Jam istirahat ruang kelasku sangat berisik, aku yang sedang membaca komik jadi terganggu, lalu aku memutuskan pergi ke ruang dance saja, jam segini ruang dance pasti sepi. Sesampainya disana aku baru ingat kalau kunci dipegang Jisung, aku menghela nafas kesal dan memutuskan untuk membaca di bangku depan ruang dance saja, karena ruang dance letaknya hampir di pojok jadi sangat sedikit orang yang berlalu lalang, aku bisa membaca dengan tenang.
Ketika baru membaca satu halaman, ada tangan yang menutup mataku dari belakang, ck siapa sih yang iseng, aku sedang tidak mood untuk bercanda. "Siapa?" ucapku sambil meraba tangannya.
Tidak ada jawaban, tiba-tiba aku merasa sesuatu yang basah menempel dipipi kananku, hei orang ini menciumku.
"Hey!" teriakku kesal sambil berusaha melepas tangannya dari mataku. Aku berhasil lalu membuka mataku dan mendapatkan Jeno sedang tersenyum di depan wajahku, sontak mukaku langsung merah karena wajah kami sangat dekat. Aku mendorongnya pelan. "Kau mengagetkan saja!" gerutuku pura-pura kesal.
Dia diam saja lalu mencium pipi kiriku setelah itu mengambil posisi duduk disebelahku, mukaku semakin merah.
"Mukamu seperti kepiting rebus..." komennya cuek seperti biasa. Bukannya mereda aku semakin malu mendengar kata-katanya lalu menutup mukaku dengan komik.
"Jaemin..." panggilnya tanpa melihat ke arahku, matanya menatap lurus ke depan.
"Hm?" aku memperhatikannya, kulihat ekspresinya sedikit resah.
"Tsk, aku sebenarnya malas menanyakan ini!" gerutunya lebih terdengar seperti dia bicara pada dirinya sendiri.
"Apa sih Jeno?" tanyaku bingung.
"Jawab yang jujur..."
"Iya, mau tanya apa sih?"
"Um.. kau menyayangiku kan?" pertanyaanya membuat ku sedikit terkejut, tumben sekali dia menanyakan hal seperti ini.
"Pertanyaan macam apa itu, tentu saja iya..." jawabku yakin.
"Ketika ada orang yang lebih baik dariku mendekatimu, apa kau akan berpaling?" tanyanya lagi, sebenarnya ada apa dengannya.
"Tidak, aku cuma menyukaimu Jeno!" aku berkata dengan mantap, "Tidak peduli mau sebaik apa dia, cuma ada kau disini..." aku menunjuk dadaku.
Jeno tersenyum, aku melihat kelegaan di wajahnya, "Terima kasih..." ucapnya tulus.
Aku mengangguk. "Kau sendiri?" tanyaku membalik pertanyaannya.
"Hm?"
"Apa kau menyayangiku?" biar aku tebak, dia pasti akan meyangkal dengan 1001 alasan.
Namun dugaanku salah, dia tersenyum kemudian mengelus pipiku dan mendekatkan wajahnya "Aku sangat mencintaimu Na Jaemin..." bisiknya ditelingaku.
Aku tersenyum senang, kemudian dia mendekatkan wajahnya ke wajahku, perlahan kupejamkan mataku dan...
"Hey!" tiba-tiba ada seseorang berteriak, aku dan Jeno tersentak, dia menjauhkan bibirnya yang hampir menyentuhku.
"Kalian ini, apa kalian lupa sekarang jam istirahat dan banyak murid yang berlalu lalang..." ternyata itu Jennie noona, untung saja dia yang datang, aku menggaruk tengkukku malu, sedangkan Jeno memasang wajah kesal.
"Kau ini mengganggu saja!" ucapnya ketus, aku mencubit pinggangnya, mengingatkannya agar lebih ramah pada Jennie.
"Bagaimana kalau ada yang melihat hah?" balas Jennie kesal, "Aku sudah susah-susah menutupi hubungan kalian, masa kalian sendiri yang membukanya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Ways // Nomin ✔
FanfictionJaemin yang sudah lama menyimpan perasaan pada Jeno namun sama sekali belum pernah bicara dengannya, nekat untuk menyatakan perasaannya. Namun yang lebih mengejutkan lagi, Jeno menerimanya sebagai pacar? Jaemin terkejut hingga curiga apakah seorang...