Kami makan dalam diam, aku memandangi dirinya yang duduk di hadapanku, aku terus teringat kejadian dia menciumku tadi, rasanya benar-benar seperti mimpi, entah apakah Jeno memikirkan hal yang sama juga denganku. Lalu aku teringat tadi dia memanggilku sayang, aku jadi ingin meledeknya.
"Sayang..." panggilku sedikit tertawa.
Jeno diam saja dan asyik dengan makanannya. Sepertinya dia pura-pura tidak dengar.
"Hey sayang..." panggilku lagi, dia masih asyik mengunyah dan melihat ke piring. Aku kesal lalu mengambil saus kemudian kucolekkan ke pipinya.
"Hey apa yang kau lakukan!" dia terkesiap dan langsung mengelap saus dari pipinya aku cuma nyengir.
"Lagi kau diam saja, aku kan memanggilmu..." aku merengut kesal.
"Kapan kau memanggilku?" tanyanya datar
"Ah apa kau tuli, aku memanggilmu dua kali tadi!"
"Aku tanya, tadi kau memanggilku apa?"
"Engg sayang..."
"Namaku siapa?"
"Lee Jeno..." jawabku, sial! dia menjebakku, apa dia lupa tadi dia memanggilku sayang. "Ya sudah..." jawabnya enteng lalu kembali makan. Aku menjitak kepalanya. "Ouch, sakit bodoh!" dia mengusap ngusap kepalanya, aku cuek lalu kembali makan.
"Kau tadi memanggilku seperti itu kan?" tanyaku.
"Kalau akting kan kita harus all out..." jawabnya cuek, apa dia bilang? akting? hah seharusnya aku sadar dari tadi dan jangan membuat diriku kegeeran seperti ini. Aku berusaha realistis, sudahlah, aku memang tidak bisa mengharapkan lebih dari seorang Lee Jeno.
"Oh jadi cuma akting..." ucapku kecewa berarti ciuman tadi juga cuma buat keperluan akting.
"Yah tidak juga sih..." ucapnya.
"Huh?" Tidak kusangka dia menarik daguku lalu kembali mencium bibirku, apa dia lupa kalau kami sedang ada di restoran, memang sih kami duduk di tempat yang sepi tapi tetap saja siapapun bisa melihat bukan. Dia memejamkan matanya, sepertinya dia sama sekali tidak peduli jika ada yang melihat kami, yah kalau begitu aku juga tidak peduli, aku mengikutinya memejamkan mata dan mulai menikmati ciumannya, selamat Lee Jeno, hari ini kau berhasil membolak balik perasaanku.
====
Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku dan Jeno hari ini di sekolah, kalau Jennie menyebarkan tentang hubungan kami mungkin semua akan memandang aneh dan sinis kepadaku ketika aku datang nanti, atau mungkin lokerku sudah diacak-acak seperti yang biasa terjadi di film-film, dan mungkin saja hari ini aku resmi dipecat dari klub dance, soal dance aku tidak terlalu peduli karena diluar sekolah aku aktif di berbagai sanggar tari, bahkan kadang-kadang aku dipanggil untuk melatih, jadi karirku di dunia tari tidak akan terganggu.
Soal orang-orang itu aku memegang kata-kata Jeno semalam sebelum kami berpisah. "Tenanglah, apapun yang terjadi aku akan disisimu, aku janji...! Aku tersenyum, kalau begitu apa yang harus kutakuti?
Aku berjalan di lorong sekolah menuju kelas, sejauh ini semuanya berjalan baik-baik saja, tadi aku bertemu Jisung dan Renjun dan kami bertegur sapa seperti biasanya. Orang-orang juga biasa saja padaku, apa Jennie benar-benar menutup mulutnya? entahlah, aku tidak mau memikirkannya
"Morning, everything okay?" ucap seseorang tiba-tiba mengagetkanku, aku menengadah dan menemukan Jeno sedang tersenyum.
"Yeah, thank you..." aku tersenyum, dia mengusap pipiku lembut kemudian pergi. Dia ini sikapnya kadang dingin kadang manis, sungguh aneh, tapi tetap saja aku menyukainya. Sepanjang jam pelajaran, sampai sekarang pulang sekolah semua berjalan normal, aku putuskan untuk tidak terlalu memikirkan masalah itu lagi, aku harus fokus pada lomba dance yang akan berlangsung sebentar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Ways // Nomin ✔
FanfictionJaemin yang sudah lama menyimpan perasaan pada Jeno namun sama sekali belum pernah bicara dengannya, nekat untuk menyatakan perasaannya. Namun yang lebih mengejutkan lagi, Jeno menerimanya sebagai pacar? Jaemin terkejut hingga curiga apakah seorang...