13. Camera

3.5K 519 14
                                    

Aku berjalan lunglai dari ruang guru piket menuju gerbang sekolah, barusan aku bertanya apa Jeno izin pulang karena sampai jam pulang sekolah ini aku belum melihat sosoknya dan aku telah mencarinya ke seantero sekolah namun hasilnya nihil, aku tidak menemukannya, akhirnya aku pergi ke guru piket dan mereka membenarkan bahwa Jeno tadi izin pulang karena sakit dan mukanya terlihat sangat pucat, aku jadi khawatir apa dia baik-baik saja, aku sudah berkali-kali mencoba menghubunginya tapi sepertinya dia sengaja menonaktifkan handphonenya.

"Hey, Jaemin!" panggil seseorang ketika aku hendak keluar dari gerbang sekolah. Aku menoleh dan mendapatkan Mark diatas motornya.

"Hey..." sapaku berusaha tersenyum.

"Bagaimana, apa kau sudah tahu Jeno dimana?"

Aku menggeleng lemah, "Guru piket bilang dia izin pulang karena sakit, mukanya terlihat pucat, tapi entahlah aku sedikit tidak yakin dia benar-benar pulang..."

"Kalau begitu bagaimana kalau kau kuantar kerumahnya?" tawar Mark.

Aku sedikit merasa tidak enak, tapi aku sangat ingin bertemu Jeno, "Baiklah, apa tidak merepotkan?"

"Tentu saja tidak..."

=====

Mark menghentikan motornya, "Kau turun disini saja ya, rumahnya yang bercat biru itu..." dia menunjuk rumah besar yang tak jauh dari situ.

"Kenapa kau tidak ikut?"

"Aku sebenarnya ingin sekali tapi aku takut Jeno salah paham kalau melihatku datang denganmu, apalagi sekarang emosinya sedang naik karena peristiwa kemarin..." jelasnya.

Aku mengangguk paham,"Kabari aku ya tentang keputusan yang akan dibuat pelatih untuk Jeno, boleh aku minta nomor handphonemu?" Mark mengangguk kemudian menyebutkan nomornya. Kami pun bertukar nomor handphone. "Terima kasih ya untuk semuanya, aku duluan..." pamitku sambil menundukkan badan lalu segera bergegas menuju rumah Jeno.

Aku menatap gerbang tinggi dihadapanku dengan perasaan gugup, bagaimanapun aku akan tetap menemuinya, kuberanikan diri untuk memencet bel. Tidak berapa lama seorang wanita paruh baya membuka gerbang. "Selamat sore..." sapaku.

"Selamat sore, maaf mau cari siapa?" tanyanya, sepertinya dia orang yang bekerja di rumah ini.

"Apa Lee Jeno ada?"

"Tuan Jeno masih disekolah..." ujarnya padaku lalu dia seperti tersadar akan seragam yang aku kenakan, "Eh, adik ini apa satu sekolah dengan tuan Jeno?"

Aku mengangguk, "Apa dia tidak ada dirumah?"

"Dari tadi dia belum pulang nak, mungkin latihan sepakbola dulu..." sepertinya wanita ini sangat tahu tentang Jeno.

Aku hanya mengangguk tidak berniat menjelaskan lebih jauh, "Baiklah kalau begitu saya mohon pamit, kalau Jeno pulang tolong beritahu kalau saya mencarinya, nama saya Na Jaemin..." Wanita tua itu tersenyum sambil mengangguk.

=====

Jeno mengendap ngendap di balik tembok-tembok bangunan, sejak tadi dia mengikuti seseorang yang sedang berjalan sambil mendengarkan musik dengan earpods yang melekat di telinganya, Jeno menunggu momen dan tempat yang benar-benar tepat untuk menyerangnya dan membalaskan dendamnya yah siapa lagi orang itu kalau bukan Hyunjin, tersangka utama yang menyebabkan dirinya mendapat ganjaran kartu merah.

Jeno melihat sekeliling, dan dia merasa ini waktunya karena suasana sekeliling benar-benar sepi, dengan cekatan dia keluar dari balik tembok dan mendekap mulut Hyunjin, Hyunjin berontak namun karena tidak siap dia tidak bisa mengalahkan kekuatan Jeno ditambah saat ini Jeno sedang emosi. Jeno membawanya ke balik tembok diantara dua bangunan tinggi dan mendorongnya kasar, Hyunjin terkejut melihat yang menyekapnya adalah Jeno.

Two Ways // Nomin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang