14. Chances

3.6K 514 27
                                    


Thank you for reading, voting or commenting. Happy reading <3

========

Setelah pembicaraan panjang lebar yang alot sepertinya aku menemukan titik positif, aku sudah bicara pada pelatih dan menunjukkan bukti-buktinya, walaupun pelatih terkesan dingin aku bisa melihat kalau dia sebenarnya tidak mau Jeno keluar dari klub, itu terbukti ketika aku menunjukkan beberapa foto yang sudah kucetak dia meminta agar aku mencetak yang lainnya, dia mau menjadikan itu bukti untuk diajukan ke panitia lomba, walaupun tidak memungkinkan untuk tanding ulang tapi mereka bisa mencabut kartu merah yang diberikan pada Jeno dan mengembalikan nama baik Jeno.

Soal pengunduran diri Jeno pelatih bilang dia akan memikirkannya lagi, aku pikir itu cuma untuk menutupi gengsinya saja dia pasti akan meminta Jeno kembali kerena pelatih tahu seperti apa talenta Jeno dan sangat sayang jika disia-siakan.

Seperti kemarin, hari ini aku kembali berdiri di depan gerbang rumah Jeno, aku memutuskan untuk meminta maaf dan memperbaiki semuanya, aku sangat merindukan dirinya dan tidak bisa menahan lebih lama untuk tidak menemuinya. Hari sudah malam karena sepulang sekolah aku pulang dulu kerumah untuk mengganti bajuku agar terlihat rapi di depan Jeno, mudah-mudahan saja dia mau menemuiku.

TING TONG

Aku memencet bel di gerbang rumahnya, seperti kemarin yang membukakan gerbang juga wanita paruh baya itu. "Ah, selamat malam, maaf mengganggu lagi..." sapaku sambil membungkukan badan.

"Selamat malam nak Na Jaemin..." ucapnya ramah, dia mengingat namaku, "Kau mencari tuan Jeno lagi kah?" Aku mengangguk, ekspresi wanita itu terlihat khawatir, "Tadi sepulang sekolah saya lihat mukanya seperti kesal lalu setelah mengganti baju dia segera pergi tanpa bilang mau kemana..."

Aku kecewa, gagal lagi untuk menemuinya. "Tapi biasanya kalau mukanya sedang kesal seperti itu tuan Jeno akan pergi ke klub malam..."

"Klub malam?"

"Ya, biasanya tuan Jeno pergi minum untuk melepas bebannya..." jelas wanita itu, tapi bagaimanapun konotasi klub malam itu tetap negatif aku jadi khawatir.

"Kira-kira dia suka ke klub malam dimana ya?"

"Tidak jauh-jauh, biasanya di klub malam dekat pusat Chungju, tapi saya tidak tahu pastinya..." Aku mengangguk kemudian pamit, yah apapun yang terjadi aku harus menemuinya malam ini.

=====

Aku sudah mengunjungi tiga klub malam dan sama sekali tidak kutemukan sosoknya, motornya pun tidak ada, lalu aku bertanya ke orang-orang, mereka bilang ada satu lagi klub malam, aku diberi arah jalannya dan langsung menuju tempat itu, begitu sampai aku langsung mengecek parkiran, dan syukurlah motornya ada disana.

Aku langsung masuk kedalam padahal aku belum pernah ke klub malam sebelumnya, hingar bingar musik terasa memekakkan telinga, orang-orang yang didominasi kaum muda itu asyik menari di lantai dansa, ada pula yang memilih minum di meja bar, aku langsung mencari Jeno disitu tapi tidak menemukannya, lalu aku beralih ke sofa besar yang kebanyakan diisi oleh laki-laki yang di dampingi wanita muda yang asyik menuangkan minuman, membuatku bergidik melihatnya, aku terus berjalan sampai pojok bar aku menemukan sosok tinggi yang sedang duduk sendiri di sofa itu, di mejanya terdapat begitu banyak botol bir yang sudah kosong, aku mendekatinya dan benar dia Jeno, kepalanya tersender lemas sepertinya dia mabuk berat.

" Jeno..." panggilku sambil berusaha mengangkat wajahnya. "Eunghhhh..." dia mengerang dengan badan sempoyongan kemudian terbaring ke sofa. " Jeno, ini aku Jaemin, ayo kita pulang..." rajukku menggerakkan badannya.

"Nggghh khau Jjaae..min?" ucapnya masih memejamkan mata, bicaranya sedikit kacau.

"Iya, ini aku, ayo kita pulang..." ajakku lagi sambil menarik tangannya agar dia duduk. Dia perlahan bangun kemudian aku duduk di sampingnya sambil memegang bahunya, aku mulai merasa pusing karena bau alkohol dan suara musik yang sangat kencang. " Jeno..."

Two Ways // Nomin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang