologi, hari ini ada praktek membuat produk bioteknologi konvensional, sampai disana ternyata lab masih dipakai oleh kelas lain, aku dan teman-temanku mengobrol sambil menunggu kelas yang ada di dalam selesai, lima menit kemudian kelas yang tadi di dalam keluar.

Aku melihat Jeno diantara anak murid yang baru keluar dari lab itu, ternyata kelasnya yang sedari tadi di dalam. Dia berjongkok didekatku membetulkan sepatunya, apa dia tidak menyadari bahwa ada aku disini, apa dia lupa bagaimana rupaku, atau malah dia lupa kalau tiga hari lalu dia menerimaku sebagai pacarnya, sepertinya begitu karena dia segera berlalu begitu selesai dengan sepatunya. Aku cuma bisa menghela nafas pasrah, pasrah jika seandainya dia benar-benar melupakanku.

=====

"Aaaaah tanganku!!!" aku terkejut melihat darah keluar dari jari telunjukku,pikiranku melayang kemana-mana jadinya aku tidak fokus memotong ketela dihadapanku.

Two Ways // Nomin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang