Aku tersenyum-senyum sendiri mengingat percakapanku dengan Jeno sebelum berpisah semalam, malam yang begitu menyenangkan karena dia bersikap sangat baik, dia juga berkali-kali menciumku, yah walaupun dia melakukannya untuk menepati janjinya pada Mark. Tapi aku yakin di lubuk hatinya dia melakukan itu karena dia memang sayang padaku.
Aku kembali melihat ke lapangan dimana Jeno sedang latihan sepakbola, minggu depan final turnamen sepakbola antarsekolah akan dilaksanakan, dia harus berlatih intensif sama sepertiku ketika akan lomba dance kemarin. Aku duduk di pinggir lapangan bersama dengan beberapa murid yang juga sedang menonton anak sepakbola latihan, beberapa dari mereka yang perempuan kerap kali meneriakkan nama Jeno, aku tersenyum ternyata dia benar-benar terkenal.
Latihan pun selesai murid murid yang tadi menonton langsung bubar meninggalkanku sendirian di pinggir lapangan, aku lihat Jeno berjalan ke luar lapangan bersama dengan Mark sambil tertawa-tawa, sepertinya mereka sudah baik-baik saja, syukurlah kalau masalah ini tidak jadi panjang. Aku terus memandang mereka sampai mata Jeno tidak sengaja melihatku, dia melambai kemudian menghampiriku.
"Kau sedang apa?" tanya Jeno ketika sampai di tempatku, Mark tersenyum kepadaku, aku membalas senyumnya sambil menundukkan kepala memberi hormat. Lega bahwa semuanya baik baik saja diantara kami.
Aku kembali memandang Jeno, "Menurutmu?" jawabku sedikit kesal lalu aku mengeluarkan plastik berisi minuman kaleng yang sengaja aku belikan untuknya, astaga aku baru ingat kalau Mark ada disitu. Aku jadi bingung karena aku hanya membeli satu, dan sudah terlanjur kukeluarkan.
"Eh Mark, ini untukmu..." aku tersenyum kemudian memberikan minuman kaleng itu kepadanya, dia menerimanya. "Terima kasih..."
"Aku mana?" tanya Jeno sambil menyodorkan tangannya.
"Nih kau minum saja punyaku..." cengirku kemudian memberikan air mineral yang baru kuminum sedikit. Dia merengut kesal tapi tetap mengambilnya.
"Yasudah, aku duluan ya..." pamit Mark, "Jaemin terima kasih minumannya..." aku mengangguk kemudian dia berlalu.
Jeno lalu duduk disampingku sambil menenggak air mineralnya, "Kenapa tidak bilang kau menungguku?"
"Kalau aku bilang pasti kau terus memikirkanku, nanti latihannya tidak konsen..." aku mengucapkan kata-kata yang dulu dia ucapkan untuk meledekku sambil nyengir.
"Hey ngikutin bayar..." candanya.
"Datang ya di pertandinganku nanti..." pintanya sambil memandangku.
"Tentu saja, tapi kau harus menang..."
"Aku akan berjuang semaksimal mungkin..."
=====
Tidak terasa seminggu berlalu dan hari ini babak final turnamen sepakbola antarsekolah akan dilaksanakan, seperti janjiku hari ini aku datang, tidak lupa aku membawa kameraku untuk memotretnya. Tadi Jeno mengirimiku pesan untuk menemuinya dulu di ruang ganti pemain, aku berjalan di koridor stadion celingukan mencari ruangan itu, lalu aku bertanya-tanya kepada petugas, mereka memberitahuku lalu aku segera mencari lagi, tapi tetap saja hampir lima belas menit aku berkeliling aku tidak kunjung menemukan ruang itu.
Aku memutuskan untuk bertanya lagi kulihat ada seorang laki-laki dengan seragam sepakbola yang dipunggungnya bertuliskan "HYUNJIN" sedang asyik menatap ke arah lapangan, aku pikir dia pemain lawan tapi tidak ada salahnya kan, toh aku hanya bertanya ruangan.
Aku menepuk bahunya, kemudian dia menoleh. "Eh?" aku kaget ketika melihat wajahnya, dia kan laki-laki yang waktu itu memotretku di taman dekat sungai Han.
Dia juga sama terkejutnya sepertiku. "Wah.. kau kan yang di taman waktu itu!" ucapnya sumringah, aku mengangguk sambil tersenyum, "Kita bertemu lagi, apa kabar?" tanyanya.
"Aku baik, bagaimana denganmu?"
"Aku juga baik, hanya sedikit nervous karena sebentar lagi akan mulai bertanding..."
"Oh, kau ternyata pemain sepakbola ya..." aku mengangguk-angguk sendiri.
"Kau sendiri? Ngapain kesini? Oh ya mana pacarmu?" tanyanya bertubi-tubi.
"Aku kesini untuk menontonnya..."
"Oh jadi dia pemain dari tim lawan, oh ya siapa namanya?"
"Lee Jeno..."
" Lee Jeno?" dia tampak kaget.
"Ya, kenapa?" Dia tampak gelagapan, "Ah tidak apa-apa..." Lalu sepertinya dia melihat sesuatu di belakangku, dia segera merangkulku menyebabkan aku sulit menoleh untuk melihat ada apa.
"Hey, kau ngapain?" ucapku berusaha melepaskan diri darinya.
"Tidak apa-apa, hanya saja kau ini terlalu manis untuk tidak dipeluk..." ucapnya sambil tersenyum menyeringai.
"A..ap..emphhhh.." aku tidak tau apa yang terjadi, dia tiba-tiba menciumku sambil memeluk tubuhku kencang, aku memberontak tapi sulit sekali. Ternyata dia orang jahat, aku hampir menangis karena dia tidak kunjung melepaskan ciumannya.
"Brengsek!!!!" tiba-tiba seseorang datang dan langsung menarik rambut orang yang menciumku sampai ciumannya terlepas. Aku sangat terkejut ketika mendapatkan Jeno yang melakukannya, aku merasa sangat bersalah padanya, kesal pada diriku yang terlalu lemah. Jeno hendak menghajar orang itu tapi tiba-tiba ada suara yang menghentikan niatnya,
"Hey..hey apa yang kalian lakukan hah? Ini tempat bermain sepakbola bukan arena tinju, kalau mau adu jotos silahkan keluar!" ucap suara itu galak, ternyata dia petugas stadion, Jeno langsung melepaskan cengkramannya pada baju orang itu dengan muka merah karena kesal, lalu dia memandang sinis ke arahku, ya Tuhan sepertinya dia salah paham, dia langsung pergi meninggalkanku, aku mengejarnya, sempat kulihat senyuman puas dari laki-laki jahat tadi.
"Jeno!" aku memanggilnya, dia berjalan cepat sekali aku sampai berlari kecil untuk mengejarnya. " Jeno, maafkan aku, aku tidak tahu kalau dia akan seperti itu..." ucapku sambil terengah-engah, dia tetap jalan dan tidak menggubrisku, sampai dia tiba di ruang ganti pemain dan langsung menutup pintunya kencang sebelum aku sempat mencapainya.
Aku terduduk lemas dibangku penonton, aku benar-benar merasa kejadian tadi berjalan cepat sekali,aku yang tadinya sangat bersemangat sekarang benar-benar kehilangan moodku, apalagi Jeno yang akan bertanding, aku begitu merasa bersalah padanya.
Aku jadi sedikit mengerti apa yang terjadi, laki-laki tadi pasti bermaksud menjatuhkan mental Jeno sebelum bertanding dan sialnya taktiknya sepertinya akan berhasil. Aku hanya bisa berdoa memohon yang terbaik untuk Jeno.
To be continued...
Yash drama lagi hahaha
Double up? 👀
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Ways // Nomin ✔
FanfictionJaemin yang sudah lama menyimpan perasaan pada Jeno namun sama sekali belum pernah bicara dengannya, nekat untuk menyatakan perasaannya. Namun yang lebih mengejutkan lagi, Jeno menerimanya sebagai pacar? Jaemin terkejut hingga curiga apakah seorang...